PERTEMUAN DI TENGAH LUKA

Aluna turun dari bus di halte yang berjarak sekitar dua ratus meter dari apartemennya. Hujan masih menetes ringan, menyisakan aroma tanah basah yang menusuk indera penciumannya.

Earphone masih terpasang, kali ini lagu yang mengalun adalah 🎶"Through the Night" - IU.

Suara lembut itu menyusup ke telinganya, menghangatkan sekaligus menambah sesak perasaan yang sedari tadi ia tahan.

Setiap langkah terasa berat. Sepatunya basah, tas yang tergantung di bahu seperti menambah beban. Namun, justru hatinya yang paling lelah.

"Aku harus kuat," gumamnya, mencoba menenangkan diri. Sampai akhirnya ia tiba di depan pintu apartemen, menarik napas panjang, lalu masuk dengan senyum tipis, meski tak ada seorang pun yang bisa melihat betapa rapuh dirinya saat itu.

****

Keesokan paginya, Aluna bangun lebih lambat dari biasanya. Matanya masih terasa bengkak karena menangis semalam. Ia buru-buru bersiap, khawatir terlambat masuk kerja.

Setelah mengenakan blazer abu-abu favoritnya, ia berlari kecil menuju halte, berharap bisa mengejar bus yang biasanya ia tumpangi.

Namun, nasib berkata lain. Di persimpangan jalan dekat halte, sebuah mobil melaju cukup cepat dan menyenggol tubuhnya.

"Brak!"

Tubuh Aluna terhantam sisi mobil, membuatnya terhempas ke aspal. Lututnya tergores parah hingga darah mengalir. Nafasnya tercekat, pandangannya sempat berkunang.

Pintu mobil segera terbuka. Seorang pria tinggi dengan jas hitam bergegas keluar, wajahnya pucat panik.

"Kamu terluka! Ya Tuhan…" Ia segera jongkok di samping Aluna.

Aluna menahan sakit sambil mencoba tersenyum.

"Aku… aku nggak apa-apa. Cuma jatuh sedikit, bisa jalan sendiri kok."

Pria itu menatapnya dengan sorot tajam, jelas tak percaya.

"Kamu berdarah begini dan bilang nggak apa-apa?"

Ia lalu meraih lengan Aluna dengan hati-hati. "Jangan keras kepala. Kamu harus ke rumah sakit."

"Tapi aku—"

Sebelum sempat menolak lebih jauh, tubuh Aluna sudah terangkat dalam gendongannya. Wajahnya memanas seketika, antara malu dan bingung.

"Hei! Aku bisa jalan sendiri, turunin aku…" protesnya pelan.

"Terluka tetap harus ditangani dengan benar. Diamlah, kita ke rumah sakit." Suaranya dalam, penuh wibawa, seolah tak memberi ruang untuk bantahan.

Aluna hanya bisa terdiam, dadanya berdebar keras, rasa sakit bercampur dengan rasa asing karena kedekatan itu.

Mobil pun melaju cepat menuju rumah sakit. Dari kursi penumpang, Aluna menatap wajah pria itu. Tegas, tenang, namun penuh perhatian. Ia belum tahu, pria yang baru saja menolongnya akan membuka bab baru dalam hidupnya.

****

Mobil hitam itu berhenti di depan instalasi gawat darurat. Pria itu turun cepat lalu kembali menggendong Aluna, membuat beberapa perawat menoleh kaget.

"Tolong! Dia terluka akibat terserempet mobil saya," ucapnya tegas kepada salah satu perawat di sana.

Aluna masih merasa kikuk diperlakukan seperti itu. Ia ingin mengatakan kalau dirinya bisa berjalan, namun tatapan serius pria itu membuatnya bungkam.

Ia dibaringkan di ranjang periksa, perawat segera membersihkan luka di lutut, pergelangan kaki dan tangannya.

Sambil menahan perih, Aluna merogoh tasnya, lalu menekan nomor Reza.

"Za," suaranya bergetar. "Aku… aku di rumah sakit. Tadi sempat diserempet mobil. Tapi nggak parah kok."

Di seberang, suara Reza terdengar panik.

"Apa?! Kamu di rumah sakit mana sekarang? Tunggu, aku langsung ke sana!"

Belum sempat Aluna menjawab, telepon sudah terputus. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri.

Setengah jam kemudian, langkah tergesa terdengar dari arah pintu. Reza masuk dengan wajah panik, langsung menghampiri Aluna yang masih duduk di ranjang periksa.

"Na! Kamu nggak apa-apa kan?!" tanyanya cemas sambil menggenggam tangan Aluna.

Sebelum Aluna sempat menjawab, seorang pria berdiri dari kursi tunggu. Senyum tipis muncul di wajahnya.

"Reza?" panggilnya.

Reza menoleh cepat, matanya melebar. "Revan…?"

"Ya," jawab pria itu sambil menghela napas.

"Aku yang tadi nyerempet dia. Maaf banget, aku buru-buru dan nggak lihat. Untung nggak parah. Jadi aku bawa dia langsung ke rumah sakit."

Aluna menatap bergantian keduanya, ada keakraban asing yang terasa di udara. Jelas terlihat bukan sekadar pertemuan biasa.

"Kalian saling kenal?" tanya Aluna akhirnya, bingung.

Reza mengangguk kecil. Senyum hangat muncul, meski matanya masih tak percaya.

"Iya, Na. Dia Revan. Sahabat kecilku dulu."

Aluna terperangah. "Sahabat kecil?"

...----------------...

Terpopuler

Comments

CumaHalu

CumaHalu

Darimana Reza tau tempat Aluna di rawat? Tadi kan belum terjawab? Apa mungkin di kota tempat tinggal mereka RS nya cuma ada satu?

2025-09-08

1

TokoFebri

TokoFebri

Oke.. tokoh baru muncul. aku mencium. ada cinta segiempat disini. hihihi

2025-08-30

1

Nurika Hikmawati

Nurika Hikmawati

definisi teman tapi mesra ya begini ini nih... kadang peduli kadang cuek. mau marah tp bukn pacarnya, gak marah tapi perlakukannya lebih dr teman, mesraaaa. bingung gak tuh 😂😂

2025-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!