Usai

Suara pintu yang di ketuk dari luar sejak tadi membangunkan Bunga dari tidurnya. Gadis itu bangkit dari tidurnya sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Semalaman ia memejamkan matanya, namun kantuk tak jua datang. Entah pada jam berapa akhirnya Bunga bisa tidur.

Ia melihat jam yang ada di dinding kamarnya dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Pantas kakaknya diluar sana sudah sangat berisik mengetuk kamarnya.

"Bunga, kamu sudah bangun belum, Dek? Ngga biasanya kamu bangun kesiangan kayak gini?" teriak Silvia dari luar.

"Aku udah bangun, Kak," jawab Bunga.

"Yasudah, Kakak tunggu di meja makan sekarang ya. Kita sarapan bareng. Kasian Mas Randi udah nungguin kamu daritadi," ucap Silvia lagi dan kemudian berlalu menuju lantai bawah.

Bunga kemudian melangkah dengan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya secepat mungkin. Walaupun ada rasa malas tapi ia harus tetap lakukan karena merasa tidak enak dengan abang iparnya yang sudah menunggu lama dirinya.

Sudah menjadi kebiasaan di rumah itu untuk selalu sarapan bersama seluruh keluarga. Penghuni rumah ini juga jarang yang bangun kesiangan, sehingga biasanya mereka melaksanakan sarapan disekitar pukul setengah 7 pagi. 

Untuk hari ini waktu sarapan mereka molor hingga setengah jam hanya karena dirinya. Kembali Bunga merasa bodoh, karena terlalu memikirkan pria yang seharusnya tak pantas untuk ia pikirkan lagi.

Usai mandi dan mengenakan pakaiannya, Bunga bergegas menuju pintu kamarnya. Namun ketika sudah diujung pintu, ia berhenti sejenak untuk mencari tas yang semalam ia buang begitu saja. Tas itu ternyata teronggok tak jauh dari ranjang tidurnya. 

Ia melangkah kembali ke dalam kamar menuju tas miliknya. Bunga mengambil ponsel miliknya yang semenjak tadi malam tidak ada dia sentuh. Ia bisa lihat ada 3 nama yang dari tadi malam menghubunginya. Ada nomor ibu dan ayahnya, dan juga pria itu. Dan tentu saja nama pria itu yang teratas, karena ada 112 panggilan tak terjawab dan 56 pesan darinya yang belum Bunga buka.

Bunga tak ambil pusing. Ia mencari pengisi daya ponselnya. Karena ponselnya bergetar hampir semalaman membuat dayanya sudah hampir habis. Setelah ia mengisi daya ponsel miliknya, barulah Bunga keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Selama makan hanya suara sendok yang saling beradu yang memenuhi meja makan itu. Padahal biasanya setiap sarapan selalu saja ada bahan perbincangan untuk mereka. Apalagi Bunga yang baru saja pulang dari Singapura, dan jarang bertemu dengan kakaknya itu karena memang semenjak menikah Silvia tinggal di rumah suaminya.

"Jadi kapan kira-kira kamu akan bekerja di rumah sakit milik Tante Ratih, Dek?" tanya Silvia. Ia sudah merasa gemas karena semenjak tadi tidak ada satupun dari mereka yang bersuara.

"Sepertinya mulai minggu depan Bunga baru mulai bekerjanya, Kak. Sekarang ini Bunga masih mau beristirahat," jawab Bunga sekenanya.

"Ya, lebih baik kamu refreshing dulu sebelum kembali bertemu dengan pasien-pasien nanti," sambung Randi dan Bunga menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Bunga benar-benar memberikan kejutan untuk keluarganya. Awalnya mereka mengetahui bahwa pendidikan spesialis Bunga akan selesai pada bulan depan, namun ternyata Bunga sudah menyelesaikan pendidikannya saat ini. Tak ada satupun yang tahu mengenai hal ini.

Silvia sudah sangat ingin bertanya pada sang adik mengenai perubahan sikap Bunga pagi ini, namun hal itu ia urungkan karena melihat tatapan sang suami yang seakan melarangnya untuk bertanya.

"Bunga sudah selesai makannya, Bunga pamit dulu."

Randi dan Silvia hanya melihat Bunga yang semakin menjauhi meja makan, dan kini tempat yang ia tuju adalah kolam renang yang ada dibelakang rumahnya.

Bunga duduk di tepian kolam sambil menatap jauh. Kilasan-kilasan kejadian tadi malam kembali teringat olehnya.

Sungguh ia tak menyangka pria itu melakukan hal yang sama dengan pria masa lalunya dulu. Menikahi wanita lain padahal mereka baru saja mengakhiri hubungan. Awalnya Bunga menganggap bahwa Malik, mantan kekasihnya itu mengakhiri hubungan mereka karena pria itu sudah terlalu lelah menunggunya, sehingga ingin memberikan sebuah shock therapy untuk Bunga.

Namun siapa sangka, dengan jarak 10 hari setelah Malik mengakhiri hubungan mereka melalui telepon, Malik menikahi perempuan lain. Ya, tadi malam, pesta pernikahan yang dihadiri oleh Bunga ternyata adalah pernikahan Malik dengan seorang wanita, anak dari sahabat ibunya.

Bunga tidak tahu bahwa itu adalah pernikahan Malik dengan wanita lain. Sebelum berangkat, sang ibu, Lita, meminta Bunga menggantikan dirinya untuk menghadiri pesta pernikahan anak sahabatnya karena dirinya saat ini sedang menemani suaminya, Bara, yang sedang meninjau proyek milik perusahaan mereka di Malaysia.

Silvia yang juga diundang karena mertua Malik bekerja sama dengan perusahaan suaminya akhirnya memutusakan untuk berangkat bersama dengan Bunga.

Setibanya di hotel, Bunga dan Silvia berjalan beriringan dan Randi berada di belakang kakak beradik itu. Sejak awal datang Bunga belum ada melihat ke arah pelaminan. Ia sama sekali tidak tertarik karena menurutnya ia memang tidak mengenal kedua pengantin.

Randi yang melihat antrian pelaminan tidak ramai akhirnya memutuskan agar mereka bersalaman terlebih dahulu dengan kedua mempelai sebelum menikmati hidangan yang sudah ada. Disini Bunga masih belum memperhatikan wajah pengantin karena ia menyibukkan dirinya dengan ponsel miliknya, bertukar kabar dengan sahabatnya, sampai akhirnya ketika mereka sudah dekat dengan kedua mempelai.

Ketika Randi menyalami mempelai pria barulah ia sadar bahwa ia ternyata mengenali mempelai pria. Bunga sempat diam beberapa saat sampai akhirnya tatapan mereka berdua beradu. Tak lama karena dengan cepat Bunga sadar dan segera mengendalikan dirinya.

Tak hanya Bunga, tubuh Malik juga membeku melihat wanita yang ia sakiti kini berada di depannya. Bunga melewati Malik begitu saja dan hanya menyalami mempelai wanita.

"Selamat atas pernikahannya," ucap Bunga singkat.

"Terimakasih," jawab sang mempelai wanita dengan senyum yang sejak tadi tidak pernah luntur.

Bunga langsung turun dari pelaminan setelah juga menyalami orangtua mempelai. Ia dengan segera meninggalkan tempat yang membuat dadanya sesak.

"Apa ini alasan sesungguhnya kamu memutuskan aku? Lalu mengapa kamu melamarku dua bulan lalu?"

****

Hai hai I’m back. Jangan lupa jempol dan komentarnya, ya biar author semakin semangat buat nulisnya 🫶🏻🫶🏻🫶🏻❤️

Terpopuler

Comments

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

awal yg menarik

2025-08-21

1

lihat semua
Episodes
1 Hilang
2 Usai
3 Blokir
4 Aku Bukan Untukmu
5 Reckless
6 Luka
7 Penyesalan yang Terlambat
8 Maaf
9 Kutukan Bunga
10 Mengetahuinya
11 Mami Rani
12 Akibat Kutukan
13 Jelita
14 Ingin Berjumpa Lagi
15 Menikahlah
16 Ternyata Kamu
17 Mengutuk Bunga
18 Pertemuan Tak Di Sengaja
19 Tolong… Dengarkan Aku
20 Satu Hari Dua Peristiwa
21 Anakku Bukan Anakku
22 Cerita yang Sebenarnya
23 Mengunjungi Jelita
24 Tidak Boleh Menghindar
25 Bertemu Bertiga
26 Oke, Kita Pergi
27 Jalan Bersama
28 Berhak Bahagia
29 Belajar Ikhlas
30 Not a peace yet
31 It’s Ok to Try
32 Pergi Berlibur
33 Trip to Rinjani
34 Rinjani 1
35 Rinjani 2
36 Will you...?
37 Membeku
38 Pertemuan Pertama
39 Ketakutan Bunga
40 Mama Lita Obat Penenang
41 Silvia Melahirkan
42 Ketakutan Fadi
43 Genggam Tangan
44 Jelita Menginap
45 Monopoli
46 Bolehkah?
47 Fadi
48 Fadi 2
49 Lemahnya Fadi
50 Buka-bukaan
51 Bertemu Wedding Organizer
52 Maaf... dan Terima Kasih
53 SAH
54 Cicak
55 Ulang Tahun Jelita
56 Mirip Fadi
57 Fans Fadi
58 My Flower
59 Ibu Tua
60 Bunga Merajuk
61 Pertemuan dengan BUMN
62 Menjenguk Pak Doni
63 Jelita dan Oma Yeni
64 Kasih
65 Fadi Marah
66 Fakta Lagi
67 Pemeriksaan Kandungan Bunga
68 Bunga Mulai Cerita
69 Jangan Pernah Ceritakan
70 Jelita Hilang
71 Marahnya Bunga
72 Fadi dan Pak Doni
73 Melindungi Keluarga
74 Kamu Tahu?
75 Jelita Keponakan Kamu, dong?
76 Tunggu Dulu
77 Fadi dan Pak Doni
78 Fadi Sakit
79 Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Hilang
2
Usai
3
Blokir
4
Aku Bukan Untukmu
5
Reckless
6
Luka
7
Penyesalan yang Terlambat
8
Maaf
9
Kutukan Bunga
10
Mengetahuinya
11
Mami Rani
12
Akibat Kutukan
13
Jelita
14
Ingin Berjumpa Lagi
15
Menikahlah
16
Ternyata Kamu
17
Mengutuk Bunga
18
Pertemuan Tak Di Sengaja
19
Tolong… Dengarkan Aku
20
Satu Hari Dua Peristiwa
21
Anakku Bukan Anakku
22
Cerita yang Sebenarnya
23
Mengunjungi Jelita
24
Tidak Boleh Menghindar
25
Bertemu Bertiga
26
Oke, Kita Pergi
27
Jalan Bersama
28
Berhak Bahagia
29
Belajar Ikhlas
30
Not a peace yet
31
It’s Ok to Try
32
Pergi Berlibur
33
Trip to Rinjani
34
Rinjani 1
35
Rinjani 2
36
Will you...?
37
Membeku
38
Pertemuan Pertama
39
Ketakutan Bunga
40
Mama Lita Obat Penenang
41
Silvia Melahirkan
42
Ketakutan Fadi
43
Genggam Tangan
44
Jelita Menginap
45
Monopoli
46
Bolehkah?
47
Fadi
48
Fadi 2
49
Lemahnya Fadi
50
Buka-bukaan
51
Bertemu Wedding Organizer
52
Maaf... dan Terima Kasih
53
SAH
54
Cicak
55
Ulang Tahun Jelita
56
Mirip Fadi
57
Fans Fadi
58
My Flower
59
Ibu Tua
60
Bunga Merajuk
61
Pertemuan dengan BUMN
62
Menjenguk Pak Doni
63
Jelita dan Oma Yeni
64
Kasih
65
Fadi Marah
66
Fakta Lagi
67
Pemeriksaan Kandungan Bunga
68
Bunga Mulai Cerita
69
Jangan Pernah Ceritakan
70
Jelita Hilang
71
Marahnya Bunga
72
Fadi dan Pak Doni
73
Melindungi Keluarga
74
Kamu Tahu?
75
Jelita Keponakan Kamu, dong?
76
Tunggu Dulu
77
Fadi dan Pak Doni
78
Fadi Sakit
79
Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!