Bab 2. Berapa Harganya?

“Siapa namamu?” Suara bariton Julian begitu dingin hingga mampu menyergap sukma wanita muda yang duduk di hadapannya.

“Rumi Nayara.” Suara wanita itu masih terdengar lembut di telinga Julian, tapi baginya seperti suara yang menusuk-nusuk. Ia amat membenci suara itu, seakan-akan sedang meniru suara istrinya yang masih terbaring koma.

“Usia?”

“21 tahun.”

Mata Julian kembali menelisik penampilan Rumi. “Berapa harga yang kamu minta untuk asi-mu itu?”

Kening Rumi mengernyit, merasa aneh dengan pertanyaan pria yang begitu garang raut wajahnya, padahal rupanya begitu tampan.

“Maksudnya?”

Pria itu berdecak kesal melihat reaksi Rumi dengan wajah polosnya. “Katakan berapa yang harus saya bayar agar kamu mau mendonorkan asi-mu untuk anak saya?”

“Oh ... maksudnya itu. Maaf kalau saya sempat tidak paham. Jika memang Bapak berkenan menerima donor asi buat anaknya, saya ikhlas. Tidak perlu membayar. Hanya saja, bukankah tadi saya dengar ... kalau Bapak ingin menyeleksi ibu yang akan mendonorkan asi untuk anaknya? Sebaiknya, Bapak melakukannya terlebih dahulu. Mungkin, nanti ada ibu yang lebih baik kondisinya untuk mendonorkan asi-nya ketimbang dengan saya,” balas Rumi, sangat lembut tapi tegas.

Lagi-lagi, pria itu berdecak dengan dagunya yang terangkat. “Bisa-bisanya dia membalikkan kata-kataku barusan.”

“Ya, memang seharusnya seperti itu ... demi menjaga kondisi kesehatan anak saya. Walau saya membutuhkannya, tapi harus lebih cermat dalam memilih. Dari pada kedepannya menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.”

“Mmm.” Rumi mengangguk paham, lalu beringsut dari duduknya. Ia tidak mau berlama-lama di ruang laktasi bersama pria tersebut, apalagi hanya berdua saja.

“Kalau begitu saya permisi,” pamit Rumi seraya melangkah.

“Pembicaraan kita belum selesai?” cegahnya dengan matanya menyipit.

Langkah Rumi tertahan. “Pikir saya sudah selesai Pak. Lagi pula saya ingin segera pulang, agar bisa cepat  beristirahat. Saya sedang tidak enak badan,“ ungkapnya jujur.

Julian berdiri sembari mengibaskan ujung jasnya. Aura sebagai bos begitu kental di hadapan Rumi, pesona dan wibawanya pun mampu meluluh lantahkan wanita mana pun. Tapi, sayangnya tidak dengan Rumi, ia terlihat biasa saja, bahkan matanya yang sendu terlihat dingin ketika beradu pandang dengan Julian.

“Saya akan membayar lima juta untuk donor asi-mu selama seminggu ini, sebelum saya menemukan ibu susu untuk anak saya. Berikan nomor ponselmu, saya akan memberikan alamat di mana kamu harus segera antarkan.” Dengan gaya bossy-nya Julian memberikan ponselnya.

Tanpa berdebat, Rumi menyimpan nomor ponselnya.

“Nanti kirimkan saja orang atau kurir untuk mengambil di rumah saya. Saya permisi, Pak—“

“Julian ... nama saya Julian.”

“Mmm.”

Tanpa senyuman, Rumi kembali berbalik badan dan keluar dari ruang laktasi.

***

Julian kembali ke ruang ICU, Mama Liora sejak tadi tampak menunggu dengan Kenzo yang tertidur di stollernya.

“Bagaimana, Julian? Kamu sudah putuskan? Dia mau jadi ibu susunya Kenzo?” cecarnya.

Pria itu menyugar rambut tebalnya dengan tarikan napasnya dalam-dalam. “Sudah aku katakan barusan Mah, aku akan menyeleksi terlebih dahulu wanita yang akan menjadi ibu susunya Kenzo. Dan, aku tidak menawarkan dia untuk jadi ibu susu Kenzo, aku hanya minta ia mendonorkan asi-nya saja,” tegasnya.

Bibir Mama Liora menipis, menahan rasa kecewa. “Keras kepala kamu, disangka mudah mencari ibu susu. Dia itu janda, dan setidaknya dia bisa sepenuhnya menjadi ibu susu Kenzo. Anakmu itu tidak bisa minum susu formula!”

Julian melengos, ia terlihat tidak ingin berdebat dengan ibunya.

“Istrimu sendiri aja tidak tahu akan siuman, sedangkan anakmu butuh ibu susu. Apa kamu mau lihat ... tubuh anakmu kekurangan gizi lalu akhirnya meninggal!”

Pria itu menatap kembali mamanya. “Jangan main-main sama nyawa anakmu, Julian. Apalagi, butuh lima tahun anakmu baru hadir.”

“Aku segera mencarinya. Mama tidak perlu khawatir ... aku sangat menyayangi anakku, dan tak mungkin aku sebagai papanya sekejam itu.”

“Terserah kamu lah, Mama angkat tangan. Sebaiknya Mama pulang saja,” balasnya sembari menatap baby sitternya Kenzo.

Julian meraup wajahnya dengan perasaan gusar. Sebelum anaknya dibawa pulang, ia menyempatkan mengecup putranya. “Doakan Mama cepat siuman ya, Kenzo. Dan, Papa akan segera cari ibu susu yang terbaik buat kamu.”

***

Waktu pun bergulir, tak terasa sudah jam 14.00 wib. Rumi baru saja bangun dari tidurnya, lalu menuju meja makan untuk menikmati makan siang yang tertunda. Namun, baru saja mau buka tudung saji, pintu rumah yang dibeli oleh almarhum suaminya ada yang mengetuk. Mau tidak mau ia harus ke depan.

“Ya, tunggu sebentar!” sahut Rumi mendengar ketukan pintunya semakin keras.

“Permisi selamat siang, benar ini dengan kediaman Pak Bisma?” tanya salah satu pria bertubuh tegap.

“Iya Pak, saya istrinya ... tapi—“

“Ya, saya tahu kalau Pak Bisma telah meninggal. Kami adalah utusan dari tempat kerjanya. Bisa kita bicara di dalam saja.” Salah satu wanita berucap dengan tenangnya.

Rumi yang tampak bingung mempersilakan ketiga orang tersebut masuk dengan perasaan was-was.

“Jadi begini Bu ... saya Lista dari pihak legal di mana Pak Bisma bekerja. Di sini ... saya ingin menyampaikannya bahwasanya semasa hidupnya Pak Bisma telah melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. Beliau telah menggelapkan beberapa aset serta uang sebanyak satu milyar. Dan, kasus ini baru ketahuan beberapa hari sebelum Pak Bisma mengalami kecelakaan, dan sudah ditahap penyelidikan,” jelas Lista.

“A-Apa!” Bibir Rumi menganggap, matanya pun semakin melebar.

“Su-suami saya ... korupsi?” Rumi bertanya.

“Ya Bu. Dan ... ini bukti yang kami miliki, dan kami pun menyimpan video interogasi Pak Bisma jika Ibu ingin melihatnya.”

Tubuh Rumi yang sedang sakit semakin lemas mendengar kabar buruk tersebut.

“Lalu, Ibu dan Bapak datang ke sini, untung menagih? Atau b-bisakah saya menemui atasan suami saya?” tanyanya terbata-bata.

Pria bertubuh tegap itu menatap rekan kerjanya. “Kami datang ingin menyita asset atas nama Pak Bisma, serta barang-barang berharganya jika Ibu tidak bisa menggantikan uang perusahaan.”

Rumi menggeleng, dadanya terasa sesak. Mana ada ia menyimpan uang sebanyak satu milyar di tabungannya. Paling hanya beberapa juta saja.

“Bu ... Pak, suami saya belum ada 40 hari meninggal, dan saya juga baru kehilangan anak saya. T-tolong berikan saya waktu untuk berpikir ... tolong Bu, kasihani saya ....” Suara Rumi bergetar, menahan rasa sesak yang semakin menghimpit dadanya.

 “Ya Allah, Mas. Kenapa kamu tinggalkan aku seperti ini.”

Sementara itu, baby Kenzo yang sudah di mansion menangis kencang, asi Rumi yang sempat ia pumping di rumah sakit untuk dibawa pulang, tidak mau diminum baby Kenzo dari botol susu.

“Nyonya, bagaimana ini, Tuan muda tidak mau minum susunya? Sepertinya Tuan muda maunya minum langsung.”

 

Bersambung ... ✍️

 

 Assalammualaikum, alhamdulillah kemarin banyak yang tinggalkan komentarnya jadi tambah semangat. Bismillah ya, insyallah lanjut di sini dengan catatan seperti biasa mohon dukung karya ini dengan meninggalkan jejaknya, no skip bab, karena tetap saja penentu akhirnya adalah retensi. Jika retensi tidak lolos, ya berarti tidak bisa lanjut di sini. Maka dari itu, dukungan dari Kakak semuanya sangat diharapkan dalam setiap babnya. Dan, bukan berarti memaksakan, jika tidak suka dengan jalan ceritanya bisa ditinggalkan saja.

Serta berhati-hati ya saat mau kasih rate bintang 5 ya, sangat berpengaruh masalahnya. 🥺 Mohon jangan kasih rate 1/2/3/4 selama karya masih on going.

Terima kasih sebelumnya ya, Lope-lope sekebon jeruk.

Visual MC hanya untuk pemanis aja 🤗

Rumi Naraya, 21 tahun, janda dan mahasiswa tingkat 3.

Julian Aryasatya, 35 tahun, CEO Grup Sentosa Jaya

 

Terpopuler

Comments

Chauli Maulidiah

Chauli Maulidiah

asi nya udh masuk ke tubuh si baby. jd otomatis klo si rumi sedih, baby nya jg ikutan sedih.

btw mom tumben visual nya asia. biasanya bule.. lbh hot dan menyatu sama cerita nya.

2025-08-09

6

Kar Genjreng

Kar Genjreng

astaga Rumi sudah kehilangan Anak suami dan suami meninggal kan hutang korupsi 1 M,,, kumplit sekali penderitaan nya Rum,,,, berharap Kamu kuat dan mampu ya Rum,,,, tetapi buat apa kalau selama menukah apakah hidupmu Hedon Rum tapi kalau di telisik Sik kayanya ada salah dengan suami mu Rum,,,Kamu saja hidup nya sederhana,,, Mommy jadi tidak boleh kasih bintang lima gitu ya waduhhh sudah kadung tak kasih lima bintang E. mommy terus piye,,,, sepurone hapus lagi ta,🙏🙏lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2025-08-09

3

Inooy

Inooy

heei Julian, kamu g usah sok2an..Rumi emg suara nya seperti iiitu,,klo suara Rumi kerasa menusuk nusuk telinga kamu..y udh, tuh telinga tutup pake kapas yg banyak skalian,,,lagian mana ada suara Rumi d bikin mirip ma istri kamu yg masih koma....🤦‍♀️

bikin emosi aj nih oraang!!! 😡

2025-08-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!