Rahasia Galang

*****

Mata Bastian terbelalak lebar saat Galang mengatakan kalau dia sudah menikah. Emosi yang tadi sempat membeli kembali mencari siap untuk di leleh kan.

Dia mengepalkan tangan nya sampai membuat urat - urat tangan nya terlihat jelas. Dia mendekat dam siap menampar Galang jika Aksa tidak menghalangi nya.

" Papa, jangan..." Cegah Aksa.

" Sabar ,pa. " Kata Aksa.

" Jangan halangi papa, Aksa. Biarkan papa memberi pelajaran pada anak ini agar dia bisa belajar menjadi laki - laki yang bertanggung jawab. Dasar anak bodoh. Dimana pikiran kamu. Kamu berjanji akan menikahi Almira, tapi kamu sudah menikahi perempuan lain sebelum Almira." Bentak Bastian penuh kemarahan.

" Maaf kan Galang, pa. Maaf kan Galang. Galang khilaf, Galang mencintai wanita lain, pa. Galang tidak bisa kehilangan dia." Galang berlutut di kaki sang papa dengan penuh penyesalan.

" Bangkit, Lang. Malu di lihatin banyak orang." Aksa membantu Galang bangkit.

" Mas... Maafkan aku, Mas. Maaf kan aku yang sudah membuat mas Aksa terpaksa menikahi Almira karena kesalahan aku. Maaf kan aku, mas." Rengek Galang dalam pelukan Aksa.

" Semua nya sudah terjadi. Percuma kamu minta maaf. Tidak akan merubah apa pun kan." Jawab Aksa.

Galang mengusap air mata nya yang sempat jatuh tadi. Kini mata nya beralih menatap Almira yang masih berdiri dengan sisa kekuatan nya di belakang Aksa.

Galang merasakan tatapan Almira yang menyala-nyala, seolah mampu membakar jiwa dari jarak jauh. Mata Almira yang selama ini tersembunyi kini menunjukkan badai emosi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Galang.

" Almira ..." Panggil Galang.

Galang terpaku, merasa sebagai objek kemarahan yang intens, yang datang dari kedalaman hati Almira yang terluka.

" Almira... Maaf kan aku... Aku..."

Dengan gerakan cepat dan penuh ketakutan, Almira memalingkan wajahnya, menemukan perlindungan di belakang tubuh Aksa yang kokoh.

Hatinya berdebar keras, seolah menari dalam keganasan. Sebelum Galang sempat melanjutkan ucapan permintaan maafnya, sebuah aura ketegangan memenuhi udara, membuat waktu seolah berhenti sejenak.

" Almira... Dengar kan penjelasan aku dulu." Pinta Galang.

Mata Almira yang berkaca-kaca menatap kosong, penuh kekecewaan dan kekhawatiran yang menggema dalam diamnya.

" Almira masih capek, Lang. Nanti saja kalau kamu mau bicara." Cegah Aksa menghalangi lengan Galang saat ingin mendekati Almira lagi.

Galang parah dan memundurkan langkah nya ke belakang. Almira memang butuh waktu untuk memikirkan semua nya lagi sekarang dengan hati yang lebih jernih. Bagi nya semua yang terjadi sekarang bagaikan mimpi. Dan dia ingin segera bangun.

*

*

*

" Sayang." Panggil Hilda keluar dari mobil Galang.

Semua mata mengarah menatap suara yang memanggil Galang dengan mesra.

" Hilda."

Galang menyusul Hilda dan membawa nya ke hadapan keluarga Galang.

" Ma, kenalkan ini Hilda. Istri Galang." Ucap Galang memperkenalkan Hilda.

Almira melirik ke arah Hilda saat Galang menyebut nya sebagai istri.

Hilda menarik tangan Zora dan mencium nya.

" Ini, papa, mas Aksa dan istri nya." Tunjuk Galang kepada Hilda.

Hilda menunduk sekali dan tersenyum pada yang lain nya.

" Kalau begitu, kita pulang saja ke rumah. Aksa dan Almira harus istirahat sekarang." Ajak Zora.

" Kami juga akan ikut pulang." Ucap Aksa dengan tegas.

*

*

*

" Bagaimana ini pa? Bisa - bisa nya Galang datang membawa perempuan yang sudah menjadi isteri nya? Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Almira?" Ucap Zora khawatir saat mereka sudah berada di dalam mobil.

" Anak itu buta. Dia tidak bisa membedakan mana perempuan yang baik dan mana perempuan yang tidak baik. Dia akan menyesal karena sudah menyia - nyiakan Almira ."

" Dan Aksa malah ikut pulang dengan kita? Apa mereka akan ribut nanti nya?" Khawatir Zora.

" Mama tenang saja, ma. Mereka tidak akan bertengkar. Papa tahu Aksa. Dia pasti bisa mengontrol emosi nya sekarang. Bukan kah Aksa selalu lebih tenang dalam menangani masalah?"

" Tapi ini beda, pa. Masalah nya Almira..."

" Mama tenang saja. Kita lihat saja dulu bagaimana nanti nya. Nanti papa akan pinta Aksa untuk membawa Almira pindah. Almira tidak boleh serumah dengan istri Galang itu. Apa itu... Perempuan pakaian nya saja sudah terbuka begitu. Galang .. Galang..."

Bastian mengusap wajah nya kasar. Pasal nya Hilda memang berbeda dari Almira yang selalu menutup aurat nya. Menutup diri nya dari pandangan laki - laki yang bukan muhrim nya.

*

*

*

Aksa dan Almira masuk ke dalam kamar Aksa yang sudah di hiasi seperti kamar pengantin.

Pelan - pelan Almira melepaskan semua hiasan yang menempel pada hijab nya. Hingga Almira membuka hijab nya dan mengurai surai hitam lebat nya.

Aksa yang berdiri membelakangi Almira sesekali mencuri pandang melirik Almira yang duduk di tepi ranjang.

Sadar akan lirikan Aksa, segera Almira menoleh ke belakang lalu kembali memakai hijab nya.

" Maaf, mas. Almira nggak sengaja. Almira lupa jika ini kamar nya mas Aksa." Ucap Almira gugup.

" Lagian di kamar. Tidak ada yang lihat kan jika kamu mau membuka hijab kamu." Jawab Aksa dengan tenang.

" Almira ke kamar mandi sebentar, mas." Pamit Almira yang terburu - buru masuk ke dalam kamar mandi.

Aksa pun tertidur lemas di tepi ranjang. Menunduk dan mengusap wajah nya dengan kasar. Mulai merasa kebimbangan dalam keputusan yang dia ambil.

CEKLEK

Almira keluar dari kamar mandi dan langsung memakai mukena nya untuk shalat.

" Mas... Saya sudah siap. Kita shalat berjamaah." Ajak Almira.

" Almira... Kalau kamu mau shalat, kamu shalat saja sendiri. Kapan pun kamu mau shalat, kamu shalat saja sendiri. Nggak perlu mengajak saya." Ucap Aksa.

" Tapi mas..."

Aksa pun bangkit dan keluar dari kamar nya. Dia pun turun ke lantai bawah dan masuk ke dalam kamar mandi.

Tak lama keluar dari kamar mandi, Aksa masuk ke dalam ruang shalat kecil di dalam rumah nya.

" Aksa... Mau shalat Maghrib?" Tanya Bastian di luar ruang shalat.

" Iya, pa. Kita berjamaah ya." Jawab Aksa.

" Almira mana? Kenapa nggak di ajak?" Tanya Bastian lagi.

" Nggak perlu." Jawab Aksa singkat dan masuk ke dalam ruang shalat.

" Lain jangan kamu harus ajak istri kamu shalat ya, Nak. Wajib hukum nya suami mengajak istri nya untuk shalat. Berjamaah dengan istri juga sangat baik, Aksa."

" Iya, pa. Insha Allah. Tapi tidak sekarang. Aksa belum siap melakukan nya."

Bastian ikut masuk ke dalam dan menepuk bahu putra sulung nya.

" Keputusan yang kamu ambil itu sudah benar. Dan jangan sampai kamu merusak keputusan yang sudah kamu ambil. Merusak satu kebaikan yang sudah kamu buat hanya karena keegoisan kamu. Papa tidak mungkin menyetujui kamu menggantikan Galang menikahi Almira, jika bukan karena Almira adalah perempuan yang baik untuk menjadi menantu dalam keluarga kita. Papa percaya dengan Almira. Jadi... Kamu juga harus percaya dengan dia." Ucap Bastian.

Aksa mengangguk. Mencoba menyimak setiap bait ucapan sang papa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!