Suasana rumah Adi malam itu masih muram. Aroma kemenyan dari tahlilan tujuh hari Ayu belum hilang. Semua orang masih berduka, kecuali satu orang, Ayu sendiri.
Ayu berdiri di depan cermin kamar, menatap bayangan dirinya. Anehnya, bayangan itu agak transparan. Rambut hitam panjangnya tetap indah, wajahnya tetap ayu, tapi tubuhnya tembus pandang seperti kabut tipis.
“Ya Allah… aku beneran mati?! Tapi kok masih kece begini?” gumamnya sambil menoleh ke kiri-kanan.
Ia melangkah ke arah pintu. Refleks, tangannya meraih gagang pintu. Tapi begitu ditekan, “BLEP!” tangannya malah nyusruk nembus kayu pintu.
“WAAAAH!” Ayu menjerit, loncat ke belakang. Jantungnya deg-degan.
"Eh, tunggu, kok tembus ya?" Ayu menggigit jarinya
“Eh, aku kan udah nggak punya jantung ya? Jadi apa ini yang dag-dig-dug? Apa arwah juga bisa deg-degan?!” kembali Ayu di buat penasaran
Ia mencoba sekali lagi, maju pelan. Kali ini ia berusaha jalan menembus pintu, seperti yang sering ia lihat di film-film hantu. Satu langkah, dua langkah, dan bagian kepalanya sudah setengah masuk pintu.
“CELEPAAAAAK!”
“ADUUH! KEPALAKU KEJEPIT PINTU!”
Ayu mendengus sebal, separuh kepalanya nongol di luar, separuh lagi di dalam kamar. Ia berusaha maju, tapi macet. Mundur juga nggak bisa.
“Ini gimana sih cara kerja jadi hantu? Kenapa aku masih suka nyangkut?! Apa ada tutorialnya di YouTube?!”
Tengah malam semakin dingin. Ayu akhirnya berhasil lolos setelah “menyelip” tubuhnya ke depan dengan gaya awkward seperti cacing kepanasan. Begitu kepalanya keluar penuh, ia langsung terguling di lantai koridor.
Untungnya nggak ada yang lihat. Kalau ada, bisa pingsan sekampung.
Saat ia merapikan rambutnya yang tembus pandang, terdengar suara serak di ujung lorong.
“Pertama kali ya?”
Ayu menoleh. Dari kegelapan muncul sosok tinggi, rambut gondrong menjuntai sampai dada. Tapi anehnya, bagian atas kepalanya plontos kinclong. Jadi dari jauh, kelihatannya kayak orang salah pakai wig.
“HAAAAH!!! HANTUUUUU!!!” Ayu menjerit panik.
Sosok itu melipat tangan di dada.
“Eh, bukannya kamu juga hantu?”
Ayu terdiam. Ia melirik ke tangannya yang transparan, lalu menatap lagi ke sosok itu.
“Oh… iya juga ya. Tapi, kamu kok gondrong gundul gitu sih? Model rambut gagal apa gimana?”
Sosok itu mendengus.
“Namaku Mardi. Udah puluhan tahun aku gentayangan di sini. Dan ini bukan wig gagal! Aku dulu mati kepleset di salon waktu lagi dicukur. Bagian depan keburu habis, belakang belum sempet dicukur. Jadi ya… jadinya begini.”
Ayu tertegun, lalu ngakak.
“HAHAHAHA! Mati di salon?! Aduh, kasihan tapi kocak banget!”
Mardi manyun.
“Ya jangan diketawain lah! Kamu juga mati belum ada seminggu, kan? Belum tau rasanya jadi bahan gosip hantu satu komplek.”
“Komplek? Maksudnya… ada komplek hantu juga?!”
“Ya jelaslah! Kita ini kayak warga, cuma beda dimensi. Ada RT nya, ada ronda malamnya. Bedanya ronda di sini jagain manusia biar nggak kabur.”
Ayu bengong.
“Lho, kok dijagain biar nggak kabur?”
“Ya, soalnya kalau manusia kabur dari rumah angker, siapa yang kita takutin?!” jawab Mardi santai.
Ayu lagi-lagi ngakak. Ia merasa kehadiran Mardi setidaknya membuat suasana jadi nggak terlalu menyeramkan.
“Oke deh, Mas Gondrong Gundul. Mulai sekarang aku panggil kamu Mas Gundul aja.”
“Eh jangan seenaknya gitu. Namaku Mardi.”
“Yaudah, Mas Mardi Gundul.”
Hari-hari berikutnya, Ayu mulai belajar “Ilmu dasar hantu”
Mardi jadi semacam mentor untuk nya. Ia begitu sabar saat mengajari Ayu.
“Pertama, kamu harus bisa ngilang dan muncul tiba-tiba. Caranya fokusin niat. Inget, semuanya tergantung niat!" celetuk Mardi
Ayu mulai memejamkan matanya, dan tidak lama membuka matanya lagi.
"Kok gak ilang ya, masih di sini-sini aja!"
"Dasar beg*, kita itu ngilang pakai energi, bukan diam ngejogrok gitu!" Mardi mendengus kesal
"Liatin gue!" Ia berdiri di samping Ayu
"Pertama Tarik nafas pelan-pelan, anggap aja mau lahiran, abis itu keluarin. Setelah itu baca niatnya, terus kamu bayangin aja lagi teleport sama Cha Eun Wo, dijamin ilang!"
"Oh gitu, yaudah aku coba!" Ayu mencoba. Ia merem, fokus.
“Hilang… hilang…”
BRUK! Tubuhnya malah nyusruk ke lemari.
“Aduh! Aku malah jadi lembaran baju di gantungan!”
Mardi ngakak.
“Ya ampun, dasar hantu newbie!”
Keesokan harinya, Ayu coba kemampuan lain. Kali ini ia mau membuat orang takut. Kebetulan pembantu rumah, Mbak Yati, sedang beberes dapur sendirian. Ayu menyelinap masuk, lalu???
“BOOOO!!!” teriaknya sambil menjulurkan lidah panjang.
Mbak Yati menoleh sebentar, lalu berkata datar.
“Ah, paling cuma tikus.”
Ayu bengong.
“APAAN?! Aku udah maksimal gini malah dikira tikus?!”
Mardi tertawa di atas plafon membuat Ayu langsung menarik rambutnya hingga ia jatuh ke kursi. Tak lama Yati kembali dan menduduki Mardi.
"Anj'r, dikira bantal kali ya main duduk aja, mana bau terasi lagi nih orang!"
"Sukurin lo, mamam tuh terasi mbak Yati!" sahut Ayu
"Sue lo!" gerutu Mardi
Meskipun selalu gagal, Ayy tidak menyerah. Ia terus berusaha .
"Aku gak boleh nyerah, demi Mas Adi, dan. Reina, aku harus bisa menjadi hantu Suzana!" pekiknya
"Legend banget pilihan lo, kenapa gak Si Manis Jembatan gantung aja, kan cocok sama lo!"
"Bodo amat!"
Kali ini Ayu muncul sambil bernyanyi nyanyi dangdut dengan suara fals.
“Ciiintaaa… kitaaa… do re miiii…”
Mbak Yati yang lagi nyapu tiba-tiba berhenti. Matanya melotot.
“ASTAGHFIRULLAAAH!!! SUARA HANTUUU!!!”
BRUUK! Sapu jatuh, Mbak Yati pingsan di tempat.
Ayu menoleh ke Mardi yang menonton sambil ketawa ngakak.
"Wah berhasil!" Ayu merasa terkejut melihat Yati jatuh pingsan mendengar suaranya
“Hahaha! Nah itu baru bener! Lanjut terus, Yu! Tapi, lain kali jangan nyanyi fals. Kasihan manusia bisa trauma karaokean nanti.”
Ayu cemberut.
“Ya namanya juga belajar. Jadi hantu ternyata ribet juga.”
Meski begitu, Ayu mulai terbiasa dengan kehidupannya sebagai arwah. Malam-malamnya tak lagi hanya diisi tangisan, melainkan eksperimen kocak. Kadang ia sengaja lewat tembus dinding pas ada tamu keluarga Adi, bikin yang lihat merinding tapi nggak berani ngomong. Kadang ia iseng sembunyiin sandal, jadi orang rumah ribut nyari.
Dan setiap kali Ayu salah langkah atau nyangkut di pintu, jatuh dari plafon, atau lupa kalau harus melayang, Mardi selalu ada di sampingnya, ngakak sambil tepuk tangan.
“Tenang aja, Yu. Semua hantu pernah jadi pemula. Yang penting jangan minder. Ingat, kamu hantu cantik. Itu modal besar buat nakutin orang. Karena hantu cantik lebih menakutkan daripada hantu jelek.”
Ayu mendengus.
“Eh, maksudmu apa?!”
“Ya bener lho. Kalau hantu jelek, manusia masih bisa bilang, Ah, wajar, namanya juga setan pasti jelek. Tapi kalau hantu cantik? Itu bikin dilema. Takut iya, tapi pengen dilihat terus juga iya. Hahaha!”
Ayu terdiam sejenak, lalu ikut tertawa.
Mungkin benar, hidupnya sudah berakhir. Tapi kehidupan barunya sebagai hantu baru saja dimulai dan sepertinya akan jauh lebih seru daripada yang ia bayangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🍾⃝ ʀͩʏᷞᴀͧɴᷡɪͣ🦋⧗⃟ᷢ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🦈
emamg acara 7 harian pake bakar kemanyan? baru tau. biasanya kan acara tahlilan bersama ya
2025-09-09
0
🍾⃝ ʀͩʏᷞᴀͧɴᷡɪͣ🦋⧗⃟ᷢ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🦈
semangat ya ayu, kamu pasti bisa
2025-09-09
0
Mala–Bell
Hantu juga ada trainingnya 😭😭😭😅😅
2025-09-03
0