Tiba-tiba menkah

Wajah gelap itu menatapnya sebentar, lalu membungkam kegaduhan hatinya__dengan seutas kain putih. Ia mengikat pergelangan tangan Rose ke tiang kayu tua di bawah pohon, seolah gadis itu hanya sekadar barang titipan yang harus diamankan.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Rose, tubuhnya menggeliat panik, terbelalak. "Hei! HEI! Aku sedang minta tolong!"

Pria itu tetap diam. Ia menatap Rose sekali lagi, dalam-dalam, namun wajahnya masih tersembunyi di balik gelap topeng. Lalu__tanpa kata, ia berbalik dan pergi. Melangkah meninggalkan gadis yang masih tergantung setengah duduk, seperti tawanan yang dibuang ke pojok sunyi dunia.

Rose menggertakkan gigi. Darahnya mendidih. Matanya menyapu tanah, dan menemukan sebuah b4tu tajam.

"Kalau begitu... TERIMALAH INI!" teriaknya.

TUK!

Batu itu melayang, menghantam kepala pria asing itu. Ia berhenti sejenak. Menoleh?__tidak. Tidak marah. Tidak menjerit. Hanya... terus melangkah. Dingin.

"Dasar MONSTER!" umpat Rose, napasnya memburu. "Padahal aku ingin berterima kasih padamu... untungnya belum sempat. Kau sama saja seperti mereka__MONSTER!"

Teriakan Rose yang memaki membuat Sebastian tertawa, seolah itu lucu. Ia pun melihat ke sekitar, dan tidak ada siapa-sapa.

"Sepertinya kau sudah gila? bicara sendiri, Hahaha..." ejeknya. Muncul pertama, dengan tawa puas di bibir.

Hose mengikuti di belakang, dengan dua pria berbadan besar__pengawal keluarga Morreti. Di ujung barisan, Ibuk Rose, dengan wajah yang penuh kemarahan sekaligus rasa lega, berjalan disamping ayahnya.

"ASTAGA... kau benar-benar kabur, dasar anak gila!" seru ibuknya. Tangan keriput menusup ke pinggang, mencubit kecil menyisakan rasa perih.

"Tutup mulut mu! tuan Hose masih disini__" bisik suaminya.

Rose menggeleng liar, rambutnya acak-acakan, napasnya masih terengah.

"JANGAN DEKAT-DEKAT!! AKU TIDAK AKAN IKUT!!" teriaknya.

Tapi tuan Hose hanya tersenyum santai, mata keriput melirik bayangan di ujung jalan. Wajah tuanya mendekat lalu berbisik__membuat Rose terdiam seketika.

Ayah dan ibuknya saling melirik heran. Mantra apa yang se-efektif itu, membuat Rose nurut? pikirnya.

"Saya sudah membayar mahal pada orang tuamu. Ikutlah dengan baik-baik! kau tak punya pilihan, kau sendiri tahukan? hampir semua gadis di kota ini mendapatkan nasib yang sama, kau tidak sendiri. Setidaknya sebelum kau keluar dari rumah ini, beri kedua orang tuamu kehormatan!"

"Dia benar! Lagi pula wanita dilahirkan untuk ini bukan?" campur Sebastian, dengan tawa kecilnya yang puas.

Dua pengawal melepas ikatan Rose. Mata bulat yang penuh dendam melelehkan bulir bening, sambil mengikuti dua pengawal yang menuntunnya ke arah mobil.

Sebelum nasuk Rose berhenti sejenak, lalu menoleh. "Apa ibuk juga dulu dibeli ayah?"

Tanpa menjawab ibuk Ros hanya melotot kesal, tangannya mengeoal menahan amarah. Tuan Hose tersenyum kecil memperhatikan mereka berdua.

"Maaf tuan, mereka memang seperti ini sering bertengkar," ucap ayah Rose, merasa tidak enak.

Tuan Hose menutup pintu, dengan wajah datar. Mobil itu melaju cepat. Pria bertopeng yang masih berdiri di kejauhan, menyaksikan dalam diam. Lalu mobillnya pun ikut melaju.

***

Hujan menggantung di langit kota kecil penuh rahasi, tapi tak setetes pun jatuh. Awan hitam hanya menyelimuti rumah tua dengan halaman yang dipenuhi pohon pinus menjulang tinggi. Di situlah pernikahan itu digelar__di sebuah ruang kaca yang sunyi, hanya diterangi cahaya lilin dan bisikan angin dari sela-sela jendela tua.

Tak ada musik.

Tak ada tawa.

Tak ada pelaminan megah.

Hanya kursi berjejer dengan wajah-wajah tegang. Ibu Rose duduk dengan gaun sederhana, meremas tangan suaminya.

Di ujung ruangan, berdiri seorang pria dengan wajah seluruhnya tertutup topeng hitam halus. Suaranya disaring melalui alat di kerah jasnya, menciptakan efek logam datar seperti suara robot. Tapi napasnya...  tetap manusia. Berat. Dalam. Penuh luka yang dikubur.

Rose berdiri di depannya. Gaun putihnya tidak berkilau. Matanya masih sembab. Pipinya masih menyimpan jejak air mata.

Dia menunduk, bukan karena malu. Tapi karena hatinya belum selesai memberontak.

"Lucas Morreti, bersediakah kau menerima Roselyne Alviera sebagai istrimu, di hadapan hukum dan saksi malam ini?”

Suara itu datang dari petugas resmi yang bahkan tak tahu siapa pria di balik topeng itu. Pria bertopeng mengangguk sekali.

Alat di kerahnya bergetar, suaranya terdengar berat dan tak berjiwa, "Saya bersedia."

Rose mengangkat dagunya perlahan. Menatap langsung ke topeng itu.

Bibirnya bergerak pelan, "Saya juga bersedia."

Cincin diletakkan oleh pengawal yang tak bicara sepatah kata pun. Mereka semua berpakaian hitam pekat. Bahkan anak-anak buah Lucas pun tampak menunduk lebih dalam dari biasanya, seolah mereka sendiri takut melihat wajah tuan mereka.

Tangan dibalik sarung hitam, memakaikan cincin dengan kaku. Tak ada ciuman. Tak ada pelukan.

Hanya sebuah anggukan…

Dan lalu pria itu berjalan pergi__tanpa menoleh.

Rose berdiri di sana, beku. Ia tak tahu siapa yang baru saja menjadi suaminya.

Wajahnya tak pernah ia lihat.

Suaranya bukan suara asli.

Namanya bahkan hanya bisikan yang beredar di antara ketakutan.

Di pelataran depan, terdengar suara anjing melolong.

Dan malam pun jatuh, seperti sebuah kutukan.

Rose beregerutu, lirih namun penuh bara.

“Dasar pria jelek, tukang kawin…” Tatapannya mengikuti langkah pria asing bertopeng itu, langkah tegap yang tak pernah menoleh ke belakang.

"Dalam semalam, tiba-tiba menjadi milikmu. Lucu sekali."

Kepalanya mendongak sedikit, seolah menantang langit malam yang tak berpihak.

Dia mengepalkan jemarinya di balik gaun pengantin yang kebesaran.

“Lihat saja... akan kubuat kau menyesal telah membeliku.”

Matanya beralih ke dua sosok di kursi tamu__ayah dan ibunya.

Wajah mereka tampak datar, seperti tidak ada yang salah.

Seolah menjual anak sendiri adalah bagian dari rutinitas harian.

“Dan mereka?”

Rose menggeram pelan.

“Kira-kira pelajaran apa yang harus kuberikan untuk kalian?__Tenang saja, akan kupikirkan hukuman yang pantas. Bukankah keluarga juga perlu tahu rasanya dikhianati?”

Ia menghela napas panjang, tapi bukan karena lelah__melainkan karena dendamnya terlalu besar untuk dibungkam.

Bersambung!

Terpopuler

Comments

AkiraMay_

AkiraMay_

Amanat lah thor buat cerita yang mendebarkan dan sangat menarik ini. Aku tunggu kelanjutannya ya!

2025-08-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!