Blokir

"Dek," panggil Silvia yang seketika membuyarkan lamunan panjang Bunga.

Bunga yang terkejut menoleh ke arah Silvia yang ternyata sedang berjalan mendekatinya. Wanita itu kini ikut duduk di tepian kolam renang dan memasukan kakinya ke dalam kolam, seperti yang dilakukan oleh Bunga.

"Kakak dan Mas Randi rencana nanti sore mau pulang ke rumah kami. Kamu ngga apa-apa, kan Kakak tinggal sendiri di rumah?" tanya Silvia pada Bunga. 

"Sendiri gimana? Bibi ngga Kakak anggap apa?" tanya Bunga balik. Dahinya kini melipat mendengar pertanyaan Kakak nya itu.

"Ya bukan gitu, Kakak cuma takut kamu kesepian kalau Kakak tinggalin," ujar Silvia dengan percaya diri. “Dulu juga kamu paling takut kalau tinggal sendirian di rumah. Terus selalu minta ikut sama Kakak,” ucap Silvia dengan nada mengejek, mengingatkan Bunga dengan kisah mereka saat kecil.

"Apaan, itu waktu kecil, beda cerita dong” rajuk Bunga. “Lagian situ kepedean banget ngira aku bakalan kesepian,” ucap Bunga dengan senyum ‘devil’ ala Bunga, bibir sebelah kirinya naik ke atas. 

"Nah gitu dong, balik senyum ‘devilnya’. Ini ngga, kusut terus itu muka dari tadi," ejek Silvia.

"Perasaan dari tadi biasa aja deh,” balas Bunga. Karena memang sedari tadi ia mencoba untuk terlihat seperti biasa saja, tak ada masalah.

"Perasaan kamu tapi tidak dengan orang yang lihat. Kamu kenapa sih, Dek? Pulang dari acara kemarin kamu kelihatan aneh. Udah pulang nggak pamit, terus langsung masuk kamar ngga keluar-keluar. Pagi juga tumben bangun telat. Kenapa? Ada masalah?" tanya Silvia yang sudah tidak tahan. 

"Ngga ada apa-apa kok, Kak," jawab Bunga sambil tersenyum. Sebisa mungkin ia mencoba senyum tanpa terlihat terpaksa. Ia tidak ingin keluarganya mengetahui tentang masalah percintaannya.

"Bener nih?" tanya Silvia lagi meyakinkan. Matanya menyorot tajam ke arah Bunga, mencari kebohongan di wajah adiknya itu.

"Beneran Kakakku." Bunga menjawab sedemikian meyakinkan. Namun tetap saja, Silvia dapat melihat keanehan di wajah adiknya ini.

"Ya sudah kalau memang ngga ada apa-apa. Ini kamu ngga ada rencana keluar hari ini? Kemarin sebelum pergi ke pesta kamu bilang hari ini ada yang mau kamu temui." Walaupun tahu ada keanehan, namun Silvia tidak mau memaksa adiknya saat itu juga untuk bercerita. Mungkin ada waktunya nanti ia akan berbicara dari hati ke hati dengan Bunga, pikirnya.

Bunga menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Silvia.

"Ngga jadi!" Bunga kembali menghadap ke depan.

"Dek..," panggil Silvia lembut. "Kamu kalau lagi ada masalah, jangan sungkan untuk cerita sama Kakak, ya.  Jangan dipendam semuanya sendiri. Kakak akan selalu berdiri disamping kamu," lanjutnya. Berusaha untuk acuh, namun tetap hati Silvia sebagai seorang kakak tidak bisa membuatnya acuh begitu saja.

"Terimakasih, Kak," jawab Bunga sambil tersenyum. Silvia yang melihat senyuman terpaksa dari Bunga hanya diam. Dirinya yakin jika saat ini sang adik dalam keadaan tidak baik. Namun sekali lagi ia tidak bisa memaksa jika Bunga sendiri tidak ingin membicarakannya.

"Oh iya, Dek. Kamu belum ada rencana untuk cari pasangan? Usia kamu udah pantas banget buat berumah tangga. Kakak juga dulu, kan nikah pas seusia kamu ini. Udah matang-matangnya ini, Dek," ucap Silvia mencoba mencari topik pembicaraan.

"Aku ngga ada kepikiran buat nikah sekarang, Kak," jawab Bunga seadanya.

"Lho kok ngga kepikiran? Kamu masih belum move on dari Fadi?" tanya Silvia.

Bunga yang mendengar Silvia menyebutkan nama pria yang dari masa lalunya langsung menatap tajam pada sang kakak.

"Bahkan aku hampir lupa bagaimana rupanya," ketus Bunga.

Silvia mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Bunga.

"Apa sekarang kamu sudah memiliki kekasih lagi?" tanya Silvia lagi.

"No!" jawab Bunga cepat dan tegas.

"Lalu apa yang membuat kamu belum mau menikah?" Sebenarnya ini adalah pertanyaan titipan dari kedua orang tua mereka, yang merasa keheranan dengan Bunga yang masih betah sendiri di usia 30 tahunan.

"Entahlah. Belum ada terbayang aja." Bunga menundukkan kepalanya dan tidak sengaja pandangannya langsung tertuju pada cincin yang disematkan Malik di jari manisnya 2 bulan yang lalu, ketika pria itu melamarnya.

Silvia yang melihat arah pandang Bunga juga ikut tertuju pada jemari adiknya itu. 

"Cincin kamu bagus. Kapan kamu belinya? Perasaan baru kali ini Kakak lihat cincin kamu yang itu," ujar Silvia.

Bunga menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan.

"Ada kemarin, belinya di Singapura,” jawab Bunga secukupnya.

Silvia memandang intens wajah adiknya, dan ia semakin yakin jika ada sesuatu yang dialami oleh sang adik, tapi ia tidak bisa memaksa Bunga untuk bercerita padanya kini. Ia sangat tahu karakter sang adik yang selalu memilih memendam semua masalahnya sendiri, bahkan mengenai kisah cinta Bunga dengan mantan kekasihnya dahulu, Fadi, Silvia tahu dari sahabatnya Bunga, bukan dari Bunganya sendiri. Padahal dulu Bunga dan Fadi menjalin hubungan selama 3 tahun. Namun Bunga tidak pernah sekalipun menceritakannya pada dirinya ataupun pada kedua orang tuanya.

"Sayang..." panggil Randi. Pria itu berjalan menuju tempat Silvia dan Bunga berada.

"Kita pulang sekarang, ya, Mas mau mampir dulu sebelum ke rumah, ada mau beli sesuatu," ucap Randi.

Silvia mengangguk. "Oke, Mas." Silvia dan Bunga keluar dari kolam renang. Randi membantu Silvia keluar dari dalam kolam renang.

"Dek kami pulang dulu, ya," pamit Silvia.

"Iya hati-hati," jawab Bunga.

"Mama tadi telfon Mas Randi, katanya mereka pulang dengan penerbangan malam ini," ujar Randi.

"Oke, Mas. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya," ucap Bunga sambil mencium tangan kedua pasangan suami istri itu.

Randi dan Silvia mulai meninggalkan rumah orang tuanya sedangkan Bunga kembali duduk di sekitaran kolam renang. Kali ini ia menuju kursi santai yang ada di sana. 

"Mbak Bunga, maaf. Ini hp nya getar terus dari tadi. Bibi tadi lagi beresin kamarnya Mbak Bunga. Bibi takut ini telepon penting, makanya Bibi bawa turun. Baterainya juga sudah full," kata Bi Ami yang tiba-tiba datang sambil membawa ponsel milik Bunga yang ia tinggalkan di kamar tadi. Rupanya ponselnya itu terus bergetar sejak tadi.

"Terima kasih, Bi," ucap Bunga. 

Bi Ami tersenyum, kemudian berlalu meninggalkan Bunga kembali sendirian di tepi kolam renang. Bunga meletakkan ponsel tersebut ke atas meja yang ada di sebelahnya.

Ponsel miliknya bergetar kembali. Tanpa mengambil ponsel itu, Bunga dapat membaca dengan jelas nama sang penelepon. Ia menggeser tombol merah, tanda menolak panggilan tersebut. Tanpa menunggu lama, Bunga langsung memblokir nomor si pemanggil.

Sungguh ia sudah tidak mau lagi berurusan dengan pria itu. Ia akan menganggap bahwa pria yang bernama Malik itu tidak pernah ia kenal, seumur hidupnya.

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

Berarti Slivia tidak tahu kalau Bunga dulu nya pacaran sama Malik

2025-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Hilang
2 Usai
3 Blokir
4 Aku Bukan Untukmu
5 Reckless
6 Luka
7 Penyesalan yang Terlambat
8 Maaf
9 Kutukan Bunga
10 Mengetahuinya
11 Mami Rani
12 Akibat Kutukan
13 Jelita
14 Ingin Berjumpa Lagi
15 Menikahlah
16 Ternyata Kamu
17 Mengutuk Bunga
18 Pertemuan Tak Di Sengaja
19 Tolong… Dengarkan Aku
20 Satu Hari Dua Peristiwa
21 Anakku Bukan Anakku
22 Cerita yang Sebenarnya
23 Mengunjungi Jelita
24 Tidak Boleh Menghindar
25 Bertemu Bertiga
26 Oke, Kita Pergi
27 Jalan Bersama
28 Berhak Bahagia
29 Belajar Ikhlas
30 Not a peace yet
31 It’s Ok to Try
32 Pergi Berlibur
33 Trip to Rinjani
34 Rinjani 1
35 Rinjani 2
36 Will you...?
37 Membeku
38 Pertemuan Pertama
39 Ketakutan Bunga
40 Mama Lita Obat Penenang
41 Silvia Melahirkan
42 Ketakutan Fadi
43 Genggam Tangan
44 Jelita Menginap
45 Monopoli
46 Bolehkah?
47 Fadi
48 Fadi 2
49 Lemahnya Fadi
50 Buka-bukaan
51 Bertemu Wedding Organizer
52 Maaf... dan Terima Kasih
53 SAH
54 Cicak
55 Ulang Tahun Jelita
56 Mirip Fadi
57 Fans Fadi
58 My Flower
59 Ibu Tua
60 Bunga Merajuk
61 Pertemuan dengan BUMN
62 Menjenguk Pak Doni
63 Jelita dan Oma Yeni
64 Kasih
65 Fadi Marah
66 Fakta Lagi
67 Pemeriksaan Kandungan Bunga
68 Bunga Mulai Cerita
69 Jangan Pernah Ceritakan
70 Jelita Hilang
71 Marahnya Bunga
72 Fadi dan Pak Doni
73 Melindungi Keluarga
74 Kamu Tahu?
75 Jelita Keponakan Kamu, dong?
76 Tunggu Dulu
77 Fadi dan Pak Doni
78 Fadi Sakit
79 Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Hilang
2
Usai
3
Blokir
4
Aku Bukan Untukmu
5
Reckless
6
Luka
7
Penyesalan yang Terlambat
8
Maaf
9
Kutukan Bunga
10
Mengetahuinya
11
Mami Rani
12
Akibat Kutukan
13
Jelita
14
Ingin Berjumpa Lagi
15
Menikahlah
16
Ternyata Kamu
17
Mengutuk Bunga
18
Pertemuan Tak Di Sengaja
19
Tolong… Dengarkan Aku
20
Satu Hari Dua Peristiwa
21
Anakku Bukan Anakku
22
Cerita yang Sebenarnya
23
Mengunjungi Jelita
24
Tidak Boleh Menghindar
25
Bertemu Bertiga
26
Oke, Kita Pergi
27
Jalan Bersama
28
Berhak Bahagia
29
Belajar Ikhlas
30
Not a peace yet
31
It’s Ok to Try
32
Pergi Berlibur
33
Trip to Rinjani
34
Rinjani 1
35
Rinjani 2
36
Will you...?
37
Membeku
38
Pertemuan Pertama
39
Ketakutan Bunga
40
Mama Lita Obat Penenang
41
Silvia Melahirkan
42
Ketakutan Fadi
43
Genggam Tangan
44
Jelita Menginap
45
Monopoli
46
Bolehkah?
47
Fadi
48
Fadi 2
49
Lemahnya Fadi
50
Buka-bukaan
51
Bertemu Wedding Organizer
52
Maaf... dan Terima Kasih
53
SAH
54
Cicak
55
Ulang Tahun Jelita
56
Mirip Fadi
57
Fans Fadi
58
My Flower
59
Ibu Tua
60
Bunga Merajuk
61
Pertemuan dengan BUMN
62
Menjenguk Pak Doni
63
Jelita dan Oma Yeni
64
Kasih
65
Fadi Marah
66
Fakta Lagi
67
Pemeriksaan Kandungan Bunga
68
Bunga Mulai Cerita
69
Jangan Pernah Ceritakan
70
Jelita Hilang
71
Marahnya Bunga
72
Fadi dan Pak Doni
73
Melindungi Keluarga
74
Kamu Tahu?
75
Jelita Keponakan Kamu, dong?
76
Tunggu Dulu
77
Fadi dan Pak Doni
78
Fadi Sakit
79
Mengunjungi Makam Ibu Mardiyah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!