Reckless

Tepat seminggu Bunga hanya berdiam diri di rumah. Kedua orang tuanya juga telah tiba di rumah. Sang Mama, Lita dan suami, Bara sangat senang akhirnya mereka bisa berkumpul kembali dengan putri bungsunya setelah beberapa tahun harus berpisah karena Bunga yang menempuh pendidikan dokter spesialis di negara sebelah.

Beberapa kali Lita ingin mengajak sang putri untuk sekedar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, namun ditolak oleh Bunga. Bunga berkilah akan lebih baik menghabiskan waktu di rumah bersama kedua orang tuanya dari pada harus berjalan-jalan keluar.

Tiba akhirnya, hari ini Bunga memutuskan untuk memulai harinya bekerja di rumah sakit milik sang kakek yang kini dikelola oleh adik papanya. Tak ada gunanya terus meratapi kesialan percintaannya. Ia yakin masih bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa pria. Orang tuanya lebih daripada mampu menghidupinya, lagipula Bunga sendiri juga bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri. Belum lagi, rumah sakit ini nantinya akan diteruskan pada dirinya, mengingat sang Tante yang tidak memiliki anak dan hanya dirinya, anggota keluarga yang meneruskan profesi kedokteran di keluarga besar setelah sang Tante. Lalu, apa yang harus ia khawatirkan, pikirnya.

Bahkan diluar sana, banyak pasangan yang sudah berumah tangga namun akhirnya memilih bercerai. Daripada mengalami hal yang serupa, ia merasa keputusannya untuk tidak menikah adalah pilihan yang tepat.

Tidak ada pria yang benar-benar baik— begitu pikirnya. Pertama, Fadi, pacar pertamanya. Mereka menjalin hubungan selama empat tahun.m, bahkan dulu sudah merencanakan mengenai masa depan bersama. Mereka bermimpi, begitu Bunga menyelesaikan masa koasnya, mereka akan segera menikah.

Namun, memasuki tahun keempat hubungan mereka, Fadi tiba-tiba memutuskan hubungan dengan alasan ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Entah apa maksud pria itu. Hampir setahun mereka berpisah, tanpa sengaja Bunga melihat Fadi bersama dengan seorang wanita yang sedang hamil tua di sebuah pusat perbelanjaan. Dengan enteng Fadi memperkenalkan wanita itu sebagai istrinya. Lelucon macam apa ini? pikir Bunga.

Melihat perut wanita itu, Bunga bisa menebak, usianya sudah mendekati persalinan—sekitar sembilan bulan. Padahal, ia dan Fadi baru berpisah sebelas bulan. Kapan mereka menikah? Lalu kapan mereka mulai menjalin hubungan? Apakah sejak ia dan Fadi masih dalam status berpacaran? Apakah ini alasan sebenarnya pria itu memutuskannya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Bunga, menyesakkan.

Yang Bunga yakini hingga hari ini adalah, Fadi dan perempuan itu sudah saling mengenal dan menjalin hubungan sejak ia dan Fadi masih berpacaran. Tidak mungkin, hanya sebulan sejak putus, mereka langsung berhubungan lalu memutuskan untuk menikah. Itu terlalu cepat—terlalu tidak masuk akal. 

Setelah itu Bunga pun memutuskan untuk menutup hati, sampai akhirnya ia bertemu dengan Malik di sebuah acara yang diselenggarakan oleh perusahaan Papa Bunga. Malik yang dengan gigih  terus mengejar cinta Bunga dan membuat Bunga akhirnya mau mencoba menjalin hubungan kembali. Kalimat, ‘Aku berbeda dengannya,’ yang selalu diucapkan Malik-lah yang menjadi alasan Bunga untuk kembali mempercayai dan menaruh harapan pada laki-laki.

Selama dua tahun menjalin hubungan, perasaan Bunga terhadap Malik sebenarnya belum besar, bahkan cenderung biasa saja. Namun setelah menerima cincin lamaran darinya, ia memutuskan untuk mulai mencintai pria yang dinilainya bertanggung jawab itu. Tak butuh waktu lama hingga Bunga benar-benar jatuh hati pada kekasihnya itu—namun dunia kembali menjatuhkannya. Lagi-lagi, setelah ia membuka hati, pria itu justru menikahi wanita lain.

Dunia memang penuh kejutan, dan Bunga hanya perlu melanjutkan hidupnya. Mulai hari ini, ia bertekad untuk terus menatap ke depan, tanpa lagi menoleh ke belakang.

"Jadi kamu bekerja hari ini?" tanya Lita ketika mereka selesai sarapan.

"Iya, Ma. Doakan hari pertama Bunga bekerja hari ini lancar ya, Ma,” jawab Bunga penuh semangat.

"Tanpa kamu minta, doa Papa dan Mana selalu menyertai kamu dan Kakak kamu," ucap Bara tulus.

"Terima kasih, Pa. Bunga pamit dulu, ya." Bunga mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya. Ia langsung bergegas menuju rumah sakit, tempatnya mulai bekerja hari ini.

Dua hari pertama bekerja di rumah sakit berjalan lancar, tanpa hambatan berarti. Hingga pada hari keduanya, ia menerima seorang pasien yang membuatnya terpaku. Detak jantungnya mendadak berpacu semakin kencang.

Pasien terakhirnya hari ini datang bersama seorang wanita paruh baya, yang Bunga tahu adalah ibu dari calon pasiennya. Ini merupakan pertemuan kedua Bunga bertemu dengan mereka, namun tampaknya sang pasien tidak menyadari, apalagi mengingat dirinya.

Setelah berhasil menguasai diri, kemudian Bunga mulai membuka obrolan.

"Jadi ini kehamilan pertama Nyonya Olivia?" tanya Bunga. Bunga berucap setenang mungkin agar tidak disadari oleh mereka jika jantungnya kini berdetak sangat kencang.

"Benar, dok. Sejak saya cek dengan testpack beberapa waktu lalu, kami belum sempat untuk memeriksanya ke rumah sakit," jawab Olivia.

"Nyonya Olivia silahkan berbaring di ranjang biar saya periksa." Bunga menunjuk ke arah ranjang yang terdapat di samping meja kerja miliknya.

Olivia yang dibantu dengan perawat berbaring di ranjang yang ada diruangan tersebut. Perawat yang membantu Bunga menyingkapkan pakaian Olivia. Setelah diberi gel khusus, Bunga mengarahkan transducer ke perut Olivia.

Deg.

Jantung Bunga berdetak dua kali lebih cepat, padahal beberapa saat lalu ia sempat berhasil menormalkan iramanya. Semua itu berubah setelah ia melihat hasil yang terpampang di layar di hadapannya.

"Apa Nyonya ingat kapan hari pertama haid terakhirnya?" tanya Bunga. Ia sangat berusaha untuk terlihat normal.

"Untuk tanggalnya saya lupa, tapi terakhir saya haid itu sekitar 2 bulan lalu, dok," jelas Olivia.

Bunga menyudahi pemeriksaannya. Ia berjalan membelakangi Olivia untuk membuang sarung tangannya dan mencuci tangan sambil sesekali menarik nafasnya dalam. Setelah dirasa sudah bisa menguasai dirinya kembali, Bunga berjalan menuju kursinya.

"Menurut hasil pemeriksaan, kandungan nyonya Olivia sudah memasuki minggu ke tujuh, artinya sudah memasuki bulan kedua. Tidak ada kelainan ataupun masalah, ya dari yang kita lihat tadi. Namun tetap harus diperhatikan makanannya. Dan juga," Bunga menarik nafas dalam sebelum melanjutkan perkatannya.

"Dan juga untuk sementara jangan terlalu sering berhubungan suami istri dulu karena trimester pertama resiko keguguran masih rentan sekali. Nanti juga akan saya resepkan obat mual dan vitamin untuk penguat janin," lanjut Bunga.

“Untuk jenis kelamin masih belum bisa kelihatan, dok?” Kali ini ibu pasien yang bertanya.

Bunga menarik napas dalam-dalam. Karena keterkejutannya tadi, banyak hal yang seharusnya ia periksa dan pastikan pada pasiennya justru terlewat.

“Kalau untuk jenis kelamin saat ini belum bisa kita lihat, Nyonya. Kalau mau bisa kita lihat kembali ketika pemeriksaan berikutnya di bulan depan,” jawab Bunga setenang mungkin.

"Baiklah kalau begitu, dok. Terima kasih. Kalau begitu kami pamit.”

Setelah kedua wanita yang menjadi pasien terakhirnya itu keluar, Bunga juga meminta perawat yang mendampinginya hari ini untuk meninggalkannya sendirian. Ia menundukkan kepala di atas meja, dan tanpa bisa ditahan lagi, air mata yang sejak tadi ia bendung akhirnya mengalir.

"Jahat kamu, Malik!"

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

Kenapa Bunga terkejut, apakah Olivia hamil dulu sebelum menikah dengan Malik ?
Dan Malik menikahi Olivia hanya untuk menutupi aib ?

2025-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Hilang
2 Usai
3 Blokir
4 Aku Bukan Untukmu
5 Reckless
6 Luka
7 Penyesalan yang Terlambat
8 Maaf
9 Kutukan Bunga
10 Mengetahuinya
11 Mami Rani
12 Akibat Kutukan
13 Jelita
14 Ingin Berjumpa Lagi
15 Menikahlah
16 Ternyata Kamu
17 Mengutuk Bunga
18 Pertemuan Tak Di Sengaja
19 Tolong… Dengarkan Aku
20 Satu Hari Dua Peristiwa
21 Anakku Bukan Anakku
22 Cerita yang Sebenarnya
23 Mengunjungi Jelita
24 Tidak Boleh Menghindar
25 Bertemu Bertiga
26 Oke, Kita Pergi
27 Jalan Bersama
28 Berhak Bahagia
29 Belajar Ikhlas
30 Not a peace yet
31 It’s Ok to Try
32 Pergi Berlibur
33 Trip to Rinjani
34 Rinjani 1
35 Rinjani 2
36 Will you...?
37 Membeku
38 Pertemuan Pertama
39 Ketakutan Bunga
40 Mama Lita Obat Penenang
41 Silvia Melahirkan
42 Ketakutan Fadi
43 Genggam Tangan
44 Jelita Menginap
45 Monopoli
46 Bolehkah?
47 Fadi
48 Fadi 2
49 Lemahnya Fadi
50 Buka-bukaan
51 Bertemu Wedding Organizer
52 Maaf... dan Terima Kasih
53 SAH
54 Cicak
55 Ulang Tahun Jelita
56 Mirip Fadi
57 Fans Fadi
58 My Flower
59 Ibu Tua
60 Bunga Merajuk
61 Pertemuan dengan BUMN
62 Menjenguk Pak Doni
63 Jelita dan Oma Yeni
64 Kasih
65 Fadi Marah
66 Fakta Lagi
67 Pemeriksaan Kandungan Bunga
68 Bunga Mulai Cerita
69 Jangan Pernah Ceritakan
70 Jelita Hilang
71 Marahnya Bunga
72 Fadi dan Pak Doni
73 Melindungi Keluarga
74 Kamu Tahu?
75 Jelita Keponakan Kamu, dong?
76 Tunggu Dulu
77 Fadi dan Pak Doni
78 Fadi Sakit
79 Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Hilang
2
Usai
3
Blokir
4
Aku Bukan Untukmu
5
Reckless
6
Luka
7
Penyesalan yang Terlambat
8
Maaf
9
Kutukan Bunga
10
Mengetahuinya
11
Mami Rani
12
Akibat Kutukan
13
Jelita
14
Ingin Berjumpa Lagi
15
Menikahlah
16
Ternyata Kamu
17
Mengutuk Bunga
18
Pertemuan Tak Di Sengaja
19
Tolong… Dengarkan Aku
20
Satu Hari Dua Peristiwa
21
Anakku Bukan Anakku
22
Cerita yang Sebenarnya
23
Mengunjungi Jelita
24
Tidak Boleh Menghindar
25
Bertemu Bertiga
26
Oke, Kita Pergi
27
Jalan Bersama
28
Berhak Bahagia
29
Belajar Ikhlas
30
Not a peace yet
31
It’s Ok to Try
32
Pergi Berlibur
33
Trip to Rinjani
34
Rinjani 1
35
Rinjani 2
36
Will you...?
37
Membeku
38
Pertemuan Pertama
39
Ketakutan Bunga
40
Mama Lita Obat Penenang
41
Silvia Melahirkan
42
Ketakutan Fadi
43
Genggam Tangan
44
Jelita Menginap
45
Monopoli
46
Bolehkah?
47
Fadi
48
Fadi 2
49
Lemahnya Fadi
50
Buka-bukaan
51
Bertemu Wedding Organizer
52
Maaf... dan Terima Kasih
53
SAH
54
Cicak
55
Ulang Tahun Jelita
56
Mirip Fadi
57
Fans Fadi
58
My Flower
59
Ibu Tua
60
Bunga Merajuk
61
Pertemuan dengan BUMN
62
Menjenguk Pak Doni
63
Jelita dan Oma Yeni
64
Kasih
65
Fadi Marah
66
Fakta Lagi
67
Pemeriksaan Kandungan Bunga
68
Bunga Mulai Cerita
69
Jangan Pernah Ceritakan
70
Jelita Hilang
71
Marahnya Bunga
72
Fadi dan Pak Doni
73
Melindungi Keluarga
74
Kamu Tahu?
75
Jelita Keponakan Kamu, dong?
76
Tunggu Dulu
77
Fadi dan Pak Doni
78
Fadi Sakit
79
Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!