Papih Al sebagai ayah dari Atharya memperkenalkan diri dan juga mengenalkan keluarganya pada keluarga pak Jafar.
"Ada apa Atharya? Jelaskan!" Tak ada senyum dimata papihnya. Alana dan suaminya, beserta yang lainnya menunggu penjelasan Atharya.
Dengan sedikit ketakutan namun dengan penuh kejujuran akhirnya Atharya menjelaskan semuanya. Tepat di hadapan pak RT juga. Untungnya di dalam rumah, hanya ada perwakilan saja.
Para warga menunggu di luar. Pak RT dan para tetua akhirnya paham. Mereka juga akan merahasiakan kenapa Atharya bisa masuk kerumah ini. Hulya juga mulai mendongakkan kepalanya menatap Atharya dari pinggir.
Padahal Athar sudah menjelaskan sebelumnya pada Hulya saat di kamar. Namun Hulya masih terguncang jadi ia tak bisa berpikir jernih
"Siapa nama mu nak?" Tanya papih Al pelan.
"Hulya pak!" Jawab Hulya dengan menunduk.
"Berapa umurmu nak?" Tanya papih Al lagi.
"Umur saya 18 tahun pak!" Jawab Hulya yang terus menunduk. Malu? Tentu saja! Ini aib besar bagi dirinya dan keluarganya.
Semua keluarga Atharya terkejut ketika mendengar umur Hulya yang masih sangat muda. Papih Al berdiri dan membawa Atharya lalu bogem mentah itu mendarat di wajah anaknya.
BUGH BUGH BUGH
Dengan penuh emosi papih Al menghajar Atharya tanpa ampun! Semua orang kaget melihatnya, Erlando, om Bastian, Athala juga Ray berusaha menahan papih Al yang sangat emosi.
"Pih, udah pih kasihan Athar."
Alana ingin melerainya. Namun suaminya melarangnya, ia menarik istrinya ke belakang dirinya. Ia takut Alana terkena pukulan papihnya yang sedang tersulut emosi.
Pak RT tak menyangka jika orang tua Atharya yaitu papih Al akan memb4bi buta menghajar anaknya. Bu Anisa dan pak Jafar juga sedikit khawatir melihat Atharya yang babak belur. Begitu juga Hulya ia sama cemasnya.
Hulya dengan nekad melindungi Atharya supaya tak dipukul lagi. Jujur saja meskipun Atharya jahat padanya, tapi dia paling tidak tega jika melihat orang dipukuli.
"CUKUP PAK! CUKUP!" Teriak Hulya yang menghalangi papih Al memukuli Atharya.
Dengan nafas yang naik turun, papih Al memarahi Atharya habis habisan di depan semua orang. Atharya pun pingsan di tangan Hulya setelah mendapat pelajaran dari papihnya.
"Ya ampun...Ray cepat bawa ke kursi." Kata Athala. Mereka panik ketika Atharya pingsan. Begitu pun keluarga Hulya.
-
-
Setengah jam sudah Atharya pingsan, hingga akhirnya dia mulai sadar. Bu Anisa sudah membersihkan bekas luka di wajah Atharya. Ia merasa kasihan melihat Atharya babak belur namun ia juga marah dengan Atharya.
Selama dia pingsan, om Bastian berkoordinasi dengan RT setempat untuk menyiapkan pernikahan dan jamuan makan makan sederhana.
Hulya sudah ada dikamar bersama istri pak RT, bu Indah. "Neng Hulya, yang sabar ya. Semoga pernikahan ini nantinya bisa membawa keberkahan. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi kedepannya." Nasihat dari bu Indah.
"Iya bu hatur nuhun nasihatnya." Lirih Hulya yang sudah tak bertenaga sama sekali.
Hulya tengah di dandani seadanya oleh Alana, karena peralatan makeup yang Alana bawa hanya ala kadarnya.
"Hulya, aku sebagai kakak minta maaf atas kelakuan Atharya. Aku juga perempuan, aku mengerti perasaanmu." Ucap Alana dengan lembut. Hulya mengangguk lemah.
Alana memeluk Hulya dengan erat "Mulai sekarang, kamu adik ipar aku. Kamu cantik sekali. Kita ke depan yah!"
"Panggil teteh Alana atau kakak Alana?"
"Hehehe boleh, apa aja terserah kamu!"
Alana dan bu Indah membawa Hulya ke depan, disana penghulu sudah hadir. Mereka akan menikah secara Agama dulu. Setelah itu pernikahan mereka akan di resmikan secara negara.
Atharya tak berkedip memandang Hulya yang di balut gamis simple. Namun dia tak mau berharap banyak, dia berjanji akan menyembuhkan luka Hulya.
Memang jika diperhatikan, keluarga Hulya jauh dari kata cukup. Rumah mereka saja dari kayu yang sudah reot. Pak Jafar dan bu Anisa bekerja sebagai petani. Hulya yang baru lulus SMA ikut membantu pekerjaan orang tuanya.
Papih Al berbisik pada Athala, untuk segera merenovasi rumah calon menantunya. Ini salah satu bentuk rasa tanggung jawab papih Al terhadap keluarga Hulya atas kesalahan anaknya.
"Siap pih. Nanti Athala hubungi Andre." Kata Athala.
-
-
SAH ALHAMDULILLAH
Hulya dan Atharya resmi menikah. Pernikahan tak terduga ini membuat mereka sedikit canggung. Hulya menyalami punggung tangan Atharya yang kini jadi suaminya. Begitu juga Atharya yang merapalkan doa di ubun ubun sang istri.
Para warga pun makan makan sederhana di sana. Hulya masih tak menyangka dia harus menikah karena di perk*sa Bukan karena saling mencintai. Hulya dan Atharya hanya diam seribu bahasa di kursi tak ada yang bicara.
Papih Al berbicara dengan orang tua Hulya, ia meminta ijin membawa Hulya ke Jakarta malam ini juga. Karena mamihnya Atharya sudah bertanya terus keadaan anaknya.
Papih Al juga memberikan kontaknya. Karena pak Jafar sedikit tak percaya dengan keluarga Atharya. Meskipun kelihatannya Atharya anak orang kaya. Tetap saja pak Jafar takut melepaskan anak satu-satunya.
"Bapak dan ibu bisa ikut juga bersama kami. Supaya kita bisa saling mengenal sebagai besan." Ucap papih Al.
Bu Anisa melirik suaminya "Kita ikut saja pak, kasihan Hulya. Ibu masih ada tabungan kok pak!" Ucap bu Anisa.
"Iya bu, kita kesana. Baik pak, kami akan ikut setelah melihat anak kami di perlakukan baik, kami akan pulang lagi." Kata pak Jafar.
-
-
-
Didalam kamar, pengantin baru ini sama sama diam hingga Atharya mulai bersuara.
"Eum, Hulya. saya minta maaf atas dosa yang ku perbuat, saya akan menebus kesalahanku. Tolong beri saya kesempatan untuk bertanggung jawab!"
"Kan sudah, kita sudah menikah!" Jawab Hulya lemas.
"Kamu ikut saya ke Jakarta malam ini, orang tuamu juga ikut. Saya akan kenalkan kamu dengan mamih saya!"
Hulya menoleh ke wajah Atharya "Iya gimana baiknya aja, bukannya seorang istri harus nurut kan sama suami?"
"Iya ya udah kamu bisa siap siap. Saya tunggu di luar."
Ketika Atharya ingin keluar kamar, Hulya menahan tangan Athar "Tunggu! Umur kamu berapa?"
"25 tahun!" Ucap Atharya datar "Eum, aku panggilnya apa?"
"Terserah kamu aja!"
Atharya melepaskan tangan Hulya dia pun keluar kamar. Hulya tak memikirkannya lagi dia membereskan pakaiannya. Setelah semuanya siap, mereka semua pergi ke Jakarta malam itu juga.
Atharya dan Hulya ikut mobil kakaknya, yaitu Alana dan suaminya. Selama di dalam mobil pengantin baru itu tak bicara sedikit pun. Padahal kakak iparnya Atharya, sudah menyuruh mereka mengobol.
Atharya justru tidur tak memikirkan istrinya. Hulya lebih banyak melamun dan sedikit takut. Karena ini pertama kalinya dia ke Jakarta.
Pikirannya sudah jauh sekali, bagaimana jika dia dijual oleh keluarga suaminya? Secara Atharya anak orang kaya, tapi melihat Alana sepertinya baik dimata Hulya. Wajar saja Hulya baru 18 tahun dan terpaksa harus menikah karena kecelakaan.
-
-
-
Akhirnya sampai juga mereka semua di rumah orang tua Atharya. "Thar, bangun udah sampai. Kamu masih pusing? Mau kakak gendong?" Ucap Erlando datar.
"Hoaaaamm....ck... Emang aku bayi apa? Iya ayo turun." Kedua kakaknya sudah turun dari mobil, Athar dan Hulya turun belakangan.
Namun kaki Hulya serasa dipaku di tempat. Dia melihat rumah suaminya bak istana di negeri dongeng. Pilar-pilar kokoh dan halaman yang luas sekali. Bangunan tinggi juga mewah. Tangan Hulya bahkan sudah keringat dingin.
"Ayo masuk, mamih udah nungguin di dalam." Ketika Athar jalan duluan, dia menoleh ke belakang Hulya malah diam, terlihat dari raut wajahnya yang cemas.
Atharya menghampiri istrinya dan menggenggam tangan Hulya. "Kenapa?"
"Ta-takut mm-mmas...kalau ibunya mas ngusir aku gimana?"
Atharya tersenyum hangat ketika Hulya memanggilnya mas. "Tenang aja...ada aku. Mamih orangnya baik. Percaya sama aku yah!"
"Ii-iya mas Athar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments