Part 3

Malam itu, udara terasa menusuk tulang. Di taman belakang yang remang, Alea duduk memeluk dirinya sendiri. Matanya bengkak, wajahnya pucat, bibirnya bergetar—tanda ia sudah terlalu lama menangis. Hatinya serasa diremas-remas, tapi ia tak punya tempat untuk melarikan diri.

Langkah pelan Ibu Maisaroh berhenti tak jauh dari sana. Tatapan matanya lembut melihat sang menantu yang tampak hancur. Perlahan, beliau duduk di samping Alea.

“Kenapa masih di sini, Nak? Sudah malam… pergilah ke kamar suamimu,” ucapnya lembut. Suaranya bagai hembusan angin menenangkan di tengah badai.

Alea menoleh ragu. “Apa… apa aku pantas tidur satu ruangan dengannya, Bu?”

Ibu Maisaroh menarik napas panjang. “Faiz sudah jadi suamimu. Selama kau istrinya, kamarnya juga rumahmu. Jangan takut, Nak. Faiz itu anak yang baik… hanya saja hatinya sedang tertutup.”

“Tapi, Bu…” Alea mencoba bicara, namun Ibu Maisaroh memotongnya dengan suara penuh keyakinan.

“Percayalah. Jika kau sabar, Faiz akan luluh juga suatu hari nanti.”

Dengan perlahan, Ibu Maisaroh menggandeng tangan Alea, menuntunnya menaiki tangga menuju kamar Faizan.

 

Pintu kamar terbuka. Suasana sepi menyambut mereka—hanya cahaya remang dan angin malam yang berhembus dari balkon.

“Masuklah. Ibu tinggal dulu,” ucap Ibu Maisaroh dengan senyum menenangkan, lalu pergi meninggalkan Alea di ambang pintu.

Alea memandang jam di dinding. Hampir pukul satu dini hari. Dengan langkah ragu, ia menutup pintu, lalu berjalan perlahan mendekati balkon.

Dan di sanalah Faizan berdiri: tegap, diam, memandangi langit malam.

Lalu suara itu keluar—dingin, datar, tapi tajam seperti belati.

“Tidak pernah aku sangka… kejadian malam itu membuatku menikahi seorang pelacur.”

Dunia Alea seakan runtuh.

Kata-kata itu menembus jantungnya. Ia terpaku, tubuhnya kaku. Air mata mengalir tanpa izin. Ia ingin membela diri, ingin bicara, tapi tenggorokannya terasa tersumbat.

Tanpa suara, ia berbalik dan berbaring di atas ranjang. Bantal di bawah pipinya basah dalam sekejap.

Sementara Faizan tak sengaja menatapnya dari balkon, matanya penuh kemarahan yang bahkan ia sendiri tidak mengerti arah sumbernya.

"Apa-apaan ini...?! Berani sekali dia tidur di ranjangku...?!" melihat Alea di ranjang membuat darah Faizan mendidih. Dengan langkah lebar, ia keluar dari kamar, menuruni tangga menuju kamar ibunya.

“Mah!” suaranya terdengar di balik pintu, sedikit keras.

Ibu Maisaroh membuka pintu. Faizan masuk tanpa menunggu izin, wajahnya tegang.

“Kenapa wajahmu begitu, Nak?” tanya sang ibu pelan.

“Bagaimana Faiz bisa tidur satu kamar dengan dia? Faiz benci dia, Mah!” suaranya pecah, sarat amarah.

Ibu Maisaroh menatap anaknya dengan tenang. “Faiz, dia istrimu. Kau menikahinya di hadapan Tuhan dan sah secara negara. Hargai dia.”

“Dia itu… pelacur, Mah!” suara Faizan meninggi. “Dia bukan gadis baik-baik!”

“Faiz!” tegur sang ibu, nada suaranya mulai mengeras. “Jaga ucapanmu!”

Di luar kamar, Alea berdiri mematung. Ia mendengar semuanya. Setiap kata Faizan bagai palu godam menghantam hatinya.

Setelah percakapan di depan kamar, Faizan melangkah cepat menuju ruang kerjanya. Pintu ditutup dengan keras, meninggalkan jejak amarah yang masih membara di wajahnya.

Tak lama kemudian, Ibu Maisaroh menyusul. Ia masuk tanpa mengetuk, wajahnya menahan emosi, namun nada suaranya tetap tegas dan terkontrol.

“Faiz, dengarkan Mama bicara,” ucapnya lantang.

Faizan yang sedang duduk di kursi kerjanya menatap sang ibu penuh frustrasi. “Mah, Faiz tidak mengerti jalan pikiran Mama. Bagaimana Mama bisa memaksa Faiz hidup satu atap dengan perempuan itu?”

“Perempuan itu adalah istrimu, Faiz,” potong Ibu Maisaroh, tatapannya menusuk.

“Faiz sudah menyuruh Dio menyelidiki dia,” balas Faizan, nadanya meninggi. “Dia bukan gadis baik-baik, Mah! Dia juga tidak pantas berada di keluarga kita.”

“Mama tidak percaya,” ujar Ibu Maisaroh dengan suara tegas, nyaris tak memberi celah.

Faizan mengepalkan tangan, berusaha menahan emosi. “Mah, harus pakai bahasa apa Faiz bicara? Dia itu… bekas orang banyak, Mah! Faiz bahkan tidak pernah menyentuh seorang wanita sekalipun, apalagi memperkosanya seperti yang dia tuduhkan. Dia itu—”

“Cukup, Faiz!” bentak Ibu Maisaroh tiba-tiba, membuat Faizan terdiam seketika. Suara ibunya kali ini bagaikan petir yang memecah langit malam.

Ibu Maisaroh melangkah maju, berdiri tepat di hadapan putranya. Sorot matanya bergetar, antara marah dan kecewa.

“Mama tidak mau lagi mendengar kamu menyebut Alea seorang pelacur,” suaranya bergetar, tapi penuh wibawa. “Kamu tahu apa tentang hidupnya? Dia hanya korban, Faiz. Korban dari kakaknya sendiri yang menjualnya demi uang. Tidak ada seorang gadis pun yang ingin dicap dengan status hina seperti itu.”

Faizan menunduk. Kata-kata ibunya mulai mengguncang tembok amarah yang ia bangun selama ini.

“Mama membesarkanmu dengan cinta dan kasih sayang, Faiz. Apa hatimu begitu keras sampai tidak bisa melihat kebenaran? Alea sudah cukup menderita. Jangan tambah bebannya dengan ucapanmu.”

Hening. Hanya suara detak jam di dinding yang terdengar. Ibu Maisaroh menarik napas panjang, lalu mengucapkan keputusannya dengan suara bulat.

“Mama sudah memutuskan. Bulan depan, kita akan mengadakan resepsi pernikahanmu dengan Alea di Hotel X. Ini bukan permintaan, Faiz. Ini keputusan.”

Faizan menatap ibunya tak percaya. “Mah…”

“Cukup!” Ibu Maisaroh memotong ucapannya. “Kamu boleh membencinya sekarang. Kamu boleh menolak seribu kali. Tapi ingat, Faiz, di mata Tuhan dan negara, dia adalah istrimu. Dan selama Mama masih hidup, Mama tidak akan membiarkan menantu Mama diperlakukan seperti ini.”

Tanpa menunggu jawaban, Ibu Maisaroh berbalik dan meninggalkan ruang kerja. Suara pintu yang tertutup perlahan meninggalkan Faizan sendiri, tenggelam dalam amarah, kebingungan, dan rasa bersalah yang samar mulai muncul di hatinya.

...----------------...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

septiana

septiana

Faiz tuduhan mu sangat kejam, jangan sampai kamu menyesal nantinya

2025-09-06

1

Jumi🍉

Jumi🍉

Yang sabar ya Alea...🥺

2025-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!