Pagi berikutnya, udara Sweet Anya seperti biasa harum oleh campuran roti panggang dan kopi hangat. Raka alias Adrian sudah ada di dapur sejak pukul 4.10, kali ini tanpa menunggu Anya memintanya.
Anya masuk sambil menguap. “Kamu… udah mulai dari jam segini? Niat banget.”
“Kalau mau jadi pegawai teladan, harus berangkat sebelum bosnya,” jawab Raka sambil tersenyum tipis.
“Hmm… pegawai teladan atau pegawai yang punya niat tersembunyi?” Anya memelotot, setengah bercanda.
Raka pura-pura sibuk mengaduk adonan. “Mana ada.”
Sementara itu, di rumah mewah keluarga Adrian… Andara sudah bangun sejak subuh, tidak seperti biasanya. Di kamarnya, ia sibuk memilih pakaian. “Harus tampil cantik biar calon kakak ipar terkesan.”
“Non Andara mau kemana pagi-pagi gini?” tanya Bi Reni, asisten rumah tangga.
“Misi rahasia,” jawab Andara sambil tersenyum penuh misteri.
Tanpa banyak bicara lagi, ia masuk ke mobil, menyuruh sopir menuju alamat yang ia dapat dari Daddy. Sopir itu sempat heran karena Andara jarang mau pergi ke tempat yang bukan mall atau café mewah.
Jam menunjukkan pukul 9 ketika pintu Sweet Anya terbuka. Lonceng berdenting.
Anya yang sedang mengelap meja langsung tersenyum ramah. “Selamat pagi, mau cari roti apa, Kak?”
Seorang gadis SMA berambut panjang masuk dengan langkah percaya diri. “Aku mau beli semua roti yang paling enak di sini,” katanya.
Anya tertawa kecil. “Wah, kalau gitu kamu harus tunggu sebentar, beberapa roti baru keluar dari oven.”
Raka yang ada di belakang tiba-tiba berhenti mengaduk. Ia menoleh… dan matanya langsung membulat. Andara?!
Andara pura-pura tidak kenal. “Mas, bisa buatin satu roti yang paling spesial di sini?” tanyanya pada Raka dengan nada formal.
“Ehm… iya, sebentar,” jawab Raka agak kaku.
Anya memandang bergantian antara keduanya. “Kalian kenal?”
Sebelum Raka sempat jawab, Andara sudah nyeletuk. “Enggak kok, cuma… kayak pernah lihat aja. Tapi nggak mungkin, ya?” katanya sambil menyunggingkan senyum nakal.
Raka menahan napas. Jangan sampai dia buka mulut di sini…
Saat Anya masuk ke dapur untuk mengecek oven, Andara langsung mendekat ke Raka.
“Jadi ini yang kamu incar? Wah, kak Adrian, kamu nggak bercanda waktu Daddy cerita,” bisiknya.
“Panggil aku Raka di sini,” balasnya cepat.
Andara mengedip nakal. “Tenang aja, aku nggak akan bocorin… asal aku dapat roti gratis.”
Raka menghela napas panjang. “Ambil aja yang kamu mau. Tapi jangan bikin ribut.”
Kejadian yang Hampir Membongkar Penyamarannya
Ketika Anya kembali ke meja kasir, ia melihat Andara memotret Raka diam-diam. “Eh, foto buat apa?” tanya Anya penasaran.
“Oh, ini buat… tugas sekolah. Aku lagi bikin proyek tentang pekerja toko roti,” jawab Andara cepat.
Anya mengangguk. “Wah, menarik tuh. Kalau mau, kamu bisa wawancara Raka nanti.”
Andara menahan tawa. “Wah, nanti aja deh. Aku takut kalau wawancara, dia… grogi.”
Raka hanya bisa tersenyum kaku sambil menaruh roti di meja.
Andara Pulang, Tapi…
Setelah membeli setumpuk roti dan meninggalkan “kode rahasia” berupa senyum jahil, Andara pergi.
Anya menatap Raka. “Tadi tuh… kayaknya dia kenal kamu deh. Matan ya .”
Raka berpura-pura sibuk menata stok. “Kamu terlalu banyak mikir.”
Anya tidak membalas, tapi dalam hati ia mulai merasa penasaran.
Sementara di mobil…
Andara mengunyah roti kayu manis buatan Raka. “Hmm… nggak heran kak Adrian sampai rela turun level jadi pegawai toko. Gadis ini… memang beda.”
Dan di kepalanya, sudah tersusun rencana baru, besok ia akan kembali tapi kali ini membawa Mommy.
...----------------...
Keesokan harinya, Raka sudah tiba di Sweet Anya bahkan lima menit lebih awal dari biasanya. Kali ini dia sedang menyiapkan topping untuk roti baru yang ia kreasikan semalam roti pandan isi kelapa manis.
Anya datang sambil membawa dua gelas kopi susu. “Pegawai teladan hari ini dapat bonus kopi gratis,” katanya sambil menyodorkan satu gelas ke Raka.
“Wah, terima kasih, Bos Roti. Ini minuman atau sogokan biar aku nggak minta naik gaji?” goda Raka.
Anya menaruh tatapan sinis yang dibuat-buat. “Naik gaji? Baru tiga hari kerja udah berani minta naik gaji? Coba tunggu tiga tahun dulu.”
Raka tertawa. “Ya kali tiga tahun, aku udah jadi bos besar.”
‘Bos besar’ kata itu sempat membuatnya ingin nyengir sendiri, karena kenyataannya… ia memang bos besar, hanya saja sedang menyamar.
Sekitar pukul 9.30, pintu toko terbuka. Lonceng berdenting. Masuklah dua orang, seorang perempuan anggun bergaun pastel dan gadis SMA yang kemarin sudah lebih dulu datang Andara.
“Mau beli roti atau mau sidak?” tanya Anya sambil tersenyum ramah.
Andara langsung menjawab, “Dua-duanya.”
Mommy ikut tersenyum. “Halo, saya ibunya Andara. Saya dengar dari anak saya, roti di sini enak sekali.”
Anya tersipu. “Wah, terima kasih. Silakan duduk, Bu. Mau coba roti apa?”
Mommy melirik ke arah Raka. “Hmm… kalau yang buat roti ini siapa?”
Anya menunjuk Raka. “Ini, Raka. Dia baru kerja di sini beberapa hari.”
Mommy tersenyum penuh arti. “Oh… Raka, ya?” Nadanya seperti memanggil seorang pangeran yang sedang menyamar.
Raka membalas dengan senyum sopan, tapi matanya jelas berkata, Andara, kamu pasti sudah membocorkan sesuatu.
Saat Anya masuk ke dapur untuk mengambil roti yang baru matang, Andara langsung berbisik pada Raka.
“Tenang, aku nggak akan manggil kamu kak Adrian. Tapi Mommy udah tau semuanya, dan dia penasaran banget sama calon mantunya.”
Raka mendesah. “Kenapa kamu bawa Mommy ke sini?”
“Biar dia bisa menilai langsung. Lagian, aku mau lihat kalian interaksi langsung. Seru banget,” jawab Andara tanpa rasa bersalah.
Mommy dari meja sempat melambai ke arah Raka sambil tersenyum misterius. Raka terpaksa membalas lambaian itu seperti seorang pegawai ramah, padahal keringat dingin sudah mulai muncul.
Saat Anya kembali dengan roti pandan isi kelapa, Mommy mencoba mengajak ngobrol.
“Mas Raka, sebelum kerja di sini, sebelumnya kerja di mana?” tanya mommy Amara
Raka menjawab cepat, “Di… eh… bagian administrasi sebuah perusahaan kecil.”
Mommy mengangguk pelan. “Perusahaan kecil? Wah, pasti berat ya kalau pindah kerja ke toko roti.”
“Lumayan,” jawab Raka sambil tersenyum tipis, berharap topik ini cepat berganti.
Tapi Andara malah menambahkan: “Tapi kan Raka ini orangnya multitalented, Bu. Bisa ngatur keuangan, bisa bikin roti, bisa—”
“ bisa cuci piring juga,” potong Raka cepat sebelum adiknya menyebut sesuatu yang berbahaya.
Mommy tersenyum penuh arti. Anya hanya melihat interaksi itu sambil memiringkan kepala, seolah mencoba membaca sesuatu.
Tak lama kemudian, Bu Narti datang. Begitu melihat Mommy dan Andara, dia langsung menyapa: “Wah, rombongan sosialita datang. Lagi acara apa ini?”
Andara terkekeh. “Bukan acara, Tante. Kami cuma mau beli roti.”
Bu Narti melirik ke Raka. “Hati-hati ya, Nak Anya. Kalau pegawai ini jadi rebutan, bisa-bisa stok rotimu habis dibeli penggemar.”
Mommy menahan tawa, sementara Anya malah menghela napas. “Bu Narti, jangan ikut-ikutan.”
“Lho, aku cuma mengamati,” kata Bu Narti dengan gaya ala detektif.
Saat suasana mulai santai, Anya mengajak Raka ke dapur untuk membuat batch baru roti pandan. Mommy dan Andara duduk manis di meja, jelas mengamati.
Raka sedang menuang tepung ke wadah besar, tapi tiba-tiba Andara berteriak, “Mas Raka, senyum dong buat kamera!”
Kaget, tangan Raka tergelincir. Tepung beterbangan ke udara… dan mendarat di rambut Anya.
Semua terdiam. Lalu Andara tertawa terpingkal-pingkal. Mommy menutup mulut sambil menahan tawa.
Anya berdiri dengan wajah penuh tepung. “Rakaaa… kamu mau aku jadikan adonan sekalian?!”
Raka buru-buru mengambil lap. “Maaf, maaf! Tadi kaget ada blitz kamera.”
Anya masih manyun, tapi sedikit senyum mulai muncul di bibirnya. “Lain kali, fokus. Jangan sampai pelanggan pikir roti kita ada topping spesial dari rambutku.”
mommy dan Andara yang melihat interaksi itu pun sangat senang
Sebelum pulang, Mommy membeli hampir semua jenis roti di etalase. “Biar bisa dinilai di rumah,” katanya.
Andara menambahkan, “Dan biar besok aku punya alasan balik lagi ke sini.”
Raka menatap adiknya tajam. “Jangan bikin masalah.”
Andara pura-pura polos. “Masalah? Aku kan cuma pelanggan setia.”
Saat mereka keluar, Anya menatap Raka. “Kamu beneran nggak kenal mereka?”
Raka berdehem. “Pelanggan, kan?”
Anya tersenyum tipis. “Hmm… kalau kamu bilang begitu, ya sudah.”
Tapi di matanya, jelas ia masih menyimpan rasa penasaran yang makin besar.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
lucu banget/Facepalm/ Andara nih usil banget ya/Facepalm/ untung gak kebongkar rahasianya
2025-08-10
1