Reina 🌸 berdiri di lobi, menunggu lift. Dia sedikit canggung karena ini pertama kalinya ikut Leon ke kantor.
Beberapa karyawan menatap—ada yang berbisik-bisik, ada yang senyum ramah. Reina mencoba membalas senyum… sampai seseorang, seorang pria muda dari tim Leon, mendekat.
Karyawan 👔:
Pagi, Bu Reina. Wah, cantik sekali hari ini.
Reina
(tersenyum sopan) Pagi, makasih.
Tiba-tiba, sebuah tangan besar melingkari pinggangnya—erat. Leon berdiri tepat di sampingnya, tatapannya menusuk ke arah pria itu.
Leonard
(suaranya datar, tapi tegas) Dia istri gue. Semua orang di sini… ingat itu baik-baik
Suasana lobi langsung sunyi. Pria itu tersenyum kaku, mundur, lalu cepat-cepat pergi.
Reina
(menghela napas) Leon, kamu nggak perlu—
Leonard
(menunduk ke telinganya) Justru gue perlu. Lo nggak liat tadi dia ngeliat lo gimana?
Reina
(tahan tawa) Cuma ramah.
Leonard
(serius) Nggak ada yang ramah ke istri gue kecuali gue.
Lift berbunyi ding, pintu terbuka. Leon menuntun Reina masuk, tetap dengan tangan di pinggang.
Di dalam lift, Leon sedikit menunduk.
Leonard
(senyum tipis) Sekarang semua orang tau. Jadi kalau ada yang berani mendekat… ya, lo udah tau apa yang bakal gue lakuin.
Reina
(geleng pelan) Kamu ini…
Leonard
(mengencangkan pelukan) Gue ini suami lo. Dan gue nggak pernah berbagi.
Ruang Kerja Leon
Reina 🌸 duduk di sofa panjang di sudut ruangan. Sementara Leon sibuk di meja kerjanya, sesekali pandangan matanya nyasar ke arah Reina—nggak pernah lama-lama lepas.
Reina membuka ponselnya, membalas pesan dari sahabatnya. Baru saja dia mengetik beberapa kata, Leon sudah berdiri dan berjalan mendekat.
Leonard
(berdiri di depan Reina) Lo chat sama siapa?
Reina
(sedikit kaget) Sama Dita… sahabatku.
Leonard
(tangan terulur, minta ponsel) Biar gue liat.
Reina
(berdiri) Leon… kamu nggak percaya aku?
Leonard
(berbisik tapi nadanya tajam) Gue percaya sama lo… tapi gue nggak percaya sama orang lain yang deketin lo.
Dia mengambil ponsel Reina, memeriksa sebentar, lalu mengembalikan. Tapi alih-alih kembali ke meja, Leon duduk di sofa, menarik Reina ke pangkuannya.
Reina
( pipinya merah) Leon, ini kantor…
Leonard
(tersenyum tipis) Kantor gue. Dan nggak ada yang berani ngomongin gue… apalagi nyentuh lo.
Reina mencoba bangkit, tapi Leon memeluknya lebih erat.
Leonard
(menatap matanya dalam) Lo milik gue, di rumah iya… di kantor juga iya… di mana pun iya.
Reina
(suara melembut) Kadang kamu… terlalu protektif.
Leonard
(senyum kecil) Itu karena gue nggak mau kehilangan lo, bahkan sedetik pun.
Dia mencium kening Reina lama, seperti ingin memastikan seluruh dunia tahu kalau gadis itu hanya miliknya.
Comments