Selesai mandi Ranti masih bimbang ingin mengenakan pakaian apa yang pantas untuk bertemu dengan Ardi. Dia sudah harus segera bergegas karena Ardi pasti sudah di jalan untuk bertemu dengannya di tempat biasa. Karena bukan hari libur, Ardi pasti hanya izin dari Akademi Kepolisian dengan alasan tertentu untuk bisa bertemu Ranti. Karena Ardi hanya bisa mencuri-curi waktu izinnya jadi mereka biasanya bertemu di taman kota pinggir jalan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah Ranti.
Pertemuan ini hanya pertemuan singkat karena Ardi hanya mencuri waktu, walaupun begitu asalkan ia bisa bertemu dengan Ardi itu sudah cukup bagi mereka berdua untuk sekedar melepas rindu. Hatinya sudah menggebu-gebu tidak sabar ingin bertemu Ardi yang sudah beberapa bulan ini tidak ditemuinya. Jaman sekarang mungkin sudah tidak susah untuk menjalin hubungan jarak jauh, tapi susah untuk Ranti karena ponsel yang ia punya hanyalah ponsel biasa dengan kapasitas jaringan 4G yang sering hilang. Bukan juga karena kualitas ponsel jadul Ranti, tapi juga karena Ranti hanya bisa mengisi kuota data yang muat dengan isi kantongnya, ia tidak pernah berani untuk mengeluh apalagi sampai meminta kepada Ardi.
Tok..Tok..Tok...
" Kak Ranti, Kak Ranti, sudah belum sih? Lama banget aku abis mandi mau pake baju juga, Kak." Ucap Hito gusar yang sedari tadi selesai mandi menunggu di depan kamar dengan hanya berbalutkan handuk.
Karena rumah Ranti hanya ada 2 kamar, jadi Ranti tidur sekamar dengan Hito. Ibu dan Ayahnya tidur di kamar depan dan Anto tidur di ruang tamu, namun seringnya Ibu Ranti tidur dengan Ranti dan Hito karena tidak tega dengan Anto dan menyuruh Anto untuk tidur di kamar bersama Ayahnya.
"Iya sebentar lagi ya, Hit. Ini Kakak lagi pake baju." Jawab Ranti senyum-senyum sendiri yang sebenarnya ia masih memilih-milih baju yang cocok.
"Dari tadi Kakak bilang juga lagi pake baju tapi gak selesai-selesai, ih." Seru Hito sambil cemberut.
"Sabar ini udah selesai, kok."
Ranti memilih baju yang lebih rapih, poloshirt berwarna pink muda dan rok berbahan katun sebetis sepertinya bagus ia pakai. Cepat-cepat ia kenakan karena kasian pada Hito yang sedari tadi menunggu di luar.
Ranti membuka pintu kamar sambil mengeluarkan cermin panjang yang bertengger di tembok kamarnya dan ia senderkan kaca tersebut di tembok ruang tamu.
"Huh.. Aku udah kedinginan, Kak." Seru Hito segera masuk ke dalan kamar. Ranti cekikikan sambil berkaca di cermin seraya menyisir rambut panjangnya dan memakai bedak ke wajahnya secukupnya.
"Sudah cantik, Nak." Sahut Ibu dari pintu dapur. Sontak saja Ranti tersipu malu yang sedari tadi tidak memperhatikan Ibunya saat ia sibuk mengaca.
"Ah Ibu." Ranti tersenyum malu. "Ibu tumben tadi Ranti pulang sekolah Ibu sudah dirumah."
"Besok Ibu masuk lebih pagi jadi hari ini Ibu minta pulang cepat. Lagipula Ibu sudah masak ayam kecap kesukaan kamu." Ucap Ibu menghampiri Ranti, memegang erat lengan Ranti. "Selamat ya, Ti, sudah lulus SMA. Maaf Ibu belum bisa nguliahin kamu dan belum bisa masukin kamu ke pendidikan polwan."
Ranti melepaskan genggaman Ibunya dan gantian ia yang menggenggam tangan Ibunya.
"Ngga apa-apa, Bu, Ranti ngerti kok. Ranti nanti cari kerja aja kalo ada uang lebih Ranti bisa biaya kuliah sendiri."
" Tadi Ibu gak sengaja dengar obrolan kamu sama Via, kayaknya kamu kepingin banget jadi Polwan ya?"
"Pengen sih, Bu. Tapi Ranti kan harus liat keadaan juga, gak mau memaksakan kehendak kalo emang gak bisa, Bu. Udah Ibu tenang aja deh, nanti Ranti jadi badmood nih. Masa mau ketemu Kak Ardi, Ranti badmood."
"Iya yah, nanti bedak kamu luntur." Ucap Ibunya tersenyum
"Ranti makannya malam yah, Bu."
"Nanti kamu keburu makan sama Ardi bukannya? Ntar masakan Ibu malah gak kamu makan."
"Makan kok, Bu. Aku paling cuma ngobrol dan jajan-jajan biasa."
"Emang kamu mau ketemuan dimana?"
"Di taman komplek depan, Bu."
"Yaudah hati-hati. Tapi kamu jangan pulang terlalu malam yah. Nanti Ayah marah belum lagi Mas mu nanti ikutan marah."
"Emang Ayah ada, Bu? Mas Anto juga dari kemarin ngga keliatan. Mereka pulang ngga sih, Bu?"
"Ngga tau deh. Ibu cuma takut kalo mereka pulang kamu belum pulang nanti jadi ribut, kamu tau sendiri gimana Ayah sama Mas mu itu. Pokoknya jangan pulang terlalu malam, jalanan juga sudah sepi kalo sudah malam."
"Iyaaa Ibu. Ranti pergi dulu yah." Ranti pamit dan mencium tangan Ibu.
Ranti bergegas keluar rumah dan berjalan cepat menuju taman tempat ia dan Ardi bertemu. Taman itu sudah sepi karena hari sudah sore, Ardi duduk santai sambil memainkan ponselnya menunggu Ranti. Setelah melihat Ranti, cepat-cepat Ardi memasukan ponselnya ke saku Jeansnya dan menyambut Ranti dengan pelukan yang paling hangat.
Mereka berpelukan, saling rindu setelah pertemuan terakhirnya enam bulan yang lalu saat liburan. Waktu itu mereka bertemu disebuah mall, menonton bioskop dan berjalan-jalan. Selama Ardi menempuh pendidikan kepolisian nya, mereka hanya berkomunikasi melalui chat seadanya.
"Kangen banget aku sama kamu, Kak." Ucap Ranti lirih.
"Sama." Jawab Ardi. Ardi melepaskan pelukannya. Ia mengajak Ranti untuk duduk di bangku yg sedari tadi ia duduki.
Ranti menatap Ardi. Semenjak dia masuk kepolisian, rambut Ardi menjadi cepak dan sangat pendek. Berbeda saat dulu masih di sekolah, rambut Ardi lebat dan tidak sependek ini. Tubuhnya pun sekarang berotot mungkin karena efek pelatihannya di kepolisian.
Ranti duduk dan Ardi berdiri di hadapannya. Ia mengeluarkan kotak kecil berwarna biru tua dari saku celana Jeansnya, sambil berlutut di hadapan Ranti, ia memberikan kotak kecil itu kehadapan Ranti. Ranti tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Apakah Ardi melamar nya?
"Apa ini, Kak?"
"Buka aja."
Ranti meraih dan membuka kotak kecil itu. Ia kaget saat yang dilihat adalah cincin dengan setitik mutiara di atas lingkarannya. Ardi mengambil cincin itu dan memakaikannya ke jari manis tangan kiri Ranti.
"Aku harap kamu suka sama cincin ini. Ini tanda serius aku sama hubungan kita, Ti. Aku masih harus pendidikan lagi sampai satu atau dua tahun ke depan, aku takut kamu risau menunggu aku. Jadi supaya kamu percaya kalo aku bener-bener serius sama kamu. Aku harap kamu mau lebih sabar nunggu aku." Ucap Ardi. Ia bangkit dan duduk disamping Ranti.
"Yampun, Kak. Aku percaya banget sama kamu. Ini.. Yampun aku masih nggak nyangka kamu bisa sempet kasih aku cincin di tengah-tengah kesibukan kamu. Kamu beli dimana ini? Pasti mahal deh harganya" Ranti amat senang dan khawatir dengan harga cincin ini karena takut memberatkan Ardi.
"Kamu ngga usah tanya aku beli dimana, yang penting ini tanda serius aku ke kamu. Ini juga gak terlalu mahal kok. Hehehe."
"Iya, Kak. Tanpa Kak Ardi tanya aku memang akan menunggu Kak Ardi selesai pendidikan." Jawabnya. "Tapi.. Gimana sama Erin? Orangtua Kakak juga gimana? Apa setuju sama aku?"
Ardi sedikit tertawa.
"Kamu ngga usah khawatirin mereka, pilihan semua ada di aku."
"Huft! Tadi aja aku udah kena semprot lagi sama adik kamu, Kak."
"Jangan di ambil hatilah, Erin emang kayak begitu, dia anak manja." Jawab Ardi menenangkan hati Ranti. Ia melingkarkan tangannya di bahu Ranti dan menyenderkan kepala Ranti di dadanya.
"Setelah lulus kamu mau ngapain aja? Mau jadi polwan? Emang kamu bisa jadi polwan? Jadi polwan tuh berat lho, kamu kan lembek." Ucap Ardi meledek Ranti. Ranti memang lembek, pada kenyataannya. Namun Ranti bertekad ingin menjadi polwan mengikuti jejak kekasihnya.
"Jangan ngeledek dong, Kak." Sambil menepok paha Ardi. "Harusnya kamu nyemangati aku dong."
"Hahahaaa.. Iyaaa sayangku, semangat yaaa.." Ardi tergelak. Setelah itu ia meraih dagu Ranti agar menghadap ke wajahnya, mengecup bibir Ranti dengan lembut, Ranti menyambut kecupan Ardi dan mereka tenggelam dalam ciuman mereka, sampai lupa hari sudah mulai gelap.
"Pulang gih, nanti kamu kena masalah sama Mas Anto." Ucap Ardi tersenyum mematahkan hari bahagia Ranti. Ia pun sudah lupa waktu ketika asik berbincang dan berciuman disela-sela perbincangannya. Ia baru ingat pesan Ibu kalau Ayahnya dan Mas nya lebih dulu sampai rumah bisa habislah dia. Dia tidak mau punya masalah dengan Ayah dan Mas Anto.
Ardi pamit menaiki mobil sedan milik orangtuanya, tidak lupa ia memberikan satu kecupan lagi di bibir Ranti. Ranti pun tidak mengelak bahwa ia masih ingin bersama Ardi, masih ingin menikmati kecupan bibirnya.
"Kabari aku kalau sudah sampai rumah, ya." Ucap Ranti.
"Iya. Aku jalan dulu, hati-hati kamu jalan kerumahnya ya. Sudah gelap."
"Iya." Jawab Ranti senang. "Eh tunggu, Kak."
"Apa?"
"Kamu dapet salam dari Via. Hehehe.."
"Yaaampun aku kira apa. Salam balik yah." Lalu Ardi menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan Ranti. Ranti tersenyum senang, hari ini merupakan hari bahagianya. Ia pergi menuju rumah disaat mobil Ardi tidak terlihat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments