3. Rahasia terdalam.

"Bagaimana, sudah di temukan pembelotnya???" Tanya Bang Renes pada anggota bujangan.

"Siap sudah, Danton. Ada di dalam barak bujangan." Jawab Prada Anwar.

"Tangkap..!! Kembalikan pada Danki..!!" Perintah Bang Renes pada anggota remaja.

Bang Renes segera menghubungi seniornya dan mengabarkan bahwa ada anggotanya yang akan mengembalikan si bomber, ayam kate kesayangan Bang Zeni.

"Bagus.. Kamu memang bisa di andalkan, Ren. Jangan sampai Bomber kenapa-kenapa. Kalau sampai dia masuk ke penggorengan orang, kamu.. Abang buat jungkir balik..!!" ancam Bang Zen.

"Siap..!!"

Dan akhirnya urusan ayam kate pun usai sudah. Tapi perkataan Raras tentang dirinya yang tidak bertanggung jawab terus menghantuinya. Ia tidak bisa tenang sebelum mengetahui kebenarannya.

Setelah menutup telepon, Bang Renes mengacak rambutnya frustrasi. "Ayam kate... ayam kate... Kenapa hidupku jadi serumit ini?????"

...

Siang itu, Bang Renes kembali menemui Raras di taman belakang hotel yang sama. Gadis itu tampak terkejut melihat kedatangannya.

"Om Renes? Ada apa lagi?" tanya Raras dengan nada penuh rasa curiga.

"Saya ingin bicara serius denganmu," jawab Bang Renes. "Tentang perkataanmu tempo hari. Tentang saya yang tidak bertanggung jawab."

Raras menghela napas panjang. "Raras sudah duga Om pasti kembali dan menanyakan hal ini."

"Jangan bertele-tele. Katakan yang sebenarnya, Raras. Apa maksudmu dengan semua itu?" desak Bang Renes kesal.

Raras menatap Bang Renes dengan tatapan misterius. "Om benar-benar tidak ingat????"

Bang Renes menggeleng. "Sungguh, saya tidak ingat apa pun. Kalau saya memang melakukan kesalahan yang fatal, biarkan saya menebusnya..!!"

Raras tersenyum sinis. "Baiklah kalau Om memaksa. Raras akan beritau, Om"

"Katakan saja..!!" jawab Bang Renes, berusaha tenang.

Raras mendekat ke arah Bang Renes dan berbisik di telinganya. "Om pernah bertemu Raras di sebuah club malam. Om mabuk berat dan memaksa ingin punya anak......" Raras menggantung kalimatnya, membuat Bang Renes semakin penasaran.

"Lalu apa? Apa yang terjadi malam itu??? Ada buktinya atau tidak???" desak Bang Renes.

Raras mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kepada Bang Renes. Foto seorang pria yang wajahnya tidak begitu terlihat jelas.

"Itu Om, kan?" tanya Raras.

Bang Renes terkejut melihat foto itu. Ia memang mengenali pakaian yang dikenakannya, tapi ia tidak bisa memastikan apakah pria di foto itu adalah dirinya atau bukan.

"Pakaiannya memang sama, tapi belum tentu saya." jawab Bang Renes melirik foto tersebut. "Wajahnya tidak terlihat jelas."

Raras tertawa kecil. "Om mau mengelak??Raras tau itu Om. Raras tidak mungkin salah."

Bang Renes terdiam sejenak. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu, memang benar ia pernah kesana tapi otaknya terasa kosong. Ia benar-benar tidak ingat apa pun.

Namun sekelebat ingatan di subuh pagi, saat ia terbangun dengan keadaan acak-acakan sendirian di dalam kamar membuatnya menelan ludah dengan kasar.

"Apa maumu? Uang?? Atau ada yang kamu inginkan??" kata Bang Renes akhirnya.

Raras tersenyum tipis. "Raras hanya ingin Om bertanggung jawab."

"Bertanggung jawab? Maksudmu...?" Bang Renes tidak berani melanjutkan kalimatnya.

Raras mengangguk. "Raras ingin Om menikahi Raras."

Mendengar itu, Bang Renes merasa seperti tersambar petir. Menikahi Raras? Itu adalah hal yang paling tidak mungkin terjadi dalam hidupnya.

"Kamu gila..!! Kamu saja ada hubungan dengan Rudi. Bisa saja kamu juga sengaja ingin menjebak saya." seru Bang Renes. "Saya tidak mungkin menikahi kamu..!!"

"Kenapa tidak?" tanya Raras. "Om sudah merenggut kehormatan Raras. Om harus bertanggung jawab..!!" Desak Raras.

Sebagai pria sejati, jelas Bang Renes merasa dilema. Jika Raras bohong, tentu bukti foto itu tidak akan pernah ada tapi hubungan Raras dan Rudi terlalu rumit untuk di cerna dalam situasi yang berantarkan seperti ini.

"Tapi saya tidak ingat apa pun!" bantah Bang Renes. "Saya tidak yakin apakah saya benar-benar melakukan itu atau tidak sama kamu."

"Om mau bilang Raras menipu??" kata Raras. "Om harus menikahi Raras.. Atau Raras akan melaporkan Om ke PM."

Bang Renes terdiam. Ia merasa terpojok dan tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, ia tidak ingin menikahi Raras. Di sisi lain, ia tidak ingin berurusan dengan PM.

"Saya butuh waktu untuk berpikir," kata Bang Renes akhirnya.

"Berapa lama? Raras butuh kepastian." Jawab Raras.

Bang Renes menengadah, matanya terpejam. Ingin menolak kenyataan tapi jelas saat itu Bang Renes melihat bercak tanda di atas tempat tidur, batinnya mulai goyah. Terbersit rasa sakit atas penyesalan dari semua yang ia lakukan.

'Apakah ini jawaban dari sholat tobatku? Apakah Tuhan sudah benar-benar memberikan teguran kerasnya pada kelakuan ku??'

Kedua bola mata Bang Renes mulai basah. Dadanya sesak tapi ia juga tidak ingin menjadi pecundang tidak bertanggung jawab.

"Oke. Dimana Abangmu. Saya akan melamarmu sekarang."

"Abang masih di luar kota. Nanti malam baru kembali." Jawab Raras.

...

Sementara Bang Renes menyiapkan segalanya. Raras menemui sahabatnya, Syandira.

"Jadi bagaimana, Ras??" Tanya Dira penuh harap.

"Yaaa.. Kamu memang awam tentang dunia militer. Jadi Om Renes menyetujui menikah dengan banyak syarat."

"Apa syaratnya?"

"Menikah memang menggunakan namamu, tapi foto di berkas pengajuan nikah adalah fotoku. Karena nanti kita akan berada di asrama, kamu harus mau jadi asisten rumah tangga Om Renes agar tidak mencolok. Ini juga demi keselamatan Om Renes" Jawab Raras. "Bagaimana, kamu setuju??"

Dira yang polos memainkan jemarinya. Sungguh dirinya tidak paham apapun tentang dunia militer bahkan sebagai istri juga harus menyembunyikan identitas demi menjaga diri.

"Iya, aku setuju."

"Okey.. Nanti malam dia akan melamarmu. Abangku yang menerimanya. Kamu yang atur make up ku, ya."

...

Bang Zeni kocar-kacir mendengar permintaan juniornya. Jelas dirinya gelagapan karena Bang Renes akan melamar adik dari petinggi pusat daerah setempat.

"Dimana pikiranmu, Ren. Kamu ini hamilin anak orang apa gimana???" Omel Bang Zeni sambil memakai pakaian batiknya yang bolak balik salah lubang kancing.

"Siap.. tidak, Bang. Hanya saja.........."

"Hanya apa??? Kamu jangan main-main, Ren....!!!!!"

Wajah Bang Renes nampak pias, Bang Zeni pun mengarahkan juniornya itu agar menatap matanya.

"Kenapa??? Bilang yang benar..!!!!!!!"

"Siap.. Kebablasan, Bang." Jawab Bang Renes jujur meskipun terasa benar.

"Astaghfirullah, Reeenn..!!!! Garangan juga kau, ya."

Plaaaaaaakkk..

"Apa maumu??? Tingkahmu ini sudah kelewat batas, Ren. Punya otak nggak, kamu??????" Bentak Bang Zeni panas dingin menghadapi ulah juniornya.

"Saya bukannya sengaja. Saya juga menyesali kelakuan bejat saya, Bang." Mata Bang Renes sudah berkaca-kaca menahan malu setengah mati.

Rasanya Bang Zeni ingin menghantam wajah juniornya tapi ia sadari juniornya itu adalah pria yang sudah paham akan konsekuensi dari setiap tindakannya dan dalam usianya pasti sudah layak untuk berumah tangga.

"Hamil, nggak??"

"Siap.. tidak, Bang." Jawab Bang Renes.

"Kok yo ono-ono wae to, Ren. Urip wes anteng malah ngundang molo. Kapan kejadiannya??"

"Siap.. Waktu istri Abang lahiran."

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Maysuri

Maysuri

wadidau itu maksudnya mau tukaran mantennya gitu...

2025-08-28

0

Nabil abshor

Nabil abshor

disini loading berat aku,,,,

2025-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!