IPJ- 3

"Mengapa pagi-pagi sekali Tuan Muda?" Tanya Benny penasaran.

"Jangan banyak tanya, segera kita berangkat!"kata Daniel ketus.

"Baik, maafkan saya Tuan,"Benny menganggukkan kepalanya dan segera mengemudikan mobilnya.

Dalam perjalanan, Daniel terus terbayang ucapan kedua orang tuanya semalam. Terutama ucapan sang ayah, yang mengatakan kalau dulu sebenarnya ayahnya itu tidak mencintai Ibunya. Mereka menikah murni karena aliansi, agar memperkuat keluarga keduanya. Tapi, makin lama cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Jadi, mereka menyarankan agar ia menikah dengan wanita pilihan mereka, apalagi ibu dari Hannah wanita adalah sahabat dari ibunya. Jadi, meskipun sudah bertunangan dengan Shofia, ia mungkin akan menikah di catatan sipil dengan Hannah. Ia rasa ini hanya akan sementara saja, tidak mungkin untuk selamanya. Sebab, cintanya hanya untuk Shofia seorang.

"Berhenti di toko bunga itu, Ben!"

Mobil itu terhenti begitu Daniel memberikan perintah, Benny kemudian menepikan mobil itu di sebuah toko bunga. Ia keluar, lalu membukakan pintu mobilnya untuk sang atasan.

"Terima kasih, Benny!"

Benny menganggukkan kepalanya, dan menutup pintu mobilnya kembali.

"Benny, kamu pergi duluan saja. Ada sesuatu yang ingin saya lakukan di sini!"

Benny sekali lagi menganggukkan kepalanya, lalu ia kemudian berpamitan dan memasuki mobilnya. Sementara itu, Daniel melangkahkan kakinya menuju toko bunga tersebut. Sementara itu, Hannah baru saja membukakan pintu tokonya, ia kemudian menyiapkan segala keperluannya. Lalu, tanpa di duga keduanya beradu pandang, gadis itu tersenyum sembari menampilkan deretan giginya dan menunjukkan mata indah bulan sabitnya. Sementara itu, Daniel masih berdiri mematung menatap gadis yang ada di hadapannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"Tanya Hannah sambil menghampiri Daniel.

Daniel menganggukkan kepalanya, "Nona bisakah Anda bantu saya untuk memilihkan bunga yang bagus untuk kekasih saya?"

"Tentu saja, tapi tunggu sebentar ya Tuan. Saya masih belum buka, jadi Anda duduk dulu di sini. Sebentar, saya ambilkan camilan dan teh hangat untuk anda!"Kata Hannah sambil mendorong kursi, dan mempersilakan Daniel untuk duduk di sana.

"T-terima kasih, Nona."

Hannah menganggukkan kepalanya, ia kemudian berlalu dan meninggalkan Daniel yang telah duduk di kursi yang dia sediakan.

"Daniel, apa yang kamu lakukan?Kenapa bodoh sekali sih, seharusnya kamu katakan apa yang sebenarnya membawamu ke sini. Bodoh!"batin Daniel.

Seolah tengah merutuki kebodohannya, Daniel nampak begitu gelisah. Ia berdiri dan mondar-mandir tidak karuan, saking gelisahnya. Sampai-sampai menabrak Hannah yang hendak menyediakan teh dan camilan untuknya. Pada akhirnya, camilan dan teh yang hendak Hannah sediakan justru jatuh berserakan di lantai. Dan membuat pakaian keduanya kotor karena air teh yang terciprat pada pakaian keduanya.

Namun, Hannah segera bangun dan meminta maaf pada Daniel, ia juga mengulurkan tangannya untuk Daniel. Dan, tanpa sadar Daniel meraih uluran tangannya, pria itu bangkit dan melakukan hal yang sama dengan Hannah. Keduanya kini saling meminta maaf,"Maafkan saya tidak sengaja!Tidak, saya yang salah!" kata mereka berbarengan.

Setelah kejadian itu suasana canggung seketika menghampiri keduanya.

"Emh, anu Tuan. Pakaian Anda kan basah, saya punya handuk dan kebetulan di depan sana ada toko pakaian lelaki. Bagaimana kalau Tuan mandi dulu, saya akan belikan pakaian untuk Tuan sebagai tanggung jawab. Tunggu sebentar!" Hannah meletakkan nampan berisi gelas kosong ke atas meja.

Sementara itu, Daniel segera ke dalam sesuai arahan Hannah. Pria itu segera pergi ke kamar mandi, guna membersihkan diri. Sebab, terkena air teh begitu banyak di bagian atas tubuhnya. Membuatnya terasa begitu tidak nyaman.

***

Daniel keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono yang diberikan oleh Hannah. Pria itu berjalan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang telah disiapkan juga.

Sementara itu, Hannah sedang membeli pakaian untuk ukuran Daniel, di toko sebrang jalan, "Totalnya berapa Brian?"

"Totalnya 250.000!"

"Ini uangnya, terima kasih ya!"

"Sama-sama, Hannah. Oh iya, pakaian ini pasti untuk pria tadi ya? Aku lihat dia saat dia turun dari mobilnya, kelihatannya orang kaya. Tapi, kenapa kamu kasih baju yang murah? Ah aku tahu, pasti pacarmu itu bukanlah orang yang cerewet ya. Aku turut bahagia, akhirnya sahabatku yang manis ini memiliki kekasih lagi. Jangan lupa, nanti kita double date ya!"cerocos kasir di toko itu, alias Brian sahabat Hannah.

"Double date apanya? Dia itu...."

"Hannah, kenapa kamu di sini?" ucapan Hannah terpotong oleh seorang pria yang baru saja datang ke toko pakaian ini, ia adalah mantan kekasih Hannah.

Hannah menoleh menatap pria itu,"Bukan urusanmu, itu Brian aku pergi dulu ya. Sampai jumpa!"

Pria itu menatap nanar kepergian sang mantan kekasih, "Apakah benar tidak ada kesempatan untukku?"ujarnya lirih.

"Jimmy, Jimmy mengapa kau bodoh sekali? Wanita secantik Hannah kau sia-siakan dulu. Sekarang menyesal kan, telah mengkhianatinya?" sindir Brian, sahabat Hannah.

"Aku dulu merasa gengsi memiliki kekasih seperti Hannah. Makanya aku selingkuh dengan Irene bunga sekolah. Tapi, setelah aku selingkuh dan putus dengan Hannah. Kenapa rasanya aku begitu merindukannya? Dia sungguh sangat berbeda dengan Irene. Hannah begitu langka dan unik, di negara kita wanita seperti dia hanya ada satu atau dua saja bisa terhitung dengan jari. Sungguh aku menyesal!"

Brian menatap wajah sedih temannya, dia memukul pundak Jimmy, "Sudahlah ikhlaskan saja, Hannah sudah bahagia. Dia telah memiliki kekasih, makanya dia belanja di sini. Mungkin kekasihnya sedang mandi, jadi dia yang belanja ke sini!"

"Apa? Kamu bilang dia punya kekasih? Benarkah? Memang, sepertinya aku tidak memiliki kesempatan lagi untuk bersama Hannah. Ya Tuhan, mengapa Engkau menghukum aku seperti ini!"

"Sudahlah, jangan berlagak nelangsa. Hannah sudah bahagia, doakan saja kebaikannya. Kau juga harus menyusulnya, agar kau bahagia. Jangan begini, tidak baik!" kata Brian menasihati Jimmy.

Hannah kembali ke toko bunga, ia kemudian mengetuk pintu ruangan istirahatnya. Daniel membukakan pintu tersebut, dan menemui gadis itu. Melihat Hannah yang merenung sambil memeluk erat pakaian yang dibelikannya, membuat Daniel merasa heran, dan penasaran,"Kamu kenapa?" tanya nya.

Hannah menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa, ini pakaian untuk Anda Tuan. Saya, mau beres-beres dulu!"

Daniel yang merasa ada yang janggal dengan wajah pucat pasi Hannah, membuatnya memberanikan diri menggenggam tangannya,"Katakan dengan jujur kamu kenapa?" bentaknya.

"Tuan, ini tidak pantas. Anda ini bukan siapa-siapanya saya, jangan berlebihan!"ujar Hannah sambil menepis tangan Daniel dari pergelangan tangannya.

"Nona Hannah, aku calon suamimu. Aku berhak tahu apa yang terjadi padamu saat ini!"

Mendengar Daniel membentaknya Hannah menoleh, menatap nanar wajah tampan di depannya itu,"Apa? Anda putra Ibu Isabella? Daniel William?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Eka

Eka

semoga saja memang jodoh nya haana

2025-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!