Akhirnya Sah Juga

"What, menikah??" Hera melotot saat mendengar keputusan sang kakak yang langsung menerima lamaran adik untuk menjadi istrinya.

"Yang benar aja kak, emangnya kakak nggak mau cek dulu bibit bebet bobotnya Mas Adi. Lagian kalian kan baru kenal belum lama, masa sih mau langsung nikah. Bisakan pacaran dulu atau penjajakan dulu jangan langsung nikah. Lagian sayang kan karier kakak lagi bagus-bagusnya kalau kakak langsung menikah secara otomatis karir kakak bakal redup, kan sayang!" Hera terus memberikan pengertian kepada Ayu, namun sayangnya Ayu juga sudah terpesona dengan ketampanan Adi sehingga tak menghiraukan ucapan sang adik.

"Kalau aku sih prinsipnya lebih cepat lebih baik Ra, apalagi kalau udah saling cinta. Abis gimana ya masa sih gue tolak lamaran cowok ganteng dan tajir kaya Adi. Kalau masalah karier mah itu urusan nanti, yang penting hati dulu Ra. Lagian kapan lagi ada cowok ganteng yang mau sama kaka lo ini, paling mentok juragan kambing kan. Anggap aja Mas Adi adalah jackpot, dan aku tidak bisa menolaknya," sahut Ayu

Sepertinya cinta ayu memang sudah mentok, sehingga ia tak mendengarkan adiknya kali ini.

Ia bahkan merencanakan pernikahannya dengan Adi di waktu dekat.

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba dua bulan dari lamaran, Adi mantap menggelar resepsi pernikahannya di sebuah hotel mewah.

Resepsi pernikahan Ayu dan Adi berlangsung megah namun tetap hangat. Aula besar yang disewa dipenuhi bunga mawar putih dan ungu, sesuai dengan keinginan Ayu. Hanin, seperti biasa, sibuk mondar-mandir ke sana ke mari, lebih mirip EO daripada sekadar sahabat. Sementara Hera, sang manajer sekaligus adik Ayu, duduk dengan wajah antara bahagia sekaligus kesal, karena semua orang lebih memperhatikan kecantikan Ayu ketimbang dirinya.

“Eh, jangan taruh kue di situ! Nanti nutupin background foto pengantin!” teriak Hanin ke salah satu kru katering, padahal itu bukan urusannya.

“Lo tuh kayak resepsi punya lo aja, Nin,” sindir Hera.

Hanin cengar-cengir. “Ya, kan kalo Ayu yang jadi pengantin, gue berasa ikut bahagia. Lagian siapa tahu habis ini giliran gue.”

“Giliran ditinggalin, mungkin,” balas Hera ketus.

Para tamu undangan tertawa geli melihat kelakuan mereka berdua yang seperti Tom and Jerry. Bahkan Adi yang sedang duduk di pelaminan sampai geleng-geleng kepala.

“Ayu, kita tuh kayak nggak butuh MC, Hanin sama Hera aja udah cukup bikin panggung rame,” bisiknya.

Ayu menahan tawa, lalu menjawab pelan, “Iya, tapi kalau mereka nggak berantem sehari aja kayaknya dunia berasa sepi.”

Momen ijab kabul berlangsung khidmat. Suara Adi yang lantang saat mengucapkan akad membuat Ayu menunduk, air matanya menetes. Tangannya bergetar saat menerima cincin sederhana berkilau yang disematkan Adi. Semua saksi dan keluarga mengucap syukur.

“SAH!” teriak para saksi kompak.

Hanin spontan mengangkat tangan. “Yes, jackpot! Akhirnya sah juga. Gue udah deg-degan kalau Adi salah sebut nama jadi Ayu Ting-Ting.”

Semua orang pecah tertawa. Bahkan penghulu sampai tersenyum tipis.

Ayu menepuk pelan lengan Hanin, “Astaghfirullah, Nin! Bisa aja.”

Adi cuma nyengir malu, “Untung nggak, kalau iya bisa trending seminggu penuh.”

Resepsi pun bergulir dengan banyak candaan. Salah satu momen paling kocak adalah ketika fotografer meminta Adi menggendong Ayu untuk foto romantis. Adi yang tidak biasa pamer kemesraan jadi salah tingkah.

“Pak, serius nih? Harus digendong?” tanya Adi sambil garuk kepala.

“Lah, ya iya. Biar fotonya romantis!” balas fotografer.

Ayu tersipu malu.

“Ya udah, coba deh.”

Adi akhirnya mencoba menggendong, tapi karena gugup, ia hampir kehilangan keseimbangan. Ayu menjerit kecil.

“Woy, jangan sampe jatoh di hari pertama nikah! Bisa viral lagi,” celetuk Hanin sambil ngakak.

“Kalau jatuh, judul beritanya, Pengantin Baru Terpeleset, Rumah Tangga Belum Sebulan Udah Goyang!” tambah Hera sarkas.

Beruntung Adi sigap menyeimbangkan diri. Fotografer berhasil menangkap ekspresi kaget mereka yang justru terlihat natural dan manis. Semua hadirin bertepuk tangan riuh.

Beberapa minggu setelah pernikahan, Ayu dan Adi menikmati bulan madu sederhana ke Bali. Adi, yang biasanya kaku soal romansa, justru bikin Ayu geli sepanjang perjalanan.

“Sayang, kamu tahu nggak kenapa aku ajak kamu ke Bali?” tanya Adi dengan wajah serius.

Ayu menggeleng sambil penasaran.

“Soalnya kalau aku ajak kamu ke Kalimantan, nanti yang nemenin malah orang utan,” jawab Adi polos.

Ayu langsung ngakak sampai perutnya sakit. “Ya Allah, Mas! Garing banget tapi kok lucu.”

Adi nyengir. “Yang penting kamu ketawa.”

Di pantai Jimbaran, mereka makan malam romantis. Adi, yang jarang makan seafood, sempat salah ambil garpu.

Bukannya udang, ia malah nyapit lilin dekorasi.

“Mas, itu bukan udang, itu lilin!” Ayu hampir tersedak menahan tawa.

Adi buru-buru meletakkan lilin itu. “Pantes keras banget, ya Allah malu…”

Mereka menghabiskan malam penuh canda dan kehangatan. Ayu merasa yakin bahwa pilihannya tidak salah. Meski Adi bukan pria paling romantis di dunia, ia bisa membuatnya merasa aman, dicintai, dan… bahagia.

Beberapa bulan setelah pernikahan, Ayu mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Ia sering mual pagi-pagi, gampang lelah, dan tiba-tiba ingin makan mangga muda padahal jam dua dini hari.

Suatu malam, Adi pulang kantor dan menemukan Ayu sedang duduk di ruang tamu sambil memegang test pack. Wajah Ayu tegang, tapi matanya berbinar.

“Mas…” suara Ayu bergetar.

Adi langsung panik. “Kenapa? Kamu sakit? Ada apa? Aku panggil dokter sekarang juga, ya?”

Ayu menggeleng cepat. Lalu, ia menyodorkan test pack itu. Dua garis merah jelas terlihat.

Adi terdiam beberapa detik. Lalu senyumnya melebar, wajahnya berbinar seperti anak kecil dapat hadiah.

“Serius? Kita bakal punya baby?”

Ayu mengangguk pelan, air matanya menetes.

“Iya, Mas. Aku hamil…”

Adi langsung melompat kegirangan seperti juara lotre. “Alhamdulillah! Ya Allah, makasih… makasih…” Ia memeluk Ayu erat.

Namun, momen haru itu kembali berubah jadi kocak karena Adi tiba-tiba berteriak, “Nin! Hera! Sini, cepat! Ayu hamil!”

Hanin yang lagi main ke rumah langsung panik. “Hah? Gimana? Kalian udah nikah baru sebentar, kok cepet banget sih? Mesin turbo apa gimana?”

Hera langsung manyun. “Ya elah, Nin, jangan norak. Namanya juga rezeki. Lagian kalau kamu yang hamil duluan baru tuh heboh satu kampung.”

Ayu tertawa sambil mengusap perutnya yang masih rata. “Mas, tolong jangan heboh dulu, ya. Ini baru awal.”

Adi mengangguk, tapi tetap tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. “Mulai sekarang, kamu jangan capek-capek lagi. Aku yang nyapu, aku yang masak, aku yang beliin cilok tengah malam kalau kamu ngidam!”

Ayu terkekeh. “Siap, Pak Suami siaga. Tapi jangan lupa, aku masih punya Hera yang siap jadi satpam kalau kamu ngelunjak.”

Hera menepuk bahu Adi. “Betul. Jangan macem-macem sama kakak gue.”

Malam itu, Ayu tidur dengan perasaan bahagia. Tangannya menggenggam tangan Adi yang tak lepas dari sisinya. Ia merasa kehidupannya kini benar-benar lengkap: suami penyayang, sahabat kocak yang selalu ada, dan sebentar lagi… seorang buah hati.

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada tatapan lain yang menyimpan sesuatu. Hera, yang berdiri di depan kamar, menatap pintu dengan sorot mata penuh misteri. Bibirnya menyunggingkan senyum samar, entah bahagia, entah menyimpan rahasia.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ ʀͩʏᷞᴀͧɴᷡɪͣ🦋⧗⃟ᷢ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🦈

🍾⃝ ʀͩʏᷞᴀͧɴᷡɪͣ🦋⧗⃟ᷢ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🦈

hera kan bisa cari yg lain masa kaya ngga suka kakanya bahagia

2025-09-09

0

Mala–Bell

Mala–Bell

Mulai nih tanda2 sirik dari Hera 😒😒

2025-09-01

1

Ciiieee ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ Kᵝ⃟ᴸ 𝐙⃝🦜

Ciiieee ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ Kᵝ⃟ᴸ 𝐙⃝🦜

ya kali mo merhatiin lo hera, kan yg jadi pengantin ayu ngapain merhatiin elu🙈

2025-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!