LUKA YANG TAK TERLIHAT

LUKA YANG TAK TERLIHAT

Bab 1 Siksaan Selama Pernikahan

Hujan mengguyur kota sejak sore. Di balik jendela kaca rumah megah di pusat kota kecil itu, Rania duduk memeluk lututnya. Wajahnya pucat, pipinya merah membiru, bekas tamparan yang baru diterimanya satu jam lalu. Ia tak menangis. Sudah lama air matanya kering.

Di ruang tamu, suara bentakan sang suami, Rendi, masih terdengar. Kali ini soal lauk makan malam yang katanya terlalu asin. Tadi pagi, soal baju yang tak disetrika. Tiada hari tanpa bentakan, kadang diselingi pukulan, tendangan, atau caci maki yang mengoyak harga dirinya sebagai perempuan, sebagai seorang manusia.

Rumah sebesar ini apakah tidak ada pembantu atau semacamnya? Tidak ada. Rania-lah yang harus mengerjakan semuanya. Apa karna dirinya tidak memiliki skill apa - apa? Sama sekali bukan. Rania adalah salah satu lulusan terbaik dari Perguruan Tinggi yang dulu pernah ia tempuh untuk menjadi seorang sarjana.

Saat baru menerima penghargaan kelulusannya, Rania bahkan langsung mendapatkan penawaran dari  perusahaan incaran nomor satu yang ada di ibukota. Tapi semua itu sudah masa lalu yang hanya bisa dikenang setelah boss besar yang begitu ia cintai itu membuangnya bahkan nama Rania Agatha ter-blacklist secara permanen di seluruh dunia. Sangat kejam.

Di sudut kamar, dua pasang mata kecil memperhatikan Rania. Alan, si sulung yang baru berusia sepuluh tahun, menggenggam erat tangan adik kembarnya, Chesna. Keduanya diam, ketakutan. Tapi bukan hanya karena ayah mereka, melainkan takut pada hari esok yang akan terus seperti ini.

“Mama…” suara lirih Alan memecah sunyi. Rania menoleh, mencoba tersenyum walau bibirnya pecah.

“Iya, Nak?”

“Kapan kita bisa pergi dari sini?”

Rania terdiam. Bukan karena tak ingin menjawab, tapi karena ia pun tak tahu. Kehidupannya selama 4 tahun pernikahan bersama Rendi, benar-benar penyesalan yang tak bisa ia ungkapkan.

___

Kehancuran Rania dimulai sejak 11 tahun lalu, saat dirinya jatuh cinta pada pemimpin perusahaan dimana ia bekerja. Cinta yang tak terbalas membuat Rania nekat sampai nyaris saja menghilangkan nyawa andiknya sendiri. Kejadian itu tentu saja membuat dua pria sekaligus menghukumnya secara membabi buta.

Rania adalah seorang ibu tunggal saat bertemu Rendi, lelaki yang kala itu tampak lembut dan penyayang. Ia pikir, akhirnya ada yang mau menerima dirinya dan anak - anaknya, yang merupakan hasil dari masa lalunya yang kelam. Masa ketika ia secara tak sengaja ditiduri oleh pria yang sangat membencinya. Itu bukan pemerkosaan juga bukan permainan ranjang karena cinta sedang menggebu. Hal itu sulit untuk diartikan, bahkan Rania pun tidak sudi mengingatnya.

Rania pernah salah, dan ia tahu, ia sangat salah atas kejahatannya di masa lalu. Terkadang ia pun menyimpulkan bahwa apa yang ia alami selama ini adalah hukum karma atas keburukannya . Tapi,  apakah kesalahan harus menuntunnya ke jurang penderitaan seumur hidup? Rania tidak sanggup lagi.

Menjadi seorang ibu tunggal selama 6 tahun, Rania akhirnya memutuskan untuk menikah. Saat menikah dengan Rendi, Rania mengira hidupnya akan membaik. ya, salah satu alasannya menikah yaitu untuk menunjang kedua anaknya yang harus segera mendaftar kekolah Dasar. Tapi baru sebulan setelah janji suci diikrarkan, topeng Rendi runtuh. Ia kasar, ringan tangan, dan suka merendahkan. Kata “perempuan hina” adalah panggilan sehari-hari yang dilontarkan padanya.

“Jangan sok suci! Siapa kamu? Perempuan murahan yang sudah hamil duluan! Aku nikahi kamu itu karena kasihan, bukan cinta!” begitu kata Rendi di suatu malam, di hadapan ibu kandungnya sendiri.

Dan Ibu Rendi? Ia bahkan lebih kejam dari putranya. Ia sangat setuju bahwa Rania adalah seorang wanita cantik dengan warna kulitnya yang putih bersih, rambut hitam panjang yang cukup lebat. Tapi…

“Seharusnya Rendi bisa dapat perempuan baik-baik. Tapi malah kamu yang numpang hidup di rumah ini. Perempuan bekas!” sindirnya tiap pagi sambil mengaduk teh.

Rania hanya diam. Kadang ingin melawan, tapi takut kehilangan tempat berteduh untuk anak-anaknya. Ia tahu ia tak punya siapa-siapa lagi. Orangtuanya sudah meninggal. Adiknya? Tentu saja sedang berbahagia dengan keluarga kecilnya sendiri. Keluarga besarnya mencibirnya karena masa lalu.

Sudah 4 tahun berumah tangga, Rania benar-benar tidak sanggup lagi. Dunia serasa mengepungnya dari semua sisi.

___

Suatu malam, saat hujan kembali turun seperti malam ini, Rania mendengar suara tangisan Chesna dari kamar. Anak itu bermimpi buruk.

“Mama dipukul lagi ya?” tanya Chesna sambil memeluknya.

Rania mengangguk pelan. “Tapi Mama kuat, Nak.”

Chesna memeluknya lebih erat. “Aku pengen gede cepet-cepet biar bisa lindungi Mama.”

Hati Rania nyaris runtuh. Di usia semuda itu, anaknya sudah belajar tentang rasa sakit yang seharusnya tak mereka kenal. Alan pun, di usia sepuluh tahun, lebih sering murung daripada tertawa. Dunia mereka menjadi kelam karena orang dewasa yang seharusnya melindungi, justru menjadi sumber ketakutan.

Esoknya, Rania mengantar anak-anaknya ke sekolah. Di depan gerbang, Alan menggenggam tangannya dan menatap mata ibunya.

“Mama, jangan mati ya,” katanya serius.

Rania tercengang. “Kenapa kamu bilang begitu?”

“Soalnya tadi malam Mama tidak bergerak setelah ditendang papa Rendi. Aku takut Mama mati.”

Rania menahan tangis. Ia tahu, ini tak bisa terus begini. Tapi ke mana ia bisa pergi? Uang tak punya, keluarga pun tak menerima.

Tapi anak-anaknya adalah alasan untuk bertahan. Dan pada akhirnya, mungkin juga alasan untuk berani melawan.

___

Hari itu, Rania memberanikan diri mendatangi Pusat Perlindungan Perempuan. Ia gemetar saat masuk ruangan konseling, tapi ia berbicara. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia bercerita tanpa dipotong, tanpa dihakimi. Konselor mendengarkan, mencatat, dan menawarkan bantuan hukum serta tempat perlindungan.

Butuh waktu seminggu hingga Rania berani membawa anak-anaknya kabur. Malam itu, saat Rendi tertidur lelap karena mabuk, Rania menyelipkan tas berisi pakaian, dokumen penting, dan segenggam harapan.

Di tengah jalan yang sudah sepi, Rania menggenggam erat tangan kedua anaknya. “Mama, itu ada mobil.” Alan berseru dengan wajah berbinar. Berharap seseorang akan memberi mereka tumpangan.

Tiba-tiba, mobil itu berhenti tidak jauh dari mereka. Jendela mobil terbuka, menampakkan wajah seorang pria muda. Rania sempat panik, takut jika suaminya mengirim orang untuk mengejar. Namun, suara lembut pria itu memecah kecemasannya.

“Rania? Kamu Rania, kan?” ucapnya dalam hati, rasanya tak percaya. Ia pun keluar dari mobil untuk menawarkan bantuan. Tatapannya kemudian jatuh pada kedua anak kembar di sisi Rania. Ardi terpaku. Ada sesuatu pada wajah mereka yang membuatnya terkejut. Garis mata, senyum samar, bahkan cara mereka memandang… semua itu sangat mirip dengan seseorang yang ia kenal sangat dekat.

Ardi tidak berani langsung berasumsi, tetapi hatinya berdesir. Ada misteri besar di balik kemiripan itu. Namun yang paling penting saat ini, Rania dan anak-anak jelas sedang dalam bahaya.

“Masuklah ke mobilku. Aku akan bantu kalian,” ujar Ardi mantap.

Rania sempat ragu, tapi melihat tatapan tulus dan tangan terulur yang menawarkan perlindungan, ia akhirnya mengangguk. Ketiganya masuk, dan kehangatan mobil membuat tubuh mungil mereka sedikit lebih tenang.

Rania menunduk, air matanya kembali jatuh. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada seseorang yang tidak menjeritinya, tidak mengancamnya justru menolongnya tanpa syarat.

“Nama saya Ardi” pria itu menyalakan mesin, matanya sekilas melirik ke kaca spion. Dalam hatinya ia berjanji, apapun rahasia yang tersembunyi antara Rania, kedua anak itu, dan bosnya… ia akan memastikan mereka selamat dari masa lalu kelam yang memburu.

Malam itu menjadi awal perjalanan baru. Sebuah pelarian yang tidak hanya membawa Rania keluar dari jerat kekerasan, tetapi juga mendekatkannya pada rahasia besar yang mungkin saja bisa mengubah segalanya.

Ardi mengantar mereka ke suatu alamat sesuai permintaan Rania, yang diberikan oleh Pusat Perlindungan Perempuan. Di sana, ia dan anak-anaknya tinggal sementara. Aman, Tenang. Tidak ada bentakan, tidak ada tamparan. Chesna mulai bisa tidur nyenyak, dan Alan mulai tersenyum.

___

Pagi itu suasana kantor begitu hening, hanya terdengar deru pendingin ruangan dan bunyi ketikan cepat dari meja sekretaris. Ardi berdiri dengan map hitam di tangannya, hatinya diliputi keraguan. Semalaman ia memikirkan, apakah sebaiknya ia menceritakan pertemuannya dengan Rania kepada atasannya, Pak Miko?

Akhirnya ia memberanikan diri. Ia mengetuk pintu ruang kerja besar itu.

“Masuk,” suara berat Tuan Bagas terdengar dari dalam.

Ardi melangkah masuk, menunduk hormat. Pria berusia 38 tahun dengan tatapan tajam itu duduk di balik meja megahnya, menandatangani beberapa dokumen.

“Ada hal penting, Pak… saya ingin melaporkan sesuatu,” ucap Ardi hati-hati.

Miko mengangkat kepalanya, alisnya terangkat. “Apa itu?”

Ardi menarik napas. “Tadi malam… saya tidak sengaja bertemu dengan seseorang…”

Hening.

Entah kenapa rasanya kalimat itu tertahan di tenggorokan, “Dia Rania Pak, wanita yang dulu pernah,”

Pena di tangan Bagas berhenti menari. Rahang pria itu mengeras, dan tatapannya menjadi tajam bagaikan pisau. Suasana ruangan yang tadinya tenang mendadak berubah.

“Rania?” suaranya rendah, tetapi penuh tekanan. “Jangan pernah sebut nama itu di hadapan saya!”

Ardi terkejut, namun tetap diam.

Miko menutup map dokumen dengan kasar, suaranya meninggi. “Perempuan itu… seorang penjahat! Dia membawa aib. Aku tidak ingin mendengar kabarnya sama sekali. Kalau dia masih hidup atau mati, itu bukan urusanku!”

Ardi menunduk dalam-dalam, menelan kegugupan. Jantungnya berdegup kencang. Di kepalanya, wajah dua anak kembar yang semalam tertidur dalam mobilnya terbayang jelas. Kemiripan mereka dengan Miko terlalu nyata untuk diabaikan. Tapi melihat amarah yang menyala di mata atasannya, Ardi tahu satu hal: kebenaran itu tidak bisa ia ungkapkan sekarang.

“Baik, Pak. Maafkan saya sudah membicarakan hal ini,” kata Ardi cepat, mencoba meredakan suasana.

Miko hanya memberi kode dengan kepala, menyuruhnya keluar.

Saat pintu menutup, Ardi menarik napas panjang. Tangannya gemetar memegang map kosong yang sedari tadi hanya dijadikan alasan untuk masuk. Dalam hati ia berbisik, lagi pula aku dan pak Miko hanya sementara saja di kota ini. semoga Rania dan anak-anaknya tidak kenapa-kenapa.

Sejak saat itu, Ardi menyimpan rahasia besar: bahwa Rania hidup dalam keadaan tak pasti, bersama dua anak yang bisa jadi adalah darah daging dari pria yang begitu membencinya.

__

Trauma tak hilang dalam semalam. Ada hari dimana Rania masih terbangun dengan mimpi buruk. Ada saat ia merasa dirinya tetap “perempuan hina” seperti yang orang-orang katakan.

Namun setiap kali anak-anaknya memeluknya, ia merasa sedikit lebih utuh. Setiap tawa mereka adalah obat bagi luka-lukanya.

Suatu siang, saat mereka duduk di taman rumah aman, Nadya menggambar sesuatu. Gambar seorang wanita berdiri di bawah cahaya, sementara bayangan hitam tertinggal di belakang.

“Itu Mama,” kata Nadya sambil menunjukkan gambarnya. “Mama sudah keluar dari tempat gelap.”

Rania menangis saat itu. Bukan karena sedih, tapi karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa benar-benar hidup kembali.

Tiga bulan kemudian, dengan bantuan hukum, Rania resmi bercerai dari Rendi. Ia dengan nekad membawa anaknya berlabuh lebih jauh lagi dari kota kecil ini. Perlahan, ia mulai membangun kembali kehidupan baru kecil tapi damai yang dulu pernah ia ciptakan untuk kedua anaknya. Alan dan Chesna pindah sekolah, dan kini tak lagi takut pulang ke rumah.

Rania masih menyimpan bekas luka, baik di tubuh maupun hatinya. Tapi ia juga menyimpan kekuatan yang tak lagi bisa diremehkan.

Ia bukan perempuan hina.

Ia adalah perempuan yang bangkit dari luka.

Dan dalam pelukan kedua anaknya, ia menemukan identitas sejatinya: ibu, pelindung, dan perempuan yang tak bisa dihancurkan begitu saja.

Bersambung...

Selamat datang di Novel baru aku yaa... semoga kalian suka.. Silakan klik dukungan untuk kisah ini.. makasiiii

Terpopuler

Comments

Daulat Pasaribu

Daulat Pasaribu

kok bisa si rania dapat kehidupan yg menyakitkan,kesalahan apa yg di perbuatnya sampai vertahun tahun hidup di dalam penderitaan

2025-09-05

1

septiana

septiana

semoga mereka hidup bahagia di tempat barunya

2025-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!