BAB 5—PPMITMC

HAPPY READING

_______________________________

Pelan tapi ragu-ragu, Caroline memutar tubuhnya menghadap ke arah suara itu berasal, tetapi wajahnya tertunduk dan mata sengaja dipejamkan erat.

Dengan hati berguruh, berdebar tanpa tahu situasi, Caroline membuka mata dan melihat mata kaki seorang wanita berkulit putih kemerahan dalam balutan heels mewah dari brand ternama dunia.

Degh!

Bagai terhantam sesuatu, debar dalam dada membuncah, hebat. "Waa ...." Kata-kata itu keluar secara spontan.

Detak jantung dan denyut nadi seolah berlari maraton, memijaki waktu demi waktu yang diburu oleh sesuatu—tatapannya menjulang.

Matanya membulat saat dia tahu bahwa suara itu berasal dari wanita tak dikenal berwajah mirip dengannya. "Nyo-nyonya ...? An—" Tegang sekaligus bingung menghantui Caroline.

"Ya!" potong Yuzdeline tersenyum miring dengan kacamata hitam yang menghabiskan setengah wajahnya. "Saya, wanita yang mengamuk di tempatmu bekerja," sambungnya.

Berjalan mendayu, Yuzdeline berayun penuh ritme—seakan langkahnya ditata sedemikian rupanya. "Saya gak nyangka, wanita dengan wajah lembut seperti ini, cara kaburnya sa-ngat ..., ekstrim," pungkasnya, diakhirnya dengan senyuman yang mendengkus.

Bingung. Takut. Heran.

Semua itu bercampur padu di air muka Caroline. Gadis polos itu mengernyit sembari menerawang juga menelaah, mengapa wanita ini datang ke hadapannya pasca dia melarikan diri dari para penculik.

Matanya berkabut, bingung. Ujung bibir naik sedikit dan napas yang dihembuskan terasa pelan. "Jangan bilang ..., mereka semua itu atas perintah Anda, Nyonya?" serunya mengernyitkan wajah.

Yuzdeline tersengih. Bertepuk tangan sambil berjalan mengelilingi Caroline. "Tepat sekali."

Hah?!

Wajah tercengang ditampilkan lebih jelas di wajah Caroline, kernyit di bagian dahi dan pipi, lebih nyata terlihat. "Untuk apa Anda menculik saya?" keluhnya mengherankan sikap Yuzdeline terhadapnya.

"Saya gak ada urusan dengan Anda, dan saya gak pernah bertemu dengan suami Anda, saya juga gak tahu kalian siapa?" Mata Caroline menyalak dalam kebingungan pun kemarahan.

Caroline mendengkus sambil melempar pandangan ke arah lain, hingga alis-alis yang ditautkan dengan sengaja terasa mengeras—seolah ia menusuk hingga ke lapisan kulit terdalam.

Di sisi lain, Yuzdeline masih dengan tenang dan keangkuhannya yang mahal lekas berjalan ke depan, menghadap Caroline, jarak mereka terpaut sekita satu sampai satu setengah meter.

"Kamu pernah dengar nama perusahaan Harmoine Diamond Group?" ungkap Yuzdeline mengangkat dagu dengan dua tangan disilangkan depan dada dengan sengaja.

Sebuah nama besar tak lagi asing mengguncang pendengaran Caroline, gadis mungil itu terpaku, membisu sambil menjelajahi ingatannya mengenai nama itu.

Ia terdengar sangat familiar, namun gadis ini sulit untuk mengingatnya, apakah nama itu merupakan sebuah perusahaan besar sehingga dikenali banyak orang atau sebuah kebetulan dia pernah terjalin ke dalamnya.

Nama ini ..., familiar, tapi aku lupa ini perusahaan yang mana, aku cuman merasa kalau aku cukup mengenali nama perusahaan ini. Batin Caroline berpikir tanpa menampilkan diri pada wanita di depannya.

Detik demi detik dilalui oleh kesunyian dari Caroline. Lantas, wanita itu menghela napas agak panjang, kemudian dia embuskan lepas. "Gak tahu," jawab singkat Caroline mencari aman.

"Saya hanya koki dessert, jadi saya gak tahu menahu soal perusahaan berlian seperti ini." Caroline mengelak guna mengakhiri perbincangan yang entah ke mana arahnya.

Caroline berbalik hendak meninggalkan Yuzdeline.

Akan tetapi ucapan Yuzdeline berhasil menahan Caroline. "Perusahaan ini bukan sekadar pabrik perhiasan, ini adalah kerajaan berlian. Harmoine Diamond Group, dipimpin Tuan Calvino Vandzani Harmoine, berdiri di atas reputasi yang tak tertandingi," katanya dengan suara lantang penuh keyakinan.

"Dari tambang berlian eksklusif hingga butik mewah di jantung kota-kota dunia, setiap rantai produksinya berada di bawah kendali penuh perusahaan ini. Tidak ada satupun permata yang keluar tanpa melalui tangan para pengrajin terbaik yang dilatih langsung oleh maestro internasional," sambungnya semakin menyanjung Harmoine dinasti.

Siapa yang tak terkejut mendengar betapa hebatnya perusahaan di bawah kendali keluarga Harmoine, tak terkecuali Caroline sendiri mulai terpaku akan hal tersebut, meski dia tak begitu mengenali perusahaan ini, pula tak tahu menahu siapa di balik perusahaan sehebat ini.

Namun, nama Calvino menjadi salah satu titik informasi paling akurat untuk menggambarkan Harmoine Diamond Group—Calvino? Dia bukan hanya CEO. Dia adalah otak di balik rancangan paling fenomenal yang pernah dilelang di Eropa dan Timur Tengah.

Satu set kalung dari Harmoine bisa membuat sebuah kerajaan rela menggadaikan harta bendanya. Itulah kekuatan Harmoine Diamond Group—simbol kemewahan yang tak tergoyahkan. Caroline termangu sambil bergumam.

Karya paling fenomenal—mengguncang dunia dan telah menjadi simbol kemewahan yang tak ternilai. Saliva mengalir patah-patah ketika Caroline mulai meraba informasi mengenai perusahaan hebat ini.

"Saya tahu salah satu karya terbaiknya adalah karya yang dirancang langsung oleh cucu tunggal Tuan Harmoine, Tuan muda Calvino Vandzani Harmoine, itu tepat di usianya yang ke 26 tahun," papar Caroline ragu-ragu.

Kembali dia berbalik dan mulai menatap Nyonya itu dengan tatapan memicing, ia tengah menerawang dan menerjemahkan tujuan wanita di depan sana. "Jadi? Tujuan Anda menjelaskan tentang perusahaan itu untuk apa? Dan ..., urusannya dengan Anda apa? Juga, saya?" pungkasnya, di akhir dia menunjuk dirinya dengan penuh tanda tanya.

Menarik sekali. Ekspresi dan cara dia bersikap juga bicaranya tidak seperti wanita dengan kapasitas yang aku lihat saat ini.

Wanita ini punya pemikiran yang luas, wawasannya tinggi, terutama cara dia bersikap dan bicara, sangat ..., mudah untuk meniruku.

Batin Yuzdeline bersukacita.

Rencana yang tersusun di kepalanya, mungkin saja bisa terjadi, atau bahkan akan menjadi kesempatan emas untuk melarikan diri tanpa diketahui oleh keluarga Harmoine.

Yuzdeline tak lagi mengulur waktu, langsung saja dia mengeluarkan sebuah surat perjanjian yang bersembunyi di balik tas yang menggantung di bahu kanan. "Saya istri dari Calvino Vandzani Harmoine," ungkapnya membuat Caroline terperangah.

Dalam kata lain, lelaki yang dia temui di restoran tadi adalah Tuan Calvino yang baru saja dia sanjung karena kehebatannya. Caroline membuka mulut dan menahannya sampai helaan napas terdengar patah-patah pun berat.

Dua bola mata almond wanita itu membuntang. "W-what ...?" Wajahnya mengernyit, enggan memercayai kejadian ini begitu kebetulan di hidupnya.

Yuzdeline mengering, kemudian menyerahkan surat perjanjian itu ke tangan Caroline. "Saya Yuzdeline Barbara, istri dari pernikahan ke-dua Calvino, istri pertamanya udah meninggal dunia pasca melahirkan putranya yang bernama Dennise Orion Harmoine," paparnya secara berkala.

Meski masih cukup terkejut, Caroline berusaha untuk tetap tenang, dia mengambil secarik kertas yang terjulur ke hadapannya. "Iya, saya tahu soal ini, tapi saya gak pernah tahu wajah Anda ataupun Tuan Calvino, saya hanya tahu kalau pewaris tunggal Harmoine group menikah dua kali, karena istri pertamanya meninggal dunia."

"Tepat," sahut Yuzdeline, "Pernikahan saya dengan Calvino adalah pernikahan bisnis, bukan cinta apalagi suka sama suka, saya dan orangtua Calvino menandatangani sebuah perjanjian dan mungkin Calvino mengetahui hal ini atau bisa aja dia belum tahu." Alis Yuzdeline terangkat saat sebuah senyuman menyungging di sudut bibir.

Sungguh Caroline tak ingin mengetahui alasan di balik pernikahan itu, yang berkumpul di benaknya hanya satu, mengapa dia diculik dan untuk apa itu semua, urusannya apa dengan semua hal yang terjadi dengan mereka.

Sebelum surat perjanjian itu terbaca, Caroline menyentaknya ke samping, tatapan menjulang, tajam. "Saya gak ada urusan dengan perjanjian apapun itu, yang saya herankan, kenapa Anda menjelaskan ini semua, sampai Anda menculik saya," gertaknya menuntut kejelasan.

Yuzdeline mengangkat alis dan menahannya untuk beberapa saat. "Baiklah, ternyata kamu sangat tidak sabaran," sahut Yuzdeline tak lagi banyak berbasa-basi.

"Saya ingin berbisnis denganmu," celetuk Yuzdeline langsung pada intinya, "Saya akan beri kamu uang sebesar 300 Milyar, tetapi gantikan saya sebagai istri Calvino selama satu tahun," sambungnya dengan lantang tanpa keraguan sedikitpun.

Caroline menggila mendengar semua itu. Gadis itu terperangah, bingung. "What ...? Anda bercanda, hah?!"

To be continued ....

Terpopuler

Comments

Queen Alma

Queen Alma

bungkus aja, kapan lg dapat 300 Milyar, suami nya juga ganteng lg, gx rugi 🤭😅😅

2025-09-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!