Pria blesteran Inggris itu menjabat sebagai ketua salah satu Mafiah terbesar di Indonesia bernama Red Lion. Jaringan ini di dirikan oleh Ayahnya seorang warga negara Indonesia dan sekarang dia menggantikan posisi Ayahnya yang sedang mengurus kerjasama dengan beberapa kelompok Mafiah lainnya di Italy.
Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan sosok Calvin, ia lebih sering bersembunyi di balik tirai ruang kerja rumahnya memandangi halaman rumah belakangnya yang amat megah. Dia hanya memberi arahan kepada anak-anak buahnya setelah menerima laporan-laporan tentang hasil bisnis gelapnya.
Dia pria dingin dan kejam. Kekejamannya sudah terlatih oleh Ayahnya sejak ia masih remaja. Dia tumbuh besar hanya dengan Ayahnya, Ibunya yang merupakan warga negara Inggris pergi meninggalkan dia dan Ayahnya untuk menikah dengan Laki-laki yang katanya adalah pilihan dari orangtua Ibunya.
Saat beranjak dewasa ketika Calvin bertanya pada Ayahnya mengapa Ibunya pergi meninggalkannya, Ayahnya menjawab karena saat itu Ayahnya terlalu miskin untuk bisa menghidupi Calvin dan Ibunya. Ayah dan Ibunya bertemu dan berkenalan saat sedang berlibur ke Bali, Ayahnya seorang Pramuwisata. Karena saat itu Ibunya sering meminta bantuan untuk menemaninya jalan-jalan berkeliling Bali. Berawal dari situlah mereka menjadi akrab, Ibunya cerita bahwa sebenarnya dia sedang melarikan diri dari keluarganya di Inggris. Setelah itu Ayah dan Ibunya semakin dekat lalu berpacaran dan akhirnya menikah sampai mempunyai anak bernama Calvin Harrisson.
Beribu-ribu alasan dan kata maaf yang pernah terucap dari mulut Ibunya tidak pernah sekalipun Calvin terima. Sampai detik inipun ia tidak pernah ingin tau kabar tentang Ibunya lagi walaupun Ibunya selalu tau kabar Calvin dan selalu mengirim bunga ucapan selamat ulangtahun untuk Calvin. Dia sangat membenci Ibunya, karena itulah ia menutup rapat-rapat hati untuk wanita manapun walaupun ia bisa mendapatkan wanita manapun dan kapanpun dia mau.
Calvin duduk di kursi kerjanya sambil mengelap-elap sebuah senapan panjang keluaran terbaru yang baru saja ia pesan dari penjual senjata gelap. Tentu saja senapan itu ia dapat dengan gratis karena jaringan penjual senjata gelap itu merupakan bagian dari jaringan Red Lion yang sekarang ia pimpin.
Pintu ruangan terbuka, Inez masuk kedalam bersama Rico, Tori dan Gilbert. Mereka adalah tangan kanan Calvin yang merupakan orang-orang yang sangat Calvin percayai. Inez perempuan satu-satunya dalam kelompok orang kepercayaan Calvin karena Inez adalah anak kandung dari Bi Mirna yang merupakan kepala pembantu dirumah megah nan mewah Calvin.
"Happy birthday, Bos!" Ucap Inez menghampiri Calvin di meja kerjanya sambil membawakan kue tar ulangtahun untuk Calvin.
Api membakar lilin berbentuk angka 30 tahun di atas kue yang Inez bawa. Tidak lama segerombolan orang-orang berdatangan masuk ke dalam ruang kerja ikut menyaksikan acara ulangtahun Bos mereka, termasuk Anto, Kakak tiri Ranti hadir dalam acara itu.
Anto bekerja pada Calvin, ia benar sebagai kurir namun kurir pengantar barang istimewa pesanan-pesanan pelanggan Red Lion. Drugs! Gaji yang besar membuat Anto sangat tergoda untuk menjadi kurir barang haram tersebut. Ia penggila judi, penggila wanita dan juga penggila hutang, tidak jarang dengan gaji nya yang memang sudah besar tapi masih saja menurutnya kurang.
Calvin bangkit dari duduk santai nya sambil menenteng senapan barunya dan berdiri berhadapan dengan Inez yang sedari tadi memegang kue. Calvin langsung menghempaskan kue ulang tahunnya dari tangan Inez, kue itu jatuh berserakan mengotori lantai ruangan tersebut. Orang-orang disana langsung bertepuk tangan meriah sambil mengucapkan " Happy Birthday, Bos!"
"Semoga panjang umur, Bos!"
"Sehat selalu, Bos!"
Blablabla...
Jika orang normal itu meminta harapan dalam hati sebelum tiup lilin, tidak dengan Calvin. Dia merasa risih dan terganggu dengan ulang tahunnya karena di saat ulang tahun nya lah Ibunya pergi meninggalkannya.
"Semoga cepet dapat pendamping, Bos!" Sahut salah satu anak buahnya. Orang itu langsung menunduk saat mendapat tatapan tajam Calvin. Menyesal telah mengucapkan kata-kata itu.
"Pendamping? Hahahaaa.. Gua gak butuh pendamping, gua gak butuh apapun! yang gua butuhin cuma---"
"Loyalitas!!!" Seru semua gerombolan anak buahnya itu diiringi dengan tepuk tangan meriah. Orang-orang itu berpenampilan preman. Tinggi, gemuk dan menyeramkan.
Setiap tahun Inez memang selalu memberikan ucapan selamat ulangtahun lengkap dengan kue tart nya. Namun setiap tahun juga Calvin selalu menghempaskan kue itu hingga berserakan mengotori lantai. Calvin sangat membenci hari ulang tahunnya, berkali-kali ia sudah ingatkan Inez untuk tidak memberikan ucapan apalagi kue, namun tidak pernah di gubris Inez.
"Tenang aja, Bos. Karna ini ultah Bos yang ke 30 tahun jadi tahun-tahun depannya saya gak akan kasih-kasih kue lagi kok, Bos!" Ucap Inez sambil menahan tawanya.
"Ok! Gua inget baik-baik!" Jawab Calvin. Pandangan menyapu ruangan kerjanya mencari sosok Anto, si pembuat onar yang diam-diam sudah mengkhianatinya.
"Kalian boleh keluar dan kembali ke kerjaannya masing-masing." Orang-orang mulai bubar dan meninggalkan ruang kerja Calvin "Kecuali lo, Anto! Rico, Tori dan Gilbert! Lo keluar aja, Nez. Dan jangan lupa buang bunga ucapan dari nyokap seperti biasanya!" Inez menjawab dengan menganggukan kepala menandakan mengerti sekaligus mohon pamit dan langsung bergegas keluar ruangan.
Selang beberapa lama Inez keluar, 2 orang preman anak buah Calvin membopong seseorang laki-laki paruh baya yang sudah goyah untuk berjalan. Wajahnya penuh memar, tubuhnya babak belur. Betapa Anto terkejut saat yang dilihatnya adalah Ayahnya. Seketika Anto langsung berlutut pasrah, kesalahannya telah diketahui oleh Calvin.
Buk.. Buk..
Anto terkapar di lantai setelah menerima pukulan berkali-kali mengenai wajah dan tubuhnya. Calvin berjalan menghampiri keduanya masih sambil menenteng senapan kesayangannya.
"Lo tau apa kesalahan lo, Anto?" Tanya Calvin ketus mengelap-elap senapannya lagi.
"Tttaauuu.. Bos." Jawab Anto.
"Apa lo juga tau kalau sekarang keadaany lagi sulit? Barang lagi langka karena ketatnya penjagaan diberbagai wilayah?" Tanya Calvin lagi.
"Tttaaau, Bos." Jawab Anto gemetar. Calvin mengernyitkan keningnya ke arah anak buahnya, mereka tau apa yang harus mereka lakukan. Preman itu langsung menendangi Anto secara bertubi-tubi. Anto mengerang kesakitan.
"Sekarang bagaimana caranya lo mengganti kerugian gua ini? Oh, Fuc* ini bokap lo yang udah gua mulai percaya ternyata ikut-ikutan bantuin lo mencuri stok barang di gudang!" Ucap Calvin seraya menghampiri Budiman yang sudah lebih dulu terkapar di lantai karena sudah lebih dulu mendapatkan siksaan.
"Bos. Bos. Barang yang saya curi ada dirumah saya, Bos. Masih saya simpan." Sahut Budiman dengan terbata-bata menahan sakit di tubuhnya dan ia sudah mulai menggigil merasakan tubuhnya mulai butuh 'barang' itu.
"Ok. Bagaimana dengan uang tunai yang Anto curi dari pelanggan?"
"Ada juga, Bos. Uang itu sebagian sudah dipakai untuk biaya kuliah anak gadis saya, Ranti." Jawab Budiman bohong.
"Oh punya anak gadis juga rupanya."
"Punya, Bos. Anak gadis saya juga bisa Bos ambil kalau Bos mau, yang penting Bos maafkan kesalahan kami."
Calvin tertawa keras mendengar ucapan Budiman.
"Memang secantik apa anak gadis lo itu, Budiman?"
"Memang tidak cantik banget, Bos, tapiii"
Calvin langsung memotong ucapan Budiman yang dianggapnya sangat lucu itu masih sambil tergelak meledek. "Tidak cantik masih berani lo kasih ke gua. Hei! Budiman! Sadar! Gua bisa dapetin model sekalipun sekarang juga!"
"Tapi dia masih perawan, Bos. Saya bisa jamin dia masih perawan." Sela Budiman. Dia amat berharap penawarannya ini akan berhasil membujuk Bos nya itu.
"Sudah-sudah jangan ngaco, Budiman! Gua lebih mementingkan barang dan uang gua yang sudah kalian curi. Dimana kalian simpan?" Bentak Calvin kesabarannya sudah mulai habis.
"Ada dirumah saya, Bos." Jawab Budiman.
"Yakin?" Tanya Calvin yang sebenarnya tidak percaya dengan ucapan Budiman. Ia menundukkan tubuhnya menatap Budiman.
"Yakin, Bos. Saya gak bohong lagi, Bos, ampun." Budiman memohon.
"Ok! Bawa mereka ke ruang tahanan!" Perintah Calvin pada 2 premannya.
Anto dan Budiman diseretnya keluar ruangan. Calvin kembali mengelap-elap senapannya dan terakhir meniup sisa-sisa kotoran yang menempel pada ujung senapannya.
Diluar rungan kerja Calvin, Anto dan Budiman langsung di seret paksa keluar rumah menuju ruang tahanan di halaman belakang rumah megah tersebut. Ruang tahanan nya itu terletak di ruang bawah tanah dengan ruang eksekusi disebelahnya.
Sambil menyusuri jalan di halaman menuju ruang bawah tanah Anto melirik Ayahnya dan berbisik.
"Ayah, Apa bener ada dirumah? Seingatku semua barang dan uang udah kita abisin, Yah." Bisik Anto khawatir bila besok mereka pulang kerumah bersama anak buah Calvin dan apa yang dicari tidak ada, entahlah mungkin dia akan mendapatkan gelar almarhum di depan namanya.
"Sssssttttt!!! Ayah hanya berusaha agar Bos besok mau kerumah kita supaya dia bisa lihat Ranti. Barang dan uang tentu aja udah gak ada, To. Makanya semoga aja besok Bos liat Ranti dan tertarik sama Ranti."
" Ini gila, Yah. Gila! Ayah bertaruh dengan nyawa kita, Yah!"
"Dari awal kita melakukan kesalahan ini juga memang sudah bertaruh nyawa, To. Kita harus bersyukur masih diberi nafas saat ini, seharusnya wajah Bos wajah yang terakhir kita lihat hari ini. Seharusnya kita sudah mati!"
Mendengar kata mati membuat bulu kuduk Anto berdiri. Dia takut mati, amat sangat takut mati.
"Jadi kita berdoa saja, semoga Ranti bisa menyelatkan kita. Nyawa kita ada di tangan Ranti, To. Kita harus sujud syukur di kaki Ranti bila dia bisa menaklukkan si Bos!"
Setelah sampai di sebuah ruang tahanan, Anto dan Budiman langsung di tendang masuk oleh preman-preman tersebut ke masing-masing ruangan mereka. Mereka sudah terpisah, dalam ruang gelap itu untuk pertama kalinya mereka berdoa penuh harap agar Ranti bisa menyelamatkan nya esok hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments