Ruangan sepi, hanya terdengar suara kipas angin dan halaman buku yang dibalik.
Luna datang sedikit lebih awal untuk mengerjakan proyek. Ia melihat Kenzo duduk sendiri, bicara lewat telepon.
kenzo
(telepon)
kenzo
“Iya, aku bisa kerja paruh waktu lagi… Tidak apa-apa, aku masih kuat. Aku tahu, biaya rumah sakit tidak murah.”
Nada suaranya rendah, nyaris bergetar. Sama sekali berbeda dari sikap dingin yang selalu ia tunjukkan di depan orang lain.
Luna berdiri diam, jantungnya ikut sesak. Ada sesuatu dalam suara itu lelah, tapi juga penuh keteguhan.
Dia segera berpura-pura sibuk membuka buku ketika Kenzo menutup telepon dan berjalan keluar dari celah rak.
kenzo
"Kamu sudah datang?"
luna
"Baru aja nyampe tadi."
kenzo
*menarik kerusi*
kenzo
"Bagus, kita bisa lanjut kerja."
Mereka mula membahas proyek kembali, tetapi kali ini suasana berbeda.
Luna lebih banyak diam, sesekali melirik wajah Kenzo yang terlihat sedikit pucat.
kenzo
"Ada apa? Biasanya kamu sibuk mencari kesalahanku."
luna
"Mungkin aku sedang tidak mood."
kenzo
*menatap curiga*
kenzo
"Atau kamu sedang memikirkan sesuatu?"
luna
"Jangan percaya diri kalau mengira aku memikirkanmu"
kenzo
*senyum nipis*
kenzo
"Kalau begitu, kenapa kamu menatapku sejak tadi?"
luna
....
Luna buru-buru menunduk, pura-pura menulis di buku catatan. Pipinya terasa panas, padahal ia ingin sekali menyangkal.
Namun dalam hati, ia tahu ada rahasia baru yang membuatnya tak bisa lagi melihat Kenzo dengan cara yang sama
Comments