Iring-iringan pengantin tiba di halaman sebuah rumah besar nan megah. Halaman yang dipenuhi hiasan dari janur kelapa, menandakan sedang ada pesta meriah di sana.
Di ujung karpet merah yang digelar, berdiri seorang laki-laki gagah, tampan rupawan, tapi dingin. Tatapan mata yang tajam, membuat siapa saja yang melihat akan merinding seluruh tubuh.
Wulan turun dengan perasaan campur aduk. Antara harus percaya rumor ataukah penuturan ibu angkatnya. Namun, apapun yang terjadi ia akan jalani dengan hati-hati.
"Ayo, Neng Wulan! Juragan sudah menunggu Neng Wulan di pintu," ucap Kang Sumar sedikit membungkukkan tubuh, tangan kanan terjulur ke dalam dengan jempol menunjuk.
Wulan tersenyum, lesung di pipinya menambah manis paras Wulan yang cantik. Di belakang, Sari dan Patma mendengus kesal. Berharap kesengsaraan untuk Wulan. Kang Sumar berjalan di depan, diikuti Wulan dan kedua dayangnya, kemudian Asep dan keluarganya.
Diakah Wulan? Apa saya tidak salah memilih?
Juragan Nata bergumam di dalam hati, menatap sosok yang sesaat lagi akan menjadi istrinya. Wulan masih belia, dengan rumor buruk yang beredar. Gadis tidak berpendidikan, tinggal di gunung dan tidak pernah tersentuh peradaban, tapi hal itu justru membuat penasaran sang juragan.
"Silahkan, Neng!" Kang Sumar menyingkir dari jalan saat juragan Nata menjulurkan tangan menyambut kedatangan istri kecilnya itu.
Wulan terkesiap, mendongak dengan mata membelalak. Beberapa saat hanya diam mematung, napas pun terhenti. Tubuhnya terentak di saat salah satu dayang mengangkat tangan kanan Wulan dan menyerahkannya kepada sang juragan.
Wulan meneguk saliva saat tangan mereka bersentuhan. Ia terburu-buru menunduk ketika juragan menoleh padanya.
Inikah awal mula dari semua derita yang akan saya jalani? Sikap manis dan penuh perhatian, tapi tatapan matanya tajam seolah-olah ingin menguliti saya, tapi di luar semua itu dia memang tampan.
Batin Wulan bergelut, antara bahagia dan sedih. Bertanya-tanya dengan ragu, tentang siapa sosok sang juragan sebenarnya? Pemimpin desa Munding, orang yang dihormati oleh seluruh penduduk desa.
"Bu, kenapa juragan bersikap baik kepada Wulan? Dia bahkan datang sendiri menyambut Wulan. Ini tidak seperti rumor yang beredar," gerutu Sari cemas.
Dia akan sangat merasa iri apabila sang juragan berbeda dari rumor.
"Kamu tenang saja, Sari. Inilah sikap awal juragan, dia manis di awal supaya mangsa lengah," bisik Patma dengan yakin bahwa sang juragan memang seorang binatang buas.
"Tapi juragan Nata memang tampan, Bu. Bagaimana kalau saya juga jadi istrinya?" Sari mulai mengada-ada. Sedikit menyesal karena menyerahkan pernikahan kepada Wulan.
Sampai acara selesai, dan mereka kembali ke kediaman. Sari masih saja menggerutu soal juragan Nata yang tampan dan penuh perhatian.
****
"Kamu pasti lelah seharian berdiri menyambut tamu. Istirahat saja di kamar, saya masih harus bertemu tamu saya," ujar sang Juragan ketika mengantar Wulan ke kamar pengantin mereka.
Ah, apa ini? Kenapa nada suaranya begitu lembut? Tapi tetap saja, mata itu tajam dan dingin. Mungkin dia akan menyusun rencana untuk saya. Saya harus selalu waspada.
Wulan mengangguk patuh dengan kepala tertunduk. Ia begitu takut untuk bertatapan dengan kedua manik sang juragan. Sementara laki-laki itu, tersenyum tanpa disadari Wulan sebelum berbalik dan pergi meninggalkannya sendiri.
"Tetap berjaga di sini, jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi!" titah juragan entah kepada siapa.
Wulan menghela napas lega, mengelus dadanya yang terasa sesak karena tak berani bernapas saat berhadapan dengan juragan. Ia duduk di ranjang yang dihiasi kelambu keemasan. Sungguh kamar pengantin yang indah.
Ceklak!
"Hah, siapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
MataPanda?_
𝗯𝗮𝗴𝘂𝘀 𝗸𝗮𝗸 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝗺𝗰 𝘄𝗮𝗻𝗶𝘁𝗮 𝘆 𝗸𝘂𝗮𝘁 𝘁𝗱𝗸 𝗺𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱 𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝘀 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗸𝗮𝗸 😀😀
2025-09-07
1
vj'z tri
wes rapopo seng utama tampan lalu tajir ,royal dkk 🤭🤭🤭🤭
2025-09-11
1
Kustri
walah... nikah seumuran dgn anak'a ini
2025-09-15
1