"Capek banget, Sayang?" tanya Uki, kekasih Hawa sejak SMA. Ketua Voli yang menjadi penyebab utama Bima tidak menyukai Hawa. Keduanya memang hampir 7 tahun LDR. Sejak kuliah dan kerja selama 3 tahun, mereka terpisah. Bertemunya bisa dihitung dengan jari, paling sering bertemu ya saat lebaran saja, saat Uki berkunjung pada ibunya. Selebihnya via video call seperti malam ini.
Uki setelah SMA tinggal bersama sang ayah di Sulawesi dan kuliah di sana, lanjut kerja di Tambang Nikel di sana juga. Oleh sebab itu keduanya belum kepikiran untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius, masing-masing masih ingin menata karir, sebelum memutuskan siapa yang akan pindah.
"Banget! Bima tuh rese'," ucap Hawa sembari skincare malam, ponsel diletakkan di pembatas kaca riasnya, sehingga Uki masih bisa melihat wajah sang kekasih.
"Naksir kamu kali," seloroh Uki niatnya menggoda, setahu dia memang Hawa dan Bima terlibat pertengkaran saat SMA dulu, menyangkut sahabat Bima yang naksir Hawa. Cerita dulu, mungkin saja sekarang Bima yang naksir Hawa. Terlebih keduanya berada di satu kantor dan tiap hari bertemu. Percayalah, kerja bersama teman lama tuh lebih nyaman, meski harus ada ledek-ledekan dan mengungkit masa lalu.
"Dih, naksir. Nomorku saja masih diblokir!" Uki tertawa mendengarnya, tampaknya masa SMA masih terbawa dalam lingkungan kerja. Wajar sih, Bima memang terlihat tak suka dengan keaktifan Hawa di setiap acara sekolah, Uki pernah dengar itu. Bahkan Uki pernah duduk berdua dengan Bima, sengaja mengajaknya berbicara antar laki-laki, menanyakan apa kesalahan Hawa sampai Bima bersikap seperti itu. Memarahi Hawa di depan umum, bahkan sampai memblokir nomor ponselnya. Mereka satu angkatan, tak enak bila musuhan seperti ini.
Hanya saja saat itu Bima menjelaskan pada Uki, ia hanya tidak suka Hawa bersikap sok cantik dan main tarik ulur pada pria, sampai membuat sahabatnya, Satria sakit hati, dan sakit-sakitan hingga tak masuk sekolah lama. Uki pun sudah menjelaskan pada Bima bahwa Hawa tak tahu kalau Satria naksir dia, sahabat Bima itu juga tak pernah nembak Hawa, jadi bukan salah Hawa juga dong! Namun, benci tetap benci. Uki pun tak mau memaksa Bima untuk berteman atau menghapus blokiran pada nomor ponsel Hawa.
Nah sekarang kalau sudah satu kantor begini, Bima masih tak bersedia membuka blokiran pada Hawa? Sepertinya kok gak mungkin, setelah ini juga pasti dibuka. "Dan aku gak mau meminta dia buat buka blokirannya," ucap Hawa seperti biasa, menjunjung gengsi dan harga diri.
Obrolan mereka saat video call tetap sama hanya bertukar kabar soal aktivitas masing-masing, mungkin karena sudah terbiasa LDR sehingga telepon satu jam, ada saja obrolannya, bahkan seringnya Uki yang tidur mendengar cerita Hawa, baru deh panggilan video itu dimatikan oleh Hawa.
Begitupun saat pagi, karena zona waktu berbeda satu jam lebih cepat Uki, Hawa pun hampir tiap hari dibangunkan oleh Uki. Sehingga Uki sudah setor foto aktivitas tambang, Hawa baru selesai mandi dan siap berangkat ke kantor.
Hari ini Hawa sangat cantik, memakai kulot warna biru muda, atasan tanpa lengan warna putih dan blazer warna senada dengan kulot, kebetulan hari ini seragam bebas, sehingga Hawa memilih semi formal begini. Jilbab segi empat warna navy diatur rapi menambah kesan perempuan karier yang kuat.
"Cantiknya Bu Bos," sapa Amelia saat Hawa datang, setelah bersalaman dengan tim yang lain.
"Bos Tambang ya Allah, Aamiin!" sambung Hawa mengaitkan dengan pekerjaan Uki. Amelia berdecak sebal. Sejak mengenal Hawa dan kisah cintanya, Amelia yakin hubungan mereka tidak berakhir bahagia. Bukan karena mendahului kuasa Allah, hanya saja pacaran di atas 5 tahun dan belum ada pembahasan nikah, terutama dari pihak laki-laki, jelas tak ada keseriusan. Ditambah Hawa sendiri mengaku tak menuntut diskusi itu, prinsipnya adalah jalani saja masih muda juga.
"Kamu memang gak pernah curiga, Wa, sama Uki?" tanya Amelia, dia adalah orang yang tak percaya akan LDR. Menurut Amel, pasti salah satu pihak ada yang berkhianat, hanya pintar saja menutupi. Apalagi pihak cowok, ya meskipun tidak semua sih. Hanya saja, cowok suntuk kerja tak ditemani kekasih mana enak sih, apalagi punya uang, yakin gak 'jajan'. Terus sistem kerja di Uki ada masa cuti 2 minggu, kenapa gak sambang Hawa, kan lumayan? Malah pilih setahun sekali bertemu. Baiknya Hawa saja yang bilang dia ikut perekrutan sana, Mel. Jadi kalau cuti terus ke sini ya bayar tiket pesawatnya sendiri. Mehong kali.
"Awal-awal saat jauh sih, pas kuliah terutama. Sering curiga sama dia kalau kerja kelompok, KKN, dan kegiatan yang lebih banyak ceweknya."
"Terus sekarang?"
Hawa tersenyum centil, "Enggak udah biasa. Lagian kalau rasa cinta di antara kita ada yang berubah, kita udah sepakat buat bilang. Mending jujur daripada selingkuh!"
Amelia mengangguk saja, bukan mendoakan tapi lihat ke depan saja hubungan mereka berlabuh ke mana. Menjadi pengantin atau tamu undangan. "Semoga yang di sana aman deh, karena yang di sini mulai ada benih-benih PDKT," sengaja Amelia memancing pembahasan Bima. Meski bibir aktif bicara, tapi jari dan tatapan mata masih bisa bekerja secara beriringan. Definisi perempuan multitalenta begitulah, bahkan Bu Diyah tak pernah menegur Amelia dan Hawa saat jam kerja, obrolan mereka sebanding dengan penyelesaian kerja. Beliau sampai heran, kok bisa selalu ada cerita di antara keduanya, sembari menyelesaikan tugas.
"Gosip mulu ah, Pak Bima gak mungkin naksir aku kali," sahut Hawa sembari menuliskan deadline pendaftaran tingkat sekolah pada setiap poster.
"Eh, aku gak bahas Pak Bima loh," ujar Amelia sembari menggerakkan kedua tangannya, tapi sambil tertawa. Hawa melirik tajam sekaligus berdecak sebal. Memang tak menyebut nama secara jelas, tapi Hawa kan gak bodoh bila sedang disinggung.
"Ya aku sadar diri lah, malas banget bahas dia terus! Udah ah, aku mau ke mading SMA, Mbak gak menempel lomba?" Amelia menggeleng karena baru kemarin ia sudah menempelkan poster lomba membuat artikel ilmiah untuk guru, dan sampai sekarang belum ada yang menghubunginya untuk daftar.
Hawa pun berjalan ke arah mading SMA, tampak beberapa siswa sedang mengerumuni mading bagian lomba. "Pagi, Miss! Cantik always," sapa Vika, siswi kelas XI yang sedang melihat poster lomba modeling.
"Pagi, Vik! Kamu gak jadi daftar modeling?" tanya Hawa sembari membuka kunci mading dan mulai menempelkan poster lomba yang ia bawa, sekaligus mengambil poster lomba yang sudah usang atau suda lewat deadline."
"Habis ini deh ke meja Miss Hawa, memang belum ada yang daftar ya?" Hawa menggeleng, mana ada siswa sini yang melirik ajang lomba non akademik, apalagi urusan modeling begini, gak ada yang minat. Hanya saja sekolah tetap memfasilitasi mereka bila ada yang mendaftar.
"Nanti pembina lomba modeling, Miss Hawa aja!"
"Ngarang kamu, Vik!"
"Ya elah, Miss Hawa cantik banget kali, fotogenic!"
"Kayak tahu aja fotogenic itu apa, lagian aku gak bisa kucing jalan kali," ucap Hawa membuat Vika bingung.
"Kucing jalan apa, Miss?"
"Catwalk!" ucap Hawa diiringi tawa Vika dan kawan. Satu-satunya tim yayasan yang friendly dengan siswa-siswi, mana cantik lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments