ADEGAN 3 — Senja, Sahabat Ceria Alena, Muncul dan Menyemangati

Alena
Alena
(duduk termenung, memeluk lutut di bangku taman) “Mengapa langit senja selalu indah… padahal sebentar lagi gelap?”
Senja
Senja
(muncul dari belakang dengan senyum lebar dan suara ceria) Karena langit tahu, bahkan kepergian pun bisa jadi karya seni.
Alena
Alena
(tersenyum kecil, tak menoleh) Kau selalu tahu kapan harus muncul.
Senja
Senja
(duduk di samping Alena, membawa dua gelas teh) Dan kau selalu tahu cara membuat segalanya terasa berat, meski hanya dengan tatapan.
Alena
Alena
(menatap teh yang diberikan) Terima kasih... rasanya seperti minum kehangatan.
Senja
Senja
(bercanda sambil menyesap tehnya) Dan rasanya lebih murah dari terapi.
Alena
Alena
(tertawa kecil, lalu hening sejenak) Kenapa semua terasa tak nyata, Senja? Seolah aku hidup di tengah mimpi yang tidak kutulis.
Senja
Senja
(memandang langit) Karena kadang hidup memang tidak butuh logika. Ia hanya ingin kita merasa.
Alena
Alena
(menunduk, suaranya pelan) Aku merasa sendiri... meski banyak yang mengelilingi.
Senja
Senja
(melirik Alena tajam tapi lembut) Kau tidak sendiri. Kau hanya lupa bahwa hatimu masih berfungsi.
Alena
Alena
(berusaha tersenyum, menahan air mata) Banyak hal yang ingin kutanyakan. Tentang mimpi, tentang suara yang datang saat lilin padam, tentang dia...
Senja
Senja
(kepalanya miring penasaran) "Dia"? Jangan bilang kau mulai halusinasi karena terlalu banyak baca puisi.
Alena
Alena
(tiba-tiba serius, matanya menatap jauh) Tidak. Dia nyata. Muncul dalam bisikan, dalam keheningan, dalam hatiku yang mulai retak.
(Dari kejauhan, Arka terlihat berdiri di antara pohon-pohon, samar namun nyata bagi Alena.)
Arka
Arka
(dalam bisikan yang hanya didengar Alena) Kau sedang membuka matamu... akhirnya.
Alena
Alena
(berbisik, hampir tak terdengar) Kenapa aku merasa... dunia ini bukan satu-satunya?
Senja
Senja
(tak mendengar bisikan itu, tapi menangkap kegelisahan sahabatnya) Mungkin karena jiwamu terlalu luas untuk dunia yang kecil ini.
Alena
Alena
(memalingkan wajah ke Senja, dengan senyum yang belum utuh) Kau selalu tahu cara menyulam patah hati jadi sesuatu yang berharga.
Senja
Senja
(menepuk pundak Alena) Dan kau selalu tahu cara membuatku ingin menangis pakai puisi.
(Keduanya tertawa pelan, lalu kembali menatap langit senja yang kini mulai meremang. Arka menghilang perlahan di antara angin.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!