Satu bulan telah berlalu, menyisakan jejak-jejak takdir yang telah terlewat. Ranum berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengembalikan kepercayaan kedua orang tuanya. Oleh karena itu, selama satu bulan terakhir, Ranum mencoba untuk bersikap lebih baik terhadap orang tuanya, terlebih terhadap Erlangga.
Ranum membatasi betul pertemuannya dengan Varen. Ia yang sebelumnya sering bertemu dengan sang kekasih secara diam-diam di hotel, kini hampir tidak pernah lagi ia lakukan. Dia yang sering pulang terlambat dengan alasan lembur kejar target, kini juga sudah tidak lagi ia lakukan. Wanita itu selalu pulang tepat waktu. Itu semua Ranum lakukan untuk bisa kembali mendapatkan kepercayaan kedua orang tuanya yang sempat terkikis sedikit demi sedikit dan pastinya untuk menutupi bangkai yang ia simpan.
Erlangga yang akhir-akhir ini mencoba mencari tahu akan apa yang dilakukan oleh Ranum ketika tidak berada di rumah pun tak ada juga juga yang berhasil ia dapatkan. Lelaki paruh baya itu menyerah dan menganggap sikap Ranum yang sempat berubah beberapa waktu yang lalu itu hanya sekedar kenakalan remaja, meski usia sang anak sudah memasuki usia dewasa, dan tidak pantas disebut remaja lagi.
Ranum terduduk di atas pembaringan. Semalaman wanita itu dilanda rasa pusing yang membebani kepala dan membuat tubuhnya terasa tidak nyaman. Ranum beranjak dari tempat tidurnya. Ia ayunkan tungkai kakinya untuk menuju meja makan, berharap ada sesuatu yang bisa di makan pagi ini.
"Astaga, kenapa aku bisa lupa seperti ini?"
Ranum menepuk jidatnya sendiri setelah sadar jika rumah dalam keadaan sepi. Sejak kemarin bapak, ibu dan juga adiknya pergi melayat ke kediaman salah satu kerabat yang berada di luar daerah. Hal itulah yang membuat mereka harus menginap di sana. Alhasil, pagi ini tidak ada makanan yang bisa dimakan oleh Ranum untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Ranum melangkah menuju dapur bermaksud untuk membuat susu hangat. Namun baru selangkah, tiba-tiba....
Hoekkk... Hoek... Hoek...
Belum sempat tiba di dapur, Ranum memutar tungkai kakinya menuju kamar mandi setelah perutnya terasa mual. Di dalam kamar mandi, wanita itu muntah, menumpahkan seluruh isi yang ada di perutnya.
Hoekkk... Hoekk.. Hoek...
Setelah tak ada lagi yang bisa dimuntahkan, Ranum menyandarkan tubuhnya di sisi tembok kamar mandi. Kepalanya semakin berdenyut nyeri, melebihi rasa pusing yang semalam ia rasakan. Tubuhnya seakan lemas dan tak berdaya.
"Ada apa ini? Mengapa perutku mual dan sampai muntah seperti ini? Kepalaku rasanya juga sakit sekali."
Ranum berujar lirih sembari memijit-mijit pelipisnya. Tidak seperti biasa dia mual muntah dan pusing secara bersamaan seperti ini. Di sela-sela rasa penasaran akan apa yang ia alami tiba-tiba bola mata Ranum terbelalak lebar. Ada satu hal yang baru ia sadari.
"Aku tidak mungkin hamil kan?" ucapnya pelan.
Ranum berupaya untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak hamil, mengingat gejala yang ia alami mirip sekali dengan orang hamil.
"T-tapi sudah satu bulan ini aku tidak haid."
Ranum kian frustrasi mengingat bulan ini ia belum kedatangan tamu bulanan. Tidak biasanya dia telat datang bulan karena siklus haid wanita itu tergolong teratur.
"Tidak, tidak mungkin aku hamil. Ini pasti hanya masalah hormon atau karena stres."
Berkali-kali Ranum mencoba untuk meyakinkan diri bahwa dirinya tidak hamil. Namun ketakutan itu kian menjadi-jadi mengingat setiap kali ia bermain dengan Varen tidak pernah memakai pengaman. Tidak menutup kemungkinan jika ia benar-benar hamil.
Ranum membasuh wajah agar pikiran kalutnya segera terhempas. Wanita itu bergegas keluar dari kamar mandi dan segera menuju apotek. Ya, dia memutuskan membeli testpack untuk memastikan apakah dia hamil atau tidak.
Di perjalanan menuju apotek, pikiran Ranum benar-benar kacau. Ia sungguh khawatir jika hasil yang akan dia dapatkan adalah garis dua. Ia tidak tahu langkah apa yang akan ia ambil jika benar ia mengandung anak Varen.
"Pagi Mbak, mau cari apa?"
Pegawai apotek menyapa kedatangan Ranum dengan ramah. Ia menatap penuh tanya wajah Ranum yang nampak seperti orang kebingungan.
Ranum mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Ia ingin benar-benar memastikan bahwa tidak ada satupun tetangganya ataupun orang yang mengenalnya melihat ia membeli apotek.
"Emmmm, aku mau cari testpack."
"Oh testpack," ucap pegawai apotek. "Yang merk apa Mbak?"
"Apa saja, yang penting bagus!"
Pegawai apotek hanya mengangguk pelan. Ia mengambil beberapa merk dan jenis testpack kemudian ia tunjukkan pada Ranum.
"Ini ada beberapa macam Mbak. Cuma untuk hasil yang akurat, saya rekomendasikan yang ini," ujar pegawai apotek sembari menunjukkan dua jenis testpack dari dua merk.
Tanpa basa-basi, Ranum mengambil dua testpack yang ditunjukkan oleh pegawai apotek itu.
"Aku ambil yang ini dan ini uangnya!" ucap Ranum buru-buru sembari memberikan tiga lembar uang lima puluh ribuan. Ia pun bergegas pergi dari parkiran apotek, tanpa bertanya uang yang ia berikan kurang atau lebih.
"Loh Mbak, ini masih ada kembaliannya Mbak!" teriak pegawai apotek sembari mengejar Ranum yang sudah nangkring di atas motor.
Namun sayang, tubuh Ranum sudah menghilang dari pandangan si pegawai apotek setelah wanita itu memacu motornya dengan kecepatan lumayan tinggi.
"Kenapa ya orang itu terburu-buru? Apa dia salah satu pejuang garis dua yang ingin cepat-cepat melihat hasilnya setelah terlambat haid?" monolog si pegawai apotek dalam hati.
Si pegawai apotek hanya bisa geleng-geleng kepala. Namun sejenak kemudian senyum tipis terbit di bibirnya ketika masih ada sisa dua puluh lima ribu dari uang yang diberikan oleh Ranum. Yang pastinya bisa masuk kantong pribadinya yang ia anggap sebagai uang tips.
***
Dengan tangan bergetar, Ranum memasukkan testpack ke dalam penampung urin. Ia angkat dan kemudian ia letakkan di atas bidang datar. Bola mata wanita itu menatap ke atas, disertai dengan perasaan takut dan cemas akan hasil apa yang akan ia dapatkan. Berkali-kali ia membuang napas kasar untuk menghilangkan segala rasa takutnya.
Sepersekian detik berlalu. Perlahan, netra Ranum mulai melirik ke arah testpack. Kedua bola matanya terbelalak sempurna ketika melihat dua garis merah tercetak jelas di sana. Tubuhnya seketika terkulai lemas dan terduduk di atas lantai kamar mandi. Matanya memanas dan dadanya tiba-tiba terasa sesak. Tanpa menunggu waktu lama air mata itu mengalir dengan derasnya.
"Bagaimana ini?"
Dalam benak wanita itu terbesit bagaimana caranya ia melanjutkan hidup setelah ini. Ia merasa masih belum siap menanggung beban kehamilan meskipun nantinya Varen akan bertanggung jawab untuk menikahinya.
Air mata itu tiada henti mengalir deras dari jendela hatinya. Ia menangis tergugu di dalam kamar mandi saat tiba-tiba bayang wajah bapak, ibu dan adiknya berkeliaran di kepala. Ia sungguh masih belum siap jika mereka menanggung malu akibat kesalahan fatal yang telah dia lakukan. Kehamilannya ini pasti menjadi pukulan hebat untuk keluarganya. Terlebih untuk sang ayah yang merupakan pemuka agama. Pasti orang-orang akan mencibir sang ayah karena tidak bisa mendidik anaknya.
"Assalamualaikum Ranum...."
Tok... Tok.. Tok...
Suara ketukan pintu dan salam dari luar rumah membuat Ranum tersadar dari pikiran kalutnya. Bergegas ia bangkit dari posisinya dan menyenangkan air matanya. Buru-buru ia masukkan testpack itu ke dalam saku celana yang ia kenakan.
"Loh Nak, kenapa celana kamu basah seperti ini?" tanya Ratri dengan nada khawatir. "Itu juga kenapa matamu sembab?"
Ranum terhenyak. Tidak terpikirkan sama sekali bahwa keadaannya saat ini sungguh kacau. Ia memutar otak untuk mencari alasan yang tepat.
"Kepalaku pusing dan aku tadi terpeleset di kamar mandi Bu. Aku nangis karena bokongku rasanya sakit sekali," ucap Ranum berdusta.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
novi²⁴
nah loh Hamill... ya pasti hamil lah, berkali-kali main tanpa pengaman lagi. hmmm masa depanmu udah hancur num
2025-09-08
0
El Jasmin
selamat membaca kakak-kakak semua... jangan lupa like , komen, subscribe, dan share ya.. Terima kasih
2025-09-08
0
suciati
tuh kan hamil... hmmmmm gimana masa depanmu stlh ini num. varen pasti lari dr tanggung jawab
2025-09-09
0