BAB 4

Pukul. Sebelas malam, kapal VOC terlihat telah bersandar di dermaga Japan. Para pasukan dari Belanda itu terlihat mulai hilir mudik untuk mengangkut aneka rempah dan hasil bumi dari Japan untuk dibawa ke daerah sekitarnya, termasuk kota Dhaha. Ibu Selir ke dua puluh enam terlihat telah bersiap di sana bersama Paijo, jongos setianya untuk naik ke kapal. 

Setelah kebutuhan logistik milik VOC tercukupi, barulah para penduduk pribumi mulai menaiki kapal. Putra Selir I tak lupa ikut serta mengantarkan ibu Selir ke dua puluh enam ke dermaga. 

"Ibu selir ke delapan puluh enam, mohon selalu jaga kesehatan panjenengan. Hati-hati selama diperjalanan menuju dermaga Dhaha," titah Putra Selir I pada ibu selir.

" Inggih paduka."

"Paijo, tolong jaga ibu Selir ke delapan puluh enam dengan baik," titah Putra Selir I pada jongos Paijo. 

"Inggih paduka."

"Selamat jalan dimas Raden Soemitro. Semoga krasan di Kadiri."

"Inggih Kang Mas. Kula pamit."

"Tansah hati-hati dijalan dimas Raden Soemitro."

"Inggih Kang mas."

Raden Mas Soemitro tampak menghampiri ibu Selir dan Paijo. 

"Biyung, panjenengan bersama Paijo naik perahu VOC menuju dermaga Dhaha. Bila kula belum sampai, tunggulah saya. Saya naik kuda yang membutuhkan waktu agak lama karena akan berhenti sejenak setelah perjalanan antara tiga puluh hingga empat puluh menit. Kasihan kuda bila terlalu dikuras tenaganya dan tidak diberi waktu istirahat barang sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kembali."

"Iya Lee. Hati-hati dijalan."

"Paijo, jangan lupa pesanku."

"Inggih Raden."

Biyung dan Paijo mulai menaiki perahu besar milik VOC yang akan melakukan perjalanan menuju dermaga Dhaha. Banyak sekali muatan dan para penumpang yang ikut serta. Paijo tak lupa pada pesan yang telah diberikan oleh Raden Soemitro agar berhati-hati dengan barang yang dibawanya, terutama barang milik ibu Selir.

Setelah perahu mulai berlayar, Raden Soemitro baru memulai berkuda dengan dua orang utusan Putra Selir I yang akan memastikan perjalanannya aman hingga tempat tujuan. Rute yang ditempuh oleh melewati area Japan (Mojokerto), Afdeling Japan (Jombang), Regenshaap Berbek ( Kertosono), hingga berakhir di dermaga Dhaha Kadiri.

"Kisanak, nanti kita akan melakukan perjalanan ke Dhaha. Rute pemberhentian kita antara lain di Afdeling Japan, Regenshaap Berbek, terakhir berhenti di dermaga Dhaha. Seusai itu, saya akan melakukan penyerahan mandat di kantor Hindia Belanda baru kemudian melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggal saya yang berada di Kadiri. Saat diperjalanan nanti, bila kalian berdua merasa kelelahan, jangan sungkan meminta saya untuk berhenti. Saya tidak ingin tubuh dan kuda kalian kelelahan bila terlalu memaksakan keadaan untuk melakukan perjalanan. Sesampainya di Kadiri, saya mohon nanti menginaplah di tempat kami untuk memulihkan badan. Baru esok hari kembalilah ke Japan," jelas Raden Soemitro pada kedua jongos yang akan menemani perjalanannya. 

"Inggih Raden Mas Soemitro," ucap keduanya dengan serempak. 

Mereka memulai perjalanan dengan rute yang telah ditentukan. Suara derap langkah kuda begitu terdengar jelas menggema seakan membelah malam yang sunyi. Mereka lebih menyukai perjalanan malam karena suasana terasa lebih sejuk bila dibandingkan dengan saat perjalanan siang.

Pukul tiga malam, semua terlihat mulai kelelahan saat di Afdeling Japan. Mereka terlihat berhenti sejenak sebelum melakukan perjalanan kembali. Setelah melakukan istirahat barang sejenak, kuda pun telah istirahat, makan dan minum, tubuh pun telah dirasa kembali merasa bugar, mereka melanjutkan perjalanan kembali ke arah Regenshaap Berbek.

Bila sesuai dengan ketentuan, Raden Mas Soemitro akan sampai di dermaga Dhaha paling lambat pukul dua belas pada siang hari. Selisih waktu tiga jam bila dibandingkan dengan kapal VOC yang mengangkut Ibu Selir dan jongos Paijo.

Raden Soemitro telah sampai di dermaga Dhaha Kadiri pada pukul dua belas siang sesuai yang telah ditentukan. Ia tadi singgah cukup lama di Regenshaap Berbek karena kondisi kuda tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan. Butuh waktu istirahat satu hingga dua jam untuk memulihkan keadaan kuda hingga mampu untuk ditunggangi kembali.

Raden Soemitro menemui ibu selir dan Paijo yang telah menunggu lama di dermaga. Semua barang telah diturunkan oleh pegawai kapal milik VOC mengingat kapal akan meneruskan perjalanan kembali menuju Ngrowo, berlanjut hingga Balitar dan berakhir di Malang.

"Ibu pripun keadaannya saat ini? Bila masih merasa kelelahan, silakan barang sebentar istirahat disini. Aku masih akan menuju ke kantor VOC untuk menyerahkan surat mandat dari putra Selir I. Ibu tunggu di sini saja," jelas Raden Soemitro pada ibunya. 

"Ibu baik-baik saja. Iya Lee. Hati-hati."

Raden Soemitro tampak kembali menuju kudanya terparkir di depan dermaga Dhaha. Ia kemudikan menaiki kuda kesayangannya itu menuju kantor pemerintah Kadiri yang berlokasi tak jauh dari dermaga. Sesampainya di sana, raden Soemitro menemui seorang petugas di sana.

"Apa Anda dari Japan? Anda sudah ditunggu oleh mister VOC di dalam ruangan. Sebelum menemui mister VOC, anda diharuskan berganti dengan baju dinas untuk pejabat demang. Ini seragamnya. Silakan berganti baju di bilik yang telah tersedia," ucap seorang petugas sambil menyerahkan seragam demang berwarna putih pada Raden Soemitro. 

Ia bergegas ke bilik ganti untuk mengganti beskap Jawa lengkap yang telah dipakainya berganti dengan baju demang berwarna putih dengan bawahan celana panjang berwarna senada. Setelah selesai, ia melipat baju beskap dan menaruhnya di tempat petugas tadi. 

"Mas, nitip baju saya. Matur nuwun," izin Raden Soemitro. 

"Inggih."

Raden Soemitro berjalan ke dalam ruangan untuk menemui mister VOC. Setelah saling berhadapan, ia menyerahkan surat mandat dari putra Selir I pada misteri tersebut. 

"Mister, ini surat mandat yang diberikan oleh saya Raden Putra Selir I pada saya. Mohon Anda terima," ucap Raden Soemitro pada kepala VOC area Kadiri. 

Ia terlihat melihat surat mandat yang diberikan Raden Soemitro dengan seksama. 

"Oke. Ini surat mandat asli dari Putra Selir I. Saya terima ini surat mandat dari Raden Soemitro dari Japan. Selamat bergabung di VOC Kadiri. Saya Vrederick. Saya merasa senang sekali karena Raden Sumitro bisa bergabung dengan ini VOC. Semua tata aturan dan tata laksana tentang Demang sudah ada di dalam kertas ini. Saya senang sekali saat saudara mengajukan Raden sebagai Demang di Kediri karena saya tahu Raden seperti apa. Selamat menjalankan tugas sebagai Demang di Kadiri. Semoga Raden merasa bahagia dan merasa senang di karesidenan Kadiri. Bila ada kesusahan atau kesulitan saat bergabung dengan masyarakat, saya bersilakan mampir kontak dengan pemerintah pusat Kadiri. Terima kasih. Untuk tempat tinggal dan dinas demang, nanti utusan saya akan menunjukkan tempatnya bagi Raden Soemitro," ucap Vrederick pada Raden Soemitro dengan aksen khas Belanda. 

"Terima kasih mister Vrederick."

Setelah acara serah terima jabatan selesai, Raden Soemitro segera keluar dari kantor pemerintahan. Tak lupa ia juga mengambil baju beskap miliknya yang dititipkan pada petugas dan kembali ke dermaga Dhaha menemui ibu, Paijo dan dua utusan dari Japan yang telah menemani perjalanannya.

"Mas Raden terlihat tambah lebih ganteng pakai baju Demang daripada pakai baju beskap pangeran. Kayak pangeran berkuda putih. Sayang masih belum punya putri cantik. Raden juga masih jomblo bersegel," celetuk Paijo dengan santainya. 

"Belum nikah ya masih tersegel. Kecuali kalau sudah nikah harus terbuka lebar buat sang istri. Kamu itu, ya Tuhan. Siang-siang membuatku tambah pusing. Aku jadi lapar sekali. Tapi aku ingin makan di dekat rumah saja. Kalau dari kantor VOC ini jauh sekali. Malah nanti buat jalan, perutku tambah lapar lagi," ujar Raden Soemitro berkelakar. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!