Bab 5

"Siapa?"

Wulan bertanya cemas saat suara pintu terdengar. Paviliun tempat tinggalnya cukup luas, ia tak perlu keluar saat ingin pergi ke kamar mandi. Bahkan, dapur kecil pun tersedia di sana untuk memudahkan para pelayan dalam melayani majikan.

Sesosok bayangan muncul perlahan, memasuki kediamannya. Wulan menunggu dengan cemas, menyusun rencana untuk segala kemungkinan yang akan terjadi.

Dia bukan juragan. Apakah istri juragan yang lain?

Batin Wulan bergumam, matanya tak berkedip menunggu sosok itu muncul di hadapannya. Wulan mengernyit saat melihat seorang wanita berusia lima puluh tahunan berdiri di hadapannya dengan sedikit membungkuk.

"Siapa kamu?" tanya Wulan tanpa beranjak dari ranjang.

Wanita itu mengangkat wajah, tersenyum lembut. Aura keibuan begitu terasa hangat di hati Wulan. Sosok itu sama persis seperti Nyai Darsih yang merawatnya selama ini.

"Saya Sumi, pengasuh juragan. Juragan meminta saya untuk melayani Nyai Wulan. Mulai sekarang jika Nyai butuh apa-apa panggil saja saya," ucap wanita itu dengan sopan.

"Pengasuh juragan?" Wulan mengulangi kata-kata itu.

"Iya, Nyai?" sahut Sumi sambil tersenyum.

"Nyai?" Wulan kembali mengulang, bingung dengan situasi yang sedang dihadapi.

Untuk apa juragan mengirim pengasuhnya ke sini? Apakah untuk menjadi mata-mata?

"Semua istri juragan di istana Nagari ... kami para abdi menyebutnya seperti itu," ucap Sumi menjelaskan.

Wulan tersenyum, beranjak dari ranjang dan berjalan mendekat. Bi Sumi terlihat seperti orang baik, tapi Wulan tetap harus waspada dan hati-hati. Ia asing di istana itu.

"Bibi tidak perlu memanggil saya seperti itu. Panggil saja saya Wulan, Bibi terlihat seperti ibu saya," ujar Wulan sembari menelisik sosok di hadapannya dengan jeli.

Bi Sumi terkesiap, ada riak kekhawatiran di garis wajahnya yang dipenuhi keriput.

"Ta-tapi ...."

"Tidak ada tapi. Wulan masih muda, masih belum tahu apa-apa. Ke depannya harap Bi Sumi mau mengajari Wulan bagaimana cara hidup di istana Nagari ini," sela Wulan dengan suara lembut mendayu.

Bi Sumi terharu mendengar itu, tak menyangka ia akan mendapat majikan yang begitu sederhana dan tidak sombong. Tak seperti majikan sebelumnya.

"Baiklah kalau begitu. Tetap saja, saya harus membicarakan ini dengan juragan. Khawatir beliau tidak senang," ujar Bi Sumi tidak berani memutuskan.

Juragan lagi? Apakah segala sesuatu di istana ini harus dengan izin darinya? Artinya semua orang tidak punya privasi di sini?

Wulan menghela napas panjang, istana megah itu seperti sangkar burung yang mengurungnya. Dia adalah orang yang bebas, seseorang yang tidak pernah bisa berdiam diri di dalam rumah.

"Wulan tidak apa-apa? Kenapa melamun?" tegur Bi Sumi dengan hati-hati. Ia khawatir telinga juragan akan mendengarnya.

"Tidak apa-apa, Bi." Wulan tersenyum, tapi kekhawatiran jelas terlihat di kedua matanya.

"Saya dengar istri muda juragan tinggal di paviliun ini? Apakah ada di dalam?" Suara seseorang mendayu, terdengar tegas dan dingin menusuk.

Wulan menatap Bi Sumi, bertanya tanpa kata.

"Nyai Ratih, istri pertama juragan," jawab Bi Sumi pelan.

Wulan membulatkan bibir, menunggu sang kakak madu yang sudah berdiri di depan pintu. Entah apa yang akan dia lakukan kepadanya?

Brak!

Pintu dibuka dengan kasar, tapi Wulan terlihat biasa saja. Teringat pada ucapan Nyai Darsih tentang orang-orang di istana Nagari itu.

Ratih, adalah istri pertama juragan yang diakui para abdi. Dia anak dari sepupu jauh ibu tiri juragan. Telah melahirkan seorang anak perempuan untuk juragan yang saat ini berusia sepuluh tahun. Dia sombong dan begitu berkuasa di istana Nagari. Semua abdi harus tunduk dan patuh padanya. Jika tidak, maka dia akan mati dan jasadnya dibuang ke gunung untuk menjadi makanan binatang buas. Kamu harus berhati-hati di depannya.

Kata-kata Nyai Darsih kembali terngiang di telinga Wulan. Tentang sosok istri pertama sang juragan yang berhasil melahirkan seorang anak.

Bi Sumi melirik Wulan yang tidak terlihat takut ataupun cemas.

Dia terlihat biasa saja. Apakah Wulan ini tidak tahu siapa Nyai Ratih ini? Bi Sumi menghela napas.

"Secantik apa istri muda juragan sampai dibuatkan pesta begitu meriah seperti ini?" katanya sembari melangkah masuk ke dalam kamar Wulan. Ia duduk tanpa diminta, di kursi kayu yang tersedia di sana.

Wulan tersenyum, berjalan perlahan mendekati wanita tersebut. Sementara Bi Sumi hanya melirik tanpa beranjak.

"Wulan menyapa Nyai!" ucap Wulan dengan sopan.

Brak!

Ratih menggebrak meja, membuat Bi Sumi terperanjat.

"Lancang! Baru pertama datang ke istana ini, bukannya datang menghadap, kamu seenaknya di kamar? Tidak punya sopan santun!" hardik Nyai Ratih geram.

"Wulan tidak sopan, tapi juragan sendiri yang membawa Wulan ke sini. Wulan tidak tahu jika harus menghadap Nyai terlebih dahulu," ucap Wulan sambil tersenyum.

"Kamu ...."

"Tolong jaga sikap, Nyai!"

Ratih membeliak, seperti melihat hantu.

"Kamu ...!"

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

kirain siapa Mbah Mbah dah deg deg an aku loh 🤭🤭🤭🤭

2025-09-11

1

vj'z tri

vj'z tri

sopo meneh sing teko lah lah 😅😅😅

2025-09-11

1

Liana CyNx Lutfi

Liana CyNx Lutfi

lanjut

2025-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!