KEPULANGAN RIAN

Jantung Alea berdegup kencang saat mobilnya memasuki pekarangan rumah. Ia menekan klakson beberapa kali agar satpam segera membukakan gerbang. Setelah mobilnya terparkir dengan rapi, Alea langsung berlari masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk bertemu dengan Rian.

"Bi, Rian di mana?" tanya Alea dengan napas tersengal-sengal kepada Bi Inah yang sedang membereskan meja makan.

"Ada di kamarnya, Non," jawab Bi Inah sambil menunjuk ke arah tangga.

Tanpa menunggu lebih lama, Alea langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya dan Rian. Setiap langkahnya terasa berat, dipenuhi dengan harapan dan kecemasan. Ia tak tahu apa yang akan menantinya di dalam kamar itu. Apakah Rian akan menyambutnya dengan senyuman, atau justru dengan tatapan dingin seperti biasanya?

Alea menarik napas dalam-dalam sebelum meraih kenop pintu kamar. Ia memutar kenop itu perlahan, lalu membuka pintu dengan hati-hati. Pemandangan di dalam kamar itu membuatnya terkejut dan bingung.

Alea membuka pintu kamar perlahan, namun ruangan itu kosong. Hatinya kembali mencelos. "Ke mana lagi dia?" gumamnya lirih.

Dengan langkah ragu, Alea berjalan menuju ruang kerja Rian, ruangan yang jarang ia masuki. Ia memutar kenop pintu dan membukanya.

Di dalam ruangan itu, Rian terlihat sedang duduk di kursi kerjanya sambil berbicara di telepon. Posisi Rian membelakangi Alea, sehingga ia tidak menyadari kedatangan istrinya.

Tanpa berpikir panjang, Alea langsung menghampiri Rian dan memeluknya erat dari belakang. Ia menyandarkan kepalanya di punggung Rian, merasakan kehangatan tubuh suaminya yang sangat ia rindukan.

"Aku khawatir banget sama kamu," bisik Alea lirih di telinga Rian, berharap suaminya itu merasakan betapa ia mencintainya dan betapa ia merindukannya.

Rian tersentak kaget merasakan pelukan Alea dari belakang. Ia dengan cepat melepaskan pelukan itu, lalu berbalik menghadap Alea dengan ekspresi tidak suka.

"Aku tutup teleponnya dulu ya, nanti aku telepon lagi," ucap Rian kepada lawan bicaranya di telepon. Ia kemudian mematikan sambungan telepon dengan kasar.

Rian menatap Alea dengan tajam. "Kenapa kamu masuk nggak ketuk pintu dulu? Apa kamu nggak ngerti sopan santun?" bentaknya dengan nada tinggi.

Alea terkejut mendengar bentakan Rian. Matanya berkaca-kaca menahan air mata. Ia tidak menyangka Rian akan semarah ini hanya karena ia masuk tanpa mengetuk pintu.

"Aku... aku cuma khawatir sama kamu," jawab Alea lirih dengan suara bergetar. "Aku teleponin dari tadi nggak diangkat-angkat. Aku cuma pengen tahu kamu baik-baik aja."

Rian mendengus kasar. "Khawatir? Kalau khawatir nggak perlu sampai masuk tanpa permisi begini. Ini ruang kerja aku, bukan kamar tidur kamu. Lain kali, ketuk pintu dulu sebelum masuk!"

Alea semakin terisak mendengar kata-kata kasar Rian. Ia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri. Ia tidak mengerti, mengapa Rian selalu bersikap dingin dan kasar kepadanya. Padahal, ia sangat mencintai Rian dan selalu berusaha menjadi istri yang baik.

Alea menundukkan kepalanya, air mata mulai membasahi pipinya. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Maaf, Aku nggak bermaksud ganggu kamu. Aku cuma khawatir..."

Alea mencoba meraih tangan Rian, namun Rian dengan kasar menepis tangannya. "Maaf? Maaf aja nggak cukup! Sekarang keluar!" bentak Rian dengan nada yang semakin tinggi.

Alea sangat terkejut dan ketakutan melihat kemarahan Rian yang begitu besar. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berlari keluar dari ruang kerja Rian. Ia tidak ingin berlama-lama berada di dekat Rian yang sedang marah.

Dengan langkah tergesa-gesa, Alea berlari menuju kamarnya. Ia menutup pintu kamar dengan keras, lalu bersandar di balik pintu sambil terisak-isak. Ia tidak mengerti, mengapa Rian selalu memperlakukannya seperti ini. Mengapa Rian selalu marah dan membentaknya? Apa salahnya? Mengapa Rian tidak bisa melihat betapa ia mencintainya?

Alea merasa sangat sedih dan terluka. Ia merasa seperti tidak berharga di mata Rian. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Rian mencintainya.

Alea terisak-isak di balik pintu kamarnya. Air mata terus mengalir deras membasahi pipinya. Ia merasa begitu hancur dan sendirian. Semua kesedihan dan kekecewaan yang selama ini ia pendam, akhirnya meledak menjadi tangisan yang tak terkendali.

Alea memang selalu memendam semua masalahnya sendiri. Ia tidak pernah menceritakan apa yang ia rasakan kepada siapa pun, bahkan kepada keluarganya sendiri. Walaupun ia memiliki keluarga, namun ia merasa tidak memiliki tempat untuk berbagi.

Ibunya telah lama meninggal dunia. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita dan memiliki seorang putra. Ayahnya sangat menyayangi putranya, sementara Alea merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri.

Alea menikah dengan Rian karena perjodohan yang diatur oleh ayahnya sebelum ibunya meninggal. Saat itu, Alea baru berusia 23 tahun, usia yang terlalu muda untuk menikah. Namun, ayahnya bersikeras agar ia segera menikah, karena ia merasa Alea adalah beban baginya.

Alea merasa sangat terluka dengan sikap ayahnya itu. Ia merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. Ia merasa seperti tidak memiliki arti apa pun bagi keluarganya.

"Kenapa hidupku seperti ini?" ratap Alea dalam hati. "Kenapa aku harus menikah dengan orang yang tidak mencintaiku? Kenapa keluargaku tidak pernah peduli padaku? Apa salahku?"

Alea terus menangis hingga ia tertidur pulas di balik pintu kamarnya. Dalam tidurnya, ia berharap ada seseorang yang datang dan menyelamatkannya dari kehidupan yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan ini.

Alea terlelap dalam tidurnya yang penuh air mata, hatinya dipenuhi luka yang menganga. Ia tidak memiliki teman dekat, sejak kecil ia selalu bersama Rian. Dulu, Rian adalah sosok yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, melindunginya dari segala kesulitan. Alea selalu merasa aman dan nyaman berada di dekat Rian.

Namun, mengapa Rian yang dulu ia kenal begitu berbeda dengan Rian yang sekarang menjadi suaminya? Mengapa Rian begitu dingin dan kasar kepadanya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya, tanpa ada jawaban yang pasti.

Alea masih ingat dengan jelas kata-kata Rian saat mereka akan menikah, "Jangan harap aku bisa mencintaimu. Aku temanmu, bukan pasanganmu." Kata-kata itu bagai pisau yang menusuk hatinya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia terpaksa menerima perjodohan itu demi menyenangkan ayahnya.

Sudah satu tahun mereka menikah, namun mereka belum pernah berhubungan suami istri sama sekali. Rian selalu menolak setiap kali Alea mencoba mendekatinya. Ia selalu tidur di kamar yang berbeda, dan memperlakukan Alea seperti orang asing di rumahnya sendiri.

Alea merasa sangat kesepian dan terasingkan. Ia merasa seperti hidup dalam neraka yang tak berujung. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengubah situasi ini. Apakah ia harus terus bertahan dalam pernikahan yang tidak bahagia ini, ataukah ia harus menyerah dan mencari kebahagiaannya sendiri?

Episodes
1 RIAN TIDAK PULANG
2 KEPULANGAN RIAN
3 FOTO TANGAN DI STATUS RIAN
4 POV RIAN
5 POV RIAN 2
6 RIAN MELAMAR GINA
7 POV GINA
8 KEDATANGAN GINA KE RUMAH ALEA
9 DUA PILIHAN
10 KEPERGIAN ALEA
11 ALEA KECELAKAAN
12 AMNESIA
13 POV ALEA
14 MENCOBA GAUN PENGANTIN
15 HARI PERNIKAHAN
16 MALAM PERTAMA
17 MILIKKU SEUTUHNYA
18 TANPA BEN
19 PAKSAAN
20 KEPULANGAN BEN
21 MENGAJAK KELUAR KARENA KEPATUHAN
22 RIAN
23 BERPURA-PURA
24 BARANG PENINGGALAN IBU
25 BEN FERNANDEZ
26 LELANG
27 KALUNG BERMATA BIRU BERUKIRAN BUNGA ROSE
28 TANPA PAKSAAN
29 RONDE KE DUA
30 KEPERGIAN BEN KELUAR NEGERI
31 MENCOBA KABUR
32 PELARIAN
33 PELACAKAN
34 TERTANGKAP
35 INGATAN YANG KEMBALI
36 PERTAHANAN YANG MELEMAH
37 PAKAIAN MERAH MENYALA
38 MASA LALU BEN
39 PAKAIAN YANG TERSINGKAP
40 PASRAH
41 MEMEGANG KENDALI
42 MENGETAHUI MASALALU BEN
43 KEHANGATAN
44 SEMANGAT YANG KEMBALI
45 ASISTEN BARU UNTUK ALEA
46 BUTIK IMPIAN ALEA
47 BUTIK BELLE
48 PENOLAKAN RIAN
49 GINA DAN SOPIRNYA
50 FANTASI PAK SOPIR
51 SAMBUTAN ALEA
52 PERMAINAN ALEA
53 KEHANGATAN ALEA
54 KEDATANGAN RIAN
55 KONDISI ALEA
56 KEBOHONGAN
57 KERAGUAN
58 PERTEMUAN ALEA DAN RIAN
59 MIMPI BURUK
60 SIAPA WANITA ITU
61 KEHAMILAN
62 KABUR LAGI
63 AMARAH BEN
64 MABUK
65 KEMENANGAN UNTUK SISI
66 CCTV
67 KAIN MERAH
Episodes

Updated 67 Episodes

1
RIAN TIDAK PULANG
2
KEPULANGAN RIAN
3
FOTO TANGAN DI STATUS RIAN
4
POV RIAN
5
POV RIAN 2
6
RIAN MELAMAR GINA
7
POV GINA
8
KEDATANGAN GINA KE RUMAH ALEA
9
DUA PILIHAN
10
KEPERGIAN ALEA
11
ALEA KECELAKAAN
12
AMNESIA
13
POV ALEA
14
MENCOBA GAUN PENGANTIN
15
HARI PERNIKAHAN
16
MALAM PERTAMA
17
MILIKKU SEUTUHNYA
18
TANPA BEN
19
PAKSAAN
20
KEPULANGAN BEN
21
MENGAJAK KELUAR KARENA KEPATUHAN
22
RIAN
23
BERPURA-PURA
24
BARANG PENINGGALAN IBU
25
BEN FERNANDEZ
26
LELANG
27
KALUNG BERMATA BIRU BERUKIRAN BUNGA ROSE
28
TANPA PAKSAAN
29
RONDE KE DUA
30
KEPERGIAN BEN KELUAR NEGERI
31
MENCOBA KABUR
32
PELARIAN
33
PELACAKAN
34
TERTANGKAP
35
INGATAN YANG KEMBALI
36
PERTAHANAN YANG MELEMAH
37
PAKAIAN MERAH MENYALA
38
MASA LALU BEN
39
PAKAIAN YANG TERSINGKAP
40
PASRAH
41
MEMEGANG KENDALI
42
MENGETAHUI MASALALU BEN
43
KEHANGATAN
44
SEMANGAT YANG KEMBALI
45
ASISTEN BARU UNTUK ALEA
46
BUTIK IMPIAN ALEA
47
BUTIK BELLE
48
PENOLAKAN RIAN
49
GINA DAN SOPIRNYA
50
FANTASI PAK SOPIR
51
SAMBUTAN ALEA
52
PERMAINAN ALEA
53
KEHANGATAN ALEA
54
KEDATANGAN RIAN
55
KONDISI ALEA
56
KEBOHONGAN
57
KERAGUAN
58
PERTEMUAN ALEA DAN RIAN
59
MIMPI BURUK
60
SIAPA WANITA ITU
61
KEHAMILAN
62
KABUR LAGI
63
AMARAH BEN
64
MABUK
65
KEMENANGAN UNTUK SISI
66
CCTV
67
KAIN MERAH

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!