Erika mengajak adiknya untuk sarapan bersama.
"Kasihan bunda, dek. Berbulan-bulan bunda pingin ketemu kamu. Eh pas datang kamu nya nggak mau keluar kamar. Dek, bunda itu sering sakit-sakitan lho. Tapi bunda nggak pernah bilang. Kamu kan tahu sendiri, bunda punya riwayat penyakit."
Erina baru sadar jika sang bunda memang memiliki riwayat asam lambung. Bahkan pernah sang bunda dirawat secara intensif selama satu bulan. Dulu juga saat hamil Erina sang bunda hampir saja merenggang nyawa. Sang bunda koma selama satu minggu karena asam lambungnya kumat, hipertensi dan pendarahan. Bahkan saat itu Erika kecil harus tinggal bersama Abi Fatan saudaranya Ayah Fadil karena ia masih butuh ASI. Dan saat itu Ummi Nisa, istri Abi Fatan yang meng ASI-hi Erika.
Terlepas dari sikap Erina yang tidak bisa diatur, sebenarnya ia sangat sayang kepada keluarganya. Ia juga taat beribadah meski kadang telat. Karena perbedaan waktu di Paris dan di Indonesia, serta minimnya masjid di sana. Sehingga Erina jarang mendengar suara adzan. Ia mengandalkan handphone-nya untuk mengetahui waktu shalat.Ia hanya tidak suka jika orang tua atau keluarganya menjodohkan dan memaksanya untuk segera menikah. Karena baginya menikah itu seumur hidup sekali. Ia harus benar-benar menemukan seseorang yang mampu membuat dirinya jatuh cinta dan ingin menghabiskan hidup dengannya.
Akhirnya setelah mendapat rayuan maut dari sang kakak, Erina pun mau keluar dari kamar untuk sarapan bersama keluarganya. Di meja makan sudah ada Ayah, Bunda, suami Erina dan kedua anaknya. Oma dan Opa tidak nampak, karena mereka belum kembali dari rumah tua. Ayah dan Bunda cukup merasa lega melihat Erina mau keluar dari kamar dan ikut makan bersama.
"Dek, ini bunda masak kesukaan adek. Ayo ditambah lauknya." Bunda pun mengeser piring laut tersebut dengan penuh semangat.
Erina tidak ingin mematahkan hati bundanya. Ia pun menambahkan lauk tersebut ke piringnya seraya mengucapkan terimakasih kasih. Sang bunda pun membalasnya dengan senyuman. Bunda Kamelia dari dulu memang pendiam dan penyabar. Berbanding terbalik dengan Ayah Fadil yang tengil dan humoris. Keempat anaknya pun memiliki watak yang berbeda. Eril menuruni watak sang bunda. Sedangkan Erik menurun watak sang ayah. Erika perpaduan ayah dan bunda. Sedangkan memang Erina beda sendiri. Ia perpaduan antara ayah dan Opa.
Mereja baru saja selesai sarapan. Erina pamit kembali ke kamar. Kali ini ia memang lebih sedikit bicara. Erika mengantarkan kedua anak dan suaminya ke depan. Sedangkan Ayah dan Bunda duduk di ruang tengah.
Opa mengetahui keadaan rumah dari Bi'Mina. Opa pun langsung menghubungi Ayah.
"Fadil, jangan lanjutkan rencanamu. Biarkan Erina menentukan jalan hidupnya sendiri. Kamu cukup mendukung dan mendo'akannya. Kamu tidak mau dia berontak lagi kan? Mulai dari sekarang, jangan paksa dia. Nanti juga dia akan sadar kalau apa yang keluarganya inginkan adalah yang terbaik intinya. Ia akan merasa kehilangan saat keluarganya tidak lagi mengaturnya. Yakin akan perkataan abi!"
"Tapi nanti kalau dia jadi perawan tua gimana bi?"
"Astaghfirullah, Fadil! Jodohnya sudah diatur oleh Allah. Mending jadi perawan tua tapi hidupnya bahagia daripada menikah cepat tapi ujung-ujungnya cerai. Kamu ini sudah tua juga masih saja dangkal pikirannya." Tegas Opa.
"Nah kan, Fadil yang kena. "
"Uhuk uhuk.... Fadil, turuti apa kata abi!"
"Iya, iya bi. Fadil mengerti. Abi tenang saja."
Akhirnya Opa menutup telponnya.
Setelah mendapat wejangan dari orang tuanya, Ayah pun membuat keputusan kembali dengan Bunda. Sekarang Ayah ingin mengalah dan menuruti kemauan Erina. Mungkin dengan itu, Erina bisa berpikir dan menyadari keputusannya.
"Bunda saja yang bilang. Bunda kan perempuan. Anak itu nggak bisa dikerasi."
"Iya, yah."
Bunda pun memutuskan untuk pergi ke kamar Erina. Dengan perasaan yang tidak menentu bunda mengetuk kamarnya.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Ini bunda, dek."
Erina membuka kunci pintu kamarnya.
"Masuk bunda."
Bunda pun masuk ke dalam kamar Erina. Kamar Erina memang jarang disentuh. Kamar itu hanya akan dibersihkan seminggu sekali sesuai permintaannya.
"Ada apa, bun?" Tanya Erina. Meski sebenarnya dalam hatinya menebak-nebak apa yang akan bundanya sampaikan.
"Dek, maaf kami sudah merepotkan mu. Kami juga mungkin sudah membuatmu kesulitan. Mulai saat ini kami tidak akan memaksamu lagi, terutama Ayahmu. Kami sudah ikhlas menunggu kabar baik darimu. Urusan dengan orang yang bersangkutan, biar Ayahmu yang menyelesaikan."
Mendengar ucapan sang bunda ada rasa bersalah dalam hati Erina. Namun ia cukup lega dengan hal itu.
"Dek, kamu dengar apa kata bunda?"
"Eh iya, bun. Aku dengar kok."
"Kamu senang kan, dek?"
"Hem, iya bun. Terima kasih sudah ngertiin Erina."
"Tapi ada satu permintaan Ayah."
Mendengar ada syaratnya, Erina kembali bergumam di dalam hati. Namun ia berpikir tidak ada salahnya ia mendengarkan syarat tersebut.
"Dek...."
Erina tersentak dari lamunannya.
"Eh iya. Apa syaratnya itu bun?"
"Ayah minta kamu lanjutkan karirmu di sini saja. Jangan kembali ke Paris."
Sudah dapat di tebak syarat tersebut dalam pikiran Erina. Ia pun meminta waktu kepada sang Bunda untuk memikirkannya.
Keesokan harinya.
Semalam Erina sudah memikirkannya. Ia juga sudah mendapatkan jawaban untuk orang tuanya. Kebetulan pagi ini Oma dan Opa kembali ke rumah. Ayah sedang menjemput mereka.
Setelah mereka sampai di rumah, Erina langsung memeluk dan mencium mereka.
"Oma, Opa, Erina kangen."
"Bohong, kangen kok baru pulang. Satu tahun kamu tidak pulang." Ujar Oma.
"Hehe... ya kan kontrak kerjanya gitu, Oma."
"Erina, apa kamu sudah membuat keputusan?" Tanya sang Ayah.
"Hem, iya." Jawab Erina sambil menganggukkan kepala.
Akhirnya mereka duduk bersama di ruang keluarga. Ada Ayah, Bunda, Oma, Opa dan Erina.
Sebelumnya Erina meminta maaf kepada semua orang. Setelah itu ia memberikan jawaban atas keputusannya.
"Erina akan menuruti permintaan Ayah untuk melanjutkan karir di Indonesia. Tapi tidak harus di sini gak pa-pa, kan? Misal di Jakarta gitu."
"Iya, tidak apa-apa. Asal jangan di luar negeri." Sahut Ayah.
"Dan, Erina minta izin untuk kembali ke Paris dulu menuntaskan kontrak yang ada. Mungkin hanya satu bulan. Apa Ayah mengizinkannya?"
"Iya, satu bulan saja kan?"
"Iya, yah."
"Alhamdulillah... semuanya sudah clear ya?" sahut Opa.
"Iya Opa."
"Iya, bi."
Ayah Fadil pun memeluk putrinya.
"Semoga tidak lama lagi Allah pertemukan kamu dengan seseorang yang bisa membuat hatimu luluh, nak." Do'a Ayah dalam hati seraya mengecup puncak kapala Erina.
Akhirnya mereka pun sarapan bersama di meja makan. Erina merasa lega karena ia sudah membereskan masalahnya.
"Bismillah, jadi lebih baik ke depannya. Maafkan Erina, belum bisa bahagiakan kalian dengan sebuah pernikahan. Tapi Erina janji, suatu saat nanti jika ada laki-laki yang benar-benar mencintai Erina, akan Erina terima dengan senang hati."
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Teh Euis Tea
benar kt opa fadil jgn buru2 mendesak erina hrs cepat nikah biarkan aj dulu nsnti jg klu udah ada jodohnya dia akan menikah dari pd km desak suruh buru2 nikah ehh ternyata cerai akan menyesal dianya
2025-08-23
1
betriz mom
Opa dan Oma ke rumah tua keluarga opa Tristan ya Thor....Ola Tristan ada adik perempuan yang menikah dengan sepupu Oma Salwa dan menetap di rumah orangtua mereka kan ya Thor 🙏🤗
2025-08-23
1
secret
sabar bang Fadil, nnti klo sdh waktunya pasti erina bertemu jodohnya.. jgn dipaksakan kasihan jg erinanya
2025-08-23
1