Kamu Milikku Hulya!

Hulya membangunkan suaminya pelan pelan untuk shalat subuh. Dengan malas, Athar bangun dari kasur. Dia keluar dan duduk di lantai balkon kamarnya sambil menghisap cerutunya.

Hulya hanya bisa menghela nafasnya, dia juga tak akan melarang dan memaksa apapun pada suaminya ini. Dia ke kamar mandi mengambil air wudhu, lalu melaksanakan shalat subuh.

Athar menoleh ke kamar, ternyata istrinya masih shalat. Dia keluar kamar dan mengetuk pintu kamar mamihnya.

TOK TOK TOK

"Mamih, papih. Athar boleh masuk yah?"

CEKLEK

Papih Al membuka pintunya "Mamih masih shalat, masuk sini." Athar masuk ke kamar itu. Dia menunggu mamihnya sampai selesai shalat.

Selesai shalat mamih Aleesya masih dengan mukenanya menoleh ke belakang "Kenapa nak?" Tanyanya, dengan lembut.

Athar bersimpuh dibawah kaki mamihnya, sekali lagi dia memohon ampun pada mamih Aleesya. Dia menangis sesegukan, walaupun badannya gagah, bertatto, tetap saja jika di hadapkan dengan mamihnya, seorang Atharya akan ciut.

Baginya, mamih Aleesya adalah seorang ibu yang berharga. Sungguh Atharya sangat menyayangi mamihnya, tak pernah sekali pun dalam hidupnya dia membuat mamih Aleesya menangis.

Kejadian ini adalah pertama kalinya. Dia juga tak menyangka akan melakukan hal bejat pada seorang gadis yang tak berdosa. Papih Al hanya menatapnya dari sofa membiarkan anak dan istrinya bicara dari hati ke hati.

Tangan mamih Aleesya terulur mengelus kepala anaknya yang bersimpuh di kakinya. Bibirnya terasa keluh, sulit untuk bicara. Hancur? Jelas saja! Mamih Aleesya masih tak menyangka, kalau anaknya ini akan melakukan hal kotor itu.

Tapi mamih Aleesya melihat dari sisi yang lain. Bahwa anaknya di jebak oleh seseorang. "Bangun, nak."

Atharya bangun dan duduk sejajar dengan ibunya. Mamih Aleesya menghapus air mata anaknya.

"Mamih maafin kamu sayang. Mamih harap, kamu bisa memperlakukan istrimu dengan baik. Cukup sekali kamu menyakitinya, jangan lagi. Mengerti? Sayangi Hulya, cintai dia."

"Iya mih, Atharya janji. Maafin Athar mih."

Di balik pintu kamar mertuanya, ternyata Hulya mengintip di balik celah pintu yang sedikit terbuka. Dia berlinang air mata, ternyata Atharya tak seburuk yang dia kira.

Hulya kembali ke kamarnya dan duduk di ujung kasur menunggu suaminya datang. Tak lama Athar masuk, dia berjalan melewati Hulya. Namun Hulya menahan tangan suaminya.

Athar menoleh "Mas...!" Ucap Hulya, dia berdiri dan memeluk suaminya. Jujur saja Athar sedikit kaget dengan perlakuan Hulya.

"Ka-kamu kenapa?" Athar melepaskan pelukan itu pelan.

"Aku-aku sudah memaafkanmu mas. Aku juga manusia biasa yang punya banyak dosa." Ucap Hulya dengan menunduk. Dia juga tak bisa pungkiri, kalau Atharya juga korban sama sepertinya.

Athar menarik istrinya ke dalam pelukannya. Dia mengusap ngusap punggung Hulya. "Aku janji, akan menemukan orang yang sudah menjebak kita. Dan aku juga akan buat perhitungan sama orang itu!"

"Iya mas." Hulya menelusupkan kepalanya ke dada suaminya. Ada rasa nyaman dan aman dalam dirinya. Padahal mereka baru mengenal. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh dari Allah.

Takdir yang tak disangka sangka membawa mereka dalam ikatan suci pernikahan. Yang awalnya buruk, belum tentu hasil akhirnya akan buruk juga kan?

Cukup lama keduanya berpelukan, Athar melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik nan polos sang istri. Dia mengecup kening Hulya cukup lama. Hulya pun tak menolaknya, dia memejamkan matanya merasakan ketulusan suaminya.

"Aku mandi dulu, nanti kita ke bawah yah sebentar lagi sarapan pagi."

"Mas tunggu."

"Kenapa?" Athar balik badan menunggu Hulya bicara.

"Mas, setelah tahu siapa pelakunya, apa mas akan men-menceraikan aku?" Tanya Hulya dengan tersenyum getir. Athar mendekati istrinya lagi, dia membelai pipi Hulya dengan lembut.

"Tidak akan! Kamu milikku, Hulya. Kamu di takdirkan Allah untukku. Jangan berpikir yang aneh aneh. Meskipun belum ada cinta diantara kita, aku akan berusaha mencintaimu. Begitu pun kamu. Tolong siapin baju yah, aku mandi dulu."

Hulya tersenyum tipis mendengarnya, ada perasaan lega dalam hatinya. Dia pun ke lemari mengambil baju suaminya.

-

-

-

Di meja makan, mamih Aleesya mengenal kan Anna pada besannya. Hulya dan Athar baru turun, mereka gabung di meja makan.

Hulya masih malu malu dia menunduk terus "Hulya, nanti ikut mamih yah nak. Mamih mau ajak jalan jalan Hulya sama bu Annisa." Kata mamih Aleesya dengan lembut.

Hulya melirik dulu suaminya, dan Athar mengangguk pelan. "Boleh kok mih, nanti Athar temenin."

"Enak aja! Ini urusan wanita yah." Ucap mamih Aleesya.

"Eum memang kita mau kemana bu?" tanya bu Anisa.

"Kita ke mall yah, supaya kita bisa lebih akrab. Jangan sungkan ya bu, anggap aja saya teman ibu." Lanjut mamih Aleesya.

-

-

-

Bu Anisa dan Hulya sangat takjub dengan mall besar itu. Ini pertama kalinya bagi mereka menginjakan kakinya ke mall. Sementara pak Jafar bersama papih Al dan Athala ke kantor. Papih Al sengaja membawa pak Jafar kesana. Supaya pak Jafar tidak berpikir yang macam macam lagi.

"Ini namanya mol?" Tanya bu Annisa.

"Hehe iya betul bu, ayo kerabat saya udah nungguin diatas." Kata mamih Aleesya.

Bahkan untuk naik eskalator saja Hulya dan bu Annisa tak bisa. "Kita naik lift aja yah, jangan takut. Aman kok." ucap mamih Aleesya.

Mereka mengikuti mamih Aleesya, dan Romeo mengekor di belakangnya. "Ini kok kita dikurung?" Tanya bu Anisa yang nampak ketakutan di dalam lift. Dia berpegangan bersama Hulya.

Mamih Aleesya tersenyum hangat. Dia memegang tangan bu Anisa dan Hulya "Aman kok bu. Percaya sama saya."

TING

Pintu lift itu terbuka mamih Aleesya tetap memegang tangan keduanya. Kini mereka masuk ke dalam salon langganan mamih Aleesya.

"OMG mommy...ahhh kangen banget. Sama sapose?" Ucap pria bernama Zay yang sedikit kemayu.

Mamih Aleesya mengenalkan menantunya dan juga besannya. Zay melihat dari atas sampai bawah.

"Tolong di make over yah, sama baju baju yang udah aku pesan tadi udah di siapin kan?" Lanjut mamih Aleesya lagi.

"Siap donk mommy. Ih mommy makin cantik deh, terakhir si papih jutekin aku, syebel." Gerutu Zay.

"Hahaha lagian udah tahu si papih geli." Ledek mamih Aleesya dengan nada bercanda.

Hulya dan bu Anisa saling lirik. "Ma-maaf mamih, kita mau di apain?" Tanya Hulya.

"Mau di make up sayang, jadi wajahnya di dandanin gitu kayak pakai lipstick, bedak, pokonya percaya sama mamih."

Hulya dan bu Anisa mengangguk patuh. Zay dan para staffnya pun sudah bersiap.

"Ayo sis...yuk madam... Guys... Come here. Mari kita kerja." Ucap Zay penuh semangat.

Mamih Aleesya merekam kegiatan mereka disana dan mengirimnya ke Atharya. Sebetulnya Hulya sudah sangat cantik.

Namun mamih Aleesya tak mau ada yang memandang rendah menantunya. Ia sangat bahagia bisa membuat Hulya dan bu Anisa lebih cantik.

"Haciiim...ini apa aa?" Tanya Hulya.

"Ini brush babe, namanya." Jawab Zay dia melanjutkan lagi pekerjaannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!