Bab 3

"Sayang, bibirmu manis sekali. Bagaimana ini? aku sungguh menginginkan lagi."

Nafas Liora tersengal-sengal, dia bisa merasakan lembutnya bibir Daichi yang menyapu lehernya. Apalagi saat jemari Daichi dengan nakal mengusap-ngusap bagian bawah perutnya.

Tok... Tok... Tok!

"Liora, bangun! Aku sudah buatkan sarapan kesukaan kamu nih, pagi ini kita ada kelas loh!"

Mata Liora langsung terbuka. Ternyata itu mimpi, sontak saja Liora langsung panik sebab celana dalamnya basah.

Sialan, mimpi apa aku ini?

Tok... Tok... Tok!

"Liora, kamu belum bangun juga?" Timpal Elvara menaikkan suaranya.

"Iya, aku sudah bangun kok. Aku mandi dulu!" jawab Liora mencoba untuk tenang.

"Baiklah, kalau gitu buruan. Aku tunggu!"

Liora segera beranjak dari tempat tidurnya, dia mandi dengan terburu-buru. Saat dia memakai make up di depan meja rias, dia menatap wajahnya sendiri dengan rasa malu.

Bisa-bisanya aku bermimpi sedang bercumbu dengan Kak Daichi, memalukan sekali. Tapi—Wajah dan body nya memang selera aku banget.

Tok... Tok... Tok...

"Liora, kamu tidur lagi ya?" Pekik Elvara sembari mengetuk pintu.

Liora segera membuka pintu, " Aku baru selesai make up ini."

Elvara langsung nyengir," Hehe, kirain kamu tidur lagi. Ayo kita sarapan terus berangkat kuliah, pagi ini aku bareng kamu ya? Biar nanti pulang dari kampus bisa bareng Zefran," timpalnya.

"Kalau kamu suka dia, kenapa nggak langsung terima aja sih?" balas Liora.

"Ah nggak seru, cewek kalau mudah didapatkan akan mudah disia-siakan pula," tutur Elvara meyakinkan.

Liora pun mengangguk setuju, contohnya mama dia sendiri. Karena terlalu patuh pada suaminya akhirnya membuat papanya Liora merasa tidak ada tantangan dan selingkuh dengan perempuan lain.

"Kamu masak apa?" tanya Liora penasaran.

"Daging mercon level dua, aku nggak berani pedas-pedas. Terakhir kali bikin level lima kita berdua malah diare," jawab Elvara tergelak.

Liora langsung menuju ke ruang makan, matanya berbinar menatap meja makan. " Kelihatannya enak sekali!"

Elvara segera mengambilkan nasi ke piring untuk Liora, " Makanlah yang banyak!"

"Terima kasih, kamu baik sekali," ucap Liora sangat senang.

"Tentu, aku tidak akan membiarkan kamu merasa sia-sia mengajak aku tinggal di sini," balas Elvara.

"Jangan dibahas lagi deh, dulu kan aku minta kamu nemenin aku karena aku takut tinggal sendiri. Lagian apartemen ini juga ada dua kamar, selama kamu tinggal di sini kamu juga mengurus aku."

"Kalau begitu, kamu nggak marah lagi soal semalam kan? Maaf ya, udah bikin kamu malu di depan kakak aku," sela Elvara.

Sontak saja Liora yang tengah enak-enaknya makan langsung terbatuk hingga tersedak.

Uhuk.. uhuk.. uhuk..

Elvara bergegas mengambilkan Liora air putih.

"Ayo minum-minum!"

Setelah menghabiskan setengah gelas air putih, Liora melirik Elvara. " Please, jangan bahas itu lagi!" pintanya memelas.

"Iya, maaf," jawab Elvara menahan tawa.

"Udah buruan makan, katanya kita ada kelas pagi!" sela Liora.

"Hm."

*

Liora dan Elvara satu kampus tapi beda jurusan, Liora memilih Fashion Design sementara Elvara jurusan hukum. Karena berbedaan jadwal, mereka terlihat dekat saat di rumah saja. sementara di kampus mereka memiliki kegiatan masing-masing.

Berbeda dengan Elvara yang memiliki banyak teman, Liora introvert dan lebih tepatnya membuat orang lain takut untuk mengenalnya sebab Liora selalu memasang wajah dingin dan sinis.

Karena tadi dia melihat Elvara bersama Zefran, Liora pun pulang sendiri. Di tengah perjalanan dia mendapat telepon dari papanya. Dia segera menjawabnya.

"Hallo."

"Halo, Liora. Malam ini apakah kamu bisa pulang? Sudah lama kita tidak makan malam bersama."

"Maaf, Pa. Aku banyak tugas kampus. Lain kali aja."

"Ya sudah kalau begitu, uang bulanan kamu sudah papa transfer."

"Hm."

Liora segera menutup teleponnya, padahal dia tidak sibuk tapi Liora memang malas pulang ke rumah. Istri baru papanya adalah sahabat baik Liora kala SMA, mereka berselingkuh saat kedua orang tua Liora belum bercerai. Makanya sejak itu Liora menjadi introvert dan sulit didekati. Menjadi sosok yang tak mudah percaya pada orang lain.

Sesampainya di apartemen, Liora segera mandi. Tanpa adanya Elvara suasana menjadi sepi. Semenjak dia kuliah, satu-satunya teman dia adalah Elvara.

Makan apa ya?

Tidak ada Elvara, tidak ada yang memasak untuknya. Dia juga tidak bisa masak sendiri. Makanya Liora memutuskan keluar lagi, dia ingin makan malam di luar saja.

Hingga tanpa sengaja Liora bertemu dengan dua orang yang tidak ingin dia lihat. Papa dan mantan sahabatnya. Ingin pergi, tapi papanya sudah terlanjur melihatnya.

"Liora!"

Mau tak mau, Liora pun mendekat ke arah meja mereka.

"Tugas kampusnya sudah selesai ya? Ayo makan sama kami, Papa rindu kamu," sapa Yudistira antusias.

"Iya, Pa," jawab Liora malas-malasan.

"Hai, Liora. Bagaimana kabar kamu?" sapa Naysila ramah.

Liora memutar bola matanya, sinis. Sahabat yang dulunya bisa sekolah karena beasiswa, kini bisa dandan glamor karena merusak keluarga Liora.

"Kamu mau pesan apa?" sela Yudistira.

"Terserah papa saja, aku tidak pemilih," balas Liora dingin.

"Baiklah, kalau gitu Papa pesankan makanan kesukaan kamu," ucap Yudistira.

"Pa, aku ke toilet sebentar," pamit Liora.

"Iya," jawab Yudistira.

Liora segera mengambil tas mininya, lalu berjalan ke toilet. Dia malas berlama-lama melihat mereka, walau tiga tahun sudah berlalu tapi rasa benci itu masih belum hilang.

Saat Liora merapikan bercermin di kaca toilet, tiba-tiba saja Nayla muncul.

"Liora, bagaimana kabar kamu?" tanya Naysila tersenyum penuh arti.

Liora malas merespon, tapi saat dia hendak pergi Naysila menahan tangannya.

"Kau tidak mau bertanya bagaimana kabar aku? Sebentar lagi kamu akan punya adik loh," cicit Naysila tersenyum smirk.

Tapi Liora lagi-lagi tetap bersikap datar," Lepaskan tangan kamu yang menjijikkan itu!"

"Wow, kamu masih saja sombong seperti dulu. Tapi kamu harus ingat, jika nanti adik kamu lahir, maka yang akan menjadi pewaris perusahaan papa kamu adalah anakku!"

Liora bukanya marah, tapi malah tertawa mengejek.

"Apa yang lucu?" sergah Naysila tak mengerti.

"Kalau berani, coba katakan itu di depan papa. Kira-kira bagaimana respon papa, hm?" tantang Liora. " Perusahaan itu masih milik kakek, dan sama kakek diwariskan atas namaku! Percaya diri banget kamu mau merebut warisan milikku, memangnya kamu sudah dianggap sebagai menantu kakek?" sarkasnya.

Wajah Naysila langsung memerah menahan amarah.

"Dan kau kira dengan memakai pakaian bermerk serta perhiasan mahal itu bisa membuatmu naik kelas? Oh tentu tidak, kau norak dan kampungan!" sergah Liora terkekeh puas.

"Liora, bagaimanapun juga aku adalah ibu tirimu!"

"Najis, bahkan jadi pelayan aku saja kamu tida pantas!" balas Liora lalu meninggalkan Naysila yang mencak-mencak marah.

Terpopuler

Comments

Nor Rahmah

Nor Rahmah

Ini nih definisi diberi hati minta jantung

2025-09-10

0

Teti Usmayanti

Teti Usmayanti

mantap Liora, hempaskan pelakor itu

2025-09-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!