Bab 4

Saat Liora kembali ke sisi papanya, makanan di meja sudah siap.

"Mama kamu mana?" tanya Yudistira.

Liora langsung menatap tajam, " Aku cuma punya satu mama!" tegasnya.

Seketika Yudistira langsung menyadarinya, " ah maaf, Papa salah."

Liora cuek, diapun segera duduk manis di kursi dan mulai makan.

Tak lama kemudian Naysila muncul, sungguh pandai berakting. Padahal tadi bersikap seperti mak lampir kini giliran di depan Yudistira sok kalem.

"Kenapa lama?" tanya Yudistira pada istri mudanya.

"Maaf, tadi merapikan make up," jawab Naysila lembut.

Liora merasa mual, dia benar-benar tidak nafsu makan saat melihat perusak keluarganya itu.

"Pa, aku mau dibungkus aja makan di rumah!" sela Liora.

"Kenapa?" tanya Yudistira kecewa, " Kita sudah lama tidak makan bersama loh."

"Aku banyak tugas, Pa. Tadi niatnya beli makanan memang dibungkus kok," jawab Liora.

Yudistira mengangguk paham, tahu jika putrinya itu memang tidak suka makan bersama Naysila. Yudistira segera memanggil pelayan, meminta untuk membungkuskan makanan.

Sambil menunggu, Liora memainkan ponselnya. Berkirim pesan dengan Elvara.

"Liora, sudah tiga tahun. Papa khawatir kalau kamu tinggal sendiri di luar, pulanglah, Nak?" pinta Yudistira memelas.

"Papa tenang saja, rumah itu selamanya akan menjadi rumah aku. Kalau sudah waktunya aku akan pulang!" jawab Liora yang membuat Naysila cemberut.

"Kalau kamu butuh apa-apa langsung bilang sana Papa!"

"Oke, kalau gitu belikan aku mobil sport yang terbaru! Aku sudah bosan dengan mobilku saat ini," pinta Liora.

"Mobil kamu kan baru beli tiga bulan lalu, masa sudah bosan?" sela Naysila.

"Terserah aku dong, uang papa juga uang aku! Ingat, walau kamu istri papa, tapi kamu datang tidak membawa apapun!" sergah Liora pedas.

Naysila kalah telak, lalu memasang wajah memelas pada Yudistira. " Aku tidak bermaksud apa-apa, cuma mengingatkan saja agar lebih bijaksana dan mengeluarkan uang."

"Tidak apa-apa, anak teman-teman aku juga begitu kok," balas Yudistira santai.

Liora tersenyum puas," Nanti foto mobilnya aku kirimkan ke Papa. Kalau begitu aku pulang dulu," pamitnya sembari melirik sinis ke Naysila.

"Hati-hati di jalan," ucap Yudistira.

"Iya, Pa."

Liora pun mengambil bungkusan makanan yang baru saja diberikan oleh pelayan restoran, setelah itu dia memutuskan untuk pulang.

Sampai di apartemen, Elvara sudah menunggu. Gadis itu sengaja tidak memasak karena sudah Liora kabari mau pulang membawa makanan.

"Dih, Lahab banget makannya. Memangnya tadi tidak diajak makan saja Zefran?" cibir Liora.

"Ya diajak, tapi kamu tahu sendiri kami masih dalam tahap PDKT. Aku malu lah kalau makan banyak, makanya sampai rumah aku masih kelaperan," balas Elvara apa adanya.

"Kamu tuh kelihatan kecintaan banget sama dia, udah terima aja. Kalau memang dia playboy seperti yang orang lain tuduhkan tinggal diputus," saran Liora.

"Benar juga ya kamu? Tapi aku belum pernah pacaran, aku bingung orang pacaran itu ngapain aja."

"Ya tinggal jalanin dan ikutin alur aja, yang penting kamu harus menjaga kehormatan. Jangan berikan kesucian kamu pada pacar kamu, iya kalau itu jadi jodohmu. Kalau enggak? Kita sendiri yang akan rugi," tutur Liora.

"Tumben kamu ngomong kaya orang bener."

"Sialan, kau kira selama ini aku sinting?" cibir Liora.

Elvara pun tertawa terbahak-bahak.

Usai makan bersama, mereka masih asyik menonton film di ruang santai. Secara kebetulan kesukaan mereka hampir sama, drama china. Makanya mereka satu frekuensi.

*

Pagi ini Liora tengah sarapan bersama Elvara. Temannya itu masak urap dan ayam bakar.

"Apakah enak?" tanya Elvara.

"Sumpah enak banget, aku kadang merasa heran. Kamu kan dulunya juga terlahir dari keluarga kaya, kok kamu bisa masak," ungkap Liora penuh kekaguman.

"Karena aku memang dari kecil suka bantuin mama masak, Kak Daichi malah lebih jago masaknya," balas Elvara antusias.

Mendengar nama Daichi, Liora menjadi keheranan. Karena jelas-jelas Daichi kemarin sudah berada di Indonesia, tapi hingga saat ini masih belum bilang pada Elvara.

Saat Liora ingin memberitahu lagi, tiba-tiba ponselnya berdering. Kali ini ada panggilan dari dari papa tirinya. Diapun segera mengangkatnya. perasaannya berubah menjadi tidak enak, karena tidak biasanya Papa tirinya itu menghubunginya.

"Hallo"

"Hallo, Liora mama kamu sakit. Bisakah kamu datang ke sini? Mama kamu terus menanyakan kamu."

"Baiklah, aku akan segera ke sana."

"Kakak kamu semalam sudah memesankan tiket pesawat, maaf papa baru memberitahumu pagi ini karena takut kamu khawatir dan panik jika dikasih tahu semalam."

"Iya. Nggak papa."

Setelah sambungan telepon terputus, Liora bergegas lari ke kamar mengemasi barang-barang miliknya.

Elvara juga ikut membantu, karena sudah lama tinggal bersama makanya Elvara hafal betul barang-barang penting yang dibutuhkan seperti charger, skincare, laptop dan make up.

"Nanti antar aku ke bandara, mobilku kamu bawa aja! Oh iya, nanti kalau Papa aku mengirimkan mobil lamu terima!" titah Liora.

"Oke, beres!"

Usai bersiap-siap, mereka segera menuju ke bandara. Pukul 10 siang Liora sudah sampai di Bandara Bali. Dan yang menjemputnya adalah kakak tirinya—Raka. Usianya beberapa tahun lebih dewasa dari Liora, sebaya dengan Daichi.

"Liora!" Panggil Raka.

"Hai, Kak Raka!" balas Liora berjalan ke arahnya.

Berbeda saat bersama keluarga papanya, Liora merasa jauh lebih nyaman bersama keluarga baru mamanya. Karena papa tiri dan saudara tirinya baik, menerima Liora seperti keluarga sendiri.

"Setahun tidak bertemu, kamu semakin cantik saja?" puji Raka sembari mengambil alih koper milik Liora.

"Ya jelas dong," balas Liora jumawa.

"Pulang dulu, apa langsung ke rumah sakit?" tanya Raka mulai serius.

"Langsung rumah sakit, mama sakit apa?"

"Terlalu rindu memikirkan kamu."

"Yang benar dong jawabnya," sungut Liora kesal.

"Masuk angin hehe, tapi soal mama kmu yang rindu berat itu memang benar. Makanya kamu tinggal aja di sini," balas Raka.

Liora hanya diam saja. Selalu begitu. Dia sendiri juga tidak mengerti, walau sebaik apapun keluarga baru mamanya dia merasa tidak nyaman untuk ikut masuk. Liora—merasa nyaman tinggal sendiri.

Apalagi sikap Raka yang dia rasa kadang terlewat baik, seringkali membuat Liora salah paham.

Usai mereka memasuki mobil, Raka melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah sakit.

"Liora, kamu tidak mau tinggal di sini apa karena di Jakarta sudah punya pacar?" tanya Raka tiba-tiba.

"Pacar? Nggak minat!" tegas Liora.

"Kenapa, apakah kamu masih trauma karena hubungan orang tuamu yang gagal?" tanya Raka lagi.

"Ya begitulah, lagian aku merasa aku terlalu baik untuk cowok manapun."

Jawaban asal Liora membuat Raka tertawa lepas.

"Kau benar, kau terlalu baik untuk cowok manapun!" gumam Raka.

Terpopuler

Comments

Danisa Thalita

Danisa Thalita

yukk lanjutkan kak

2025-09-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!