Daniel dan Hannah kini sudah berada di depan kios lagi, kali ini Daniel meminta Hannah untuk bersiap-siap makan malam bersama keluarganya. Sebab, ini adalah permintaan kedua orang tuanya.
"Entah kenapa aku melakukan hal yang sangat memalukan seperti itu?"batin Daniel.
Sementara itu Hannah begitu canggung setelah apa yang terjadi di kamar istirahatnya.Ia lebih banyak diam, dan hanya mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Daniel.
"Hannah, kalau begitu nanti malam bersiaplah, saya akan jemput kamu. Saya minta alamat rumahmu, agar saya bisa menjemput kamu nantinya."
Hannah mengangguk, lalu ia menuliskan alamat rumah miliknya dan memberikannya pada Daniel.
"Terima kasih, dan tolong lupakanlah kejadian barusan!"ujar Daniel sambil memasang wajah datarnya.
"Tuan tenang saja, saya tidak akan memberitahukan kepada orang tentang apa yang barusan Anda lakukan. Lagipula Anda kan sudah memiliki nona Shofia, mana bisa saya membicarakan Anda pada orang banyak. Yang ada, saya hanya akan dianggap sebagai wanita tidak tahu malu."jawab Hannah ketus.
Sementara itu, Daniel benar-benar merasa kesal mendengar jawaban ketus dari calon istrinya tersebut. Ia kemudian segera berbalik arah membelakangi tubuh Hannah, pria itu kemudian pergi tanpa berpamitan dulu. Pria itu melangkahkan kakinya meninggalkan Hannah yang masih terheran dengan apa yang pria barusan lakukan, dia mengikuti Daniel dari belakang. Lalu, begitu sampai di depan mobilnya Daniel berbalik dan hendak melihat reaksi Hannah, sayangnya wanita itu berbalik arah dan pergi memasuki kiosnya kembali. Membuat Daniel menghela napasnya panjang, dia kemudian memasuki mobil yang kebetulan pintunya sudah dibukakan oleh Benny.
"Mengapa wajah Tuan Muda seperti sedang marah ya? Hah, memang beliau susah dimengerti."batin Benny.
Pria itu kemudian menutup pintunya kembali, dan segera melangkahkan kakinya menuju kursi kemudi.
"Tuan Muda, kita ada meeting nanti pukul 15.00 sore ini!"
Daniel melirik sekilas, "Ya, aku tahu. Jangan lupa pukul 19.00 jemput aku. Karena, malam ini akan ada makan malam di kediaman. Oh iya, jangan lupa jemput Hannah pukul 17.00 nanti. Bawa dia ke salon langganan Mama, dan katakan pada pemilik salonnya, Madam Imelda, katakan make up Hannah tidak boleh terlalu tebal. Buatlah senatural mungkin, supaya tidak menutupi kecantikan wajahnya. Pokoknya calon pengantin ku tidak boleh memalukan."
"Anu, bukannya saya ikut campur. Tapi, kalau Anda dan Nona Hannah menikah, bagaimana dengan Nona Shofia?"tanya Benny polos.
Daniel, menghela napasnya lagi, "Sebenarnya, aku juga bingung Benny. Tapi, apakah kamu akan menolak keinginan ibumu, kalau diberi pilihan? Bukankah kita harus menghormati, menghargai, dan juga menuruti keinginan kedua orang tua kita. Kalau itu adalah sesuatu yang baik. apalagi usiaku sudah tidak muda lagi Benny. Juga, Hannah lah wanita yang aku cari selama dua tahun ini. Jadi, kenapa tidak, kalau itu adalah hal yang baik!"
Benny menganggukkan kepalanya, dia paham apa yang telah Daniel katakan padanya,"Ah iya, maafkan saya!"
"Aku tahu, jangan dibahas lagi. Kamu sudah meminta bantuan sahabatmu?"
Benny menggeleng, "Saya lupa Tuan, kalau bisa sih Anda saja yang mengatakannya langsung. Takutnya, sahabat saya itu malah menuduh saya yang tidak-tidak lagi!"jawab Benny seadanya.
Sementara itu, Daniel menghela napasnya ia merasa percuma saja meminta bantuan kepada asisten pribadinya tersebut,"Baiklah, kalau begitu tidak usah saja, aku yakin kebenaran itu akan terungkap dengan sendirinya."tegas Daniel.
"Baiklah Tuan Muda, kalau begitu saya akan mengatakannya. Maafkan saya yang lambat ini."kata Benny penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa, sudahlah. Ayo berangkat!"
***
"Nona Hannah, Tuan Daniel meminta saya untuk membawa Anda ke salon langganan Nyonya Isabella."
Hannah bingung, tiba-tiba saja ia didatangi oleh pria yang tidak dikenal dan tiba-tiba saja diminta masuk ke dalam mobil. Sehingga membuatnya bingung akan apa yang pria ini inginkan.Tapi, setelah mendengar nama Daniel, barulah ia paham. Kalau pria di depannya ini adalah orang suruhan Daniel, pria yang akan menikah dengannya.
"Baiklah, ikuti saja apa yang Tuan Muda Daniel katakan. S-saya tidak dapat menolak ini, sebab ini menyangkut Ibu Isabella. Saya tidak enak hati." kata Hannah sedikit ragu.
Benny menganggukkan kepalanya, dan menutup pintu mobil belakang. Ia kembali ke kursi kemudi, dan menyetir kembali untuk mengantarkan calon Nyonya mudanya tersebut ke salon langganan ibunya.
"Nona, apakah benar Anda akan menerima pernikahan ini?"
Hannah melirik sekilas, dia kemudian menganggukkan kepalanya, "Saya yakin akan hal itu, ini menyangkut Ibu Isabella. Adapun Anda mengapa bertanya seperti itu? Bukankah itu bukan ranah Anda?" tanyanya ketus.
"Maafkan saya telah bertanya lancang. Mohon maaf, saya begitu ceroboh!" ujar Benny sambil melirik ke arah spion yang menampilkan wajah calon istri Daniel.
"Maaf, saya sepertinya sedang dalam masa pra menstruasi, sehingga saya tidak dapat mengontrol emosi saya. Maaf sekali Tuan Benny!"
Benny membelalakkan matanya, ternyata Hannah tidak membencinya. Melainkan emosinya sedang tidak stabil, sehingga tidak dapat menahan amarahnya. Ia tahu itu, karena Ibu dan tunangannya pun begitu.
"Saya mengerti Nona, memang saat-saat seperti itu, emosi tidak stabil. Dan, itulah yang membuat Mama dan kekasih saya sering marah-marah. Mungkin saja hal itu dipicu dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron."
"Wah, Anda hebat sekali. Apakah anda seorang dokter, Tuan?"
Benny menggelengkan kepalanya, "Bukan, hanya saja saya suka membaca, sehingga apa saja saya baca. Karena, semakin banyak membaca semakin kita akan tahu berbagai hal. Membaca itu menyenangkan, Nona!"
Hannah tersenyum tipis, ia tidak dapat berkata apa-apa lagi. Pantas saja, pria di depannya ini memakai kacamata. Ternyata ia sangat menyukai membaca, tapi di jaman sekarang ini yang berkacamata bukan hanya yang hobi membaca saja. Melainkan, banyak sekali diantaranya hanya untuk bergaya saja. Lebih tepatnya adalah menjadi fashion masa kini.
"Nona Hannah, kita sudah sampai. Tunggu sebentar, nanti saya akan bukakan pintu untuk Anda!"
Hannah mengangguk, ini adalah sebuah peraturan sehingga harus dituruti. Dan, hal ini bagian dari etika orang kaya di sini. Ia harus belajar untuk memantaskan diri menjadi menantu William dan Isabella, orang terkaya, di negara ini.
"Silakan, Nona Hannah!"Benny menyodorkan tanganya, dan Hannah memegang tangan pria itu. Setelahnya ia melepaskan tangannya pada tangan asisten pribadi Daniel.
"Ikuti saya, Nona kita ke Madam Imelda!" seru Benny.
Hannah hanya menjawab dengan anggukan, wanita itu kemudian mengikuti langkah kaki sang asisten pribadi.
"Nah, kita sudah sampai. Lalu, Anda masuk dulu saya akan berbicara dengan Madam Imelda. Agar memberikan pelayanan terbaik untuk Anda!"
Hannah lagi dan lagi hanya mengangguk, lalu tidak lama seorang wanita paruh baya yang masih cantik datang menghampiri keduanya.
"Madam, saya Benny asisten pribadi Tuan Daniel. Tolong nanti lakukan sesuai arahan dari Tuan Muda begini...," Benny menjelaskan detailnya pada Madam Imelda.
Sementara itu Hannah masih berdiri mematung, terpesona dengan salon kecantikan impiannya ini. Sungguh, selama 29 tahun ini dia tidak pernah sekalipun pergi ke salon kecantikan favoritnya ini.
"Ya Tuhan, ini bukanlah mimpi kan?" batin Hannah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments