Love in Patience
Ranti Kalina
Setiap hari Ranti sudah terbiasa bangun pagi-pagi untuk merapihkan diri dan juga merapihkan rumahnya. Walaupun hari ini hari libur sekolah Ranti tetap bangun lebih awal karena Ibunya dari pagi sudah harus berangkat kerja di sebuah Puskesmas sebagai perawat honorer. Dikala anak-anak lain mungkin masih terlelap tidur di balik selimut dan kasur yang nyaman, Ranti tetap harus bangun pagi sekedar untuk membantu Ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Beruntung rumah mereka rumah yang sederhana jadi tidak terlalu lelah untuk mengurusnya.
Ayah Ranti bernama Budiman yang menurut Ranti nama itu tidak pantas dinamakan untuk Ayahnya. Karena sifat Ayahnya jauh dari sifat Budiman, Ayahnya mempunyai sifat yang ketus, galak dan tidak pernah ramah pada orang-orang sekitar rumah Ranti. Ayahnya bekerja sebagai supir pribadi yang jarang pulang kerumah karena pekerjaannya yang hampir sering keluar kota, kecuali jika Bosnya sedang keluar negri Ayah Ranti baru ada dirumah itupun Ranti merasa lebih baik Ayahnya pergi bekerja daripada dirumah.
Ranti juga mempunyai kakak tiri laki-laki bernama Anto yang sudah berumur 25 tahun. Ayah Ranti sebelumnya sudah pernah menikah dan mempunyai anak laki-laki bernama Anto, namun Ibu Anto sudah meninggal sejak Anto berusia 5 tahun, beberapa lama kemudian, Ayahnya menikah lagi dengan Ibunya Ranti sehingga melahirkan Ranti dan Hito adik kecil laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun.
Ranti sering berfikir apa yang di fikirkan Ibunya hingga mau menikah dengan Ayahnya yang mempunyai sifat galak seperti itu, berkali-kali Ranti bertanya bagaimana situasinya saat dlu Ibunya memutuskan untuk bersama Ayahnya dan berkali-kali juga Ibunya menjawab.
"Kalau Ibu tidak menikah dengan Ayahmu mana mungkin sekarang Ibu punyai anak secantik kamu dan seganteng Hito." Sambil tersenyum menghibur hati Ranti ketika saat itu Ranti menangis karena dimarahi Ayahnya.
Anto juga laki-laki yg ketus, galak dan kasar, terutama pada Ranti dan Hito. Ranti dan Anto sering ribut hanya karena Anto dengan usilnya mengganggu Hito yang sedang anteng bermain. Tidak jarang Hito sering tiba-tiba menangis menghampiri Ranti, Ranti sudah feeling pasti karena ulah Anto yg sering mengusili Hito.
Anto terkadang pergi berangkat kerja tapi tidak jelas pekerjaannya apa, yang Ranti tau Anto bekerja sebagai kurir dan sering pergi bersama Ayahnya. Tapi Anto jg sering dirumah, entahlah sebenarnya dia bekerja apa yang jelas Ranti merasa lega jika Ayah dan Anto sedang tidak ada dirumah. Mereka berdua punya sifat yang sama yaitu sama-sama suka bikin orang lain kesal.
Hari libur ini merupakan hari libur Ranti yang menegangkan karena ia harus mendapatkan surat pengumuman kelulusan dari sekolah SMAnya. Sedari pagi setelah ia selesai merapihkan rumah & membuat sarapan pagi, ia sudah berkali-kali menghampiri teras rumahnya menunggu kurir datang untuk memberikan surat pengumuman kelulusannya.
Ranti mulai gugup, sambil melihat jam dinding yang bertengger di dinding ruang tamu mungil nya sudah menunjukan jam 11 siang namun belum ada tanda-tanda kurir itu muncul dirumahnya. Mas Anto yang sedang menontot tv di ruangan tersebut sudah gerah dibuatnya.
"Ranti ! Pusing gue liat lo bolak-balik keluar masuk rumah terus. Nunggu siapa sih?" Tanya Anto ketus merasa terganggu saat Ranti berjalan keluar masuk rumah.
"Kurir pos surat, Mas. Pengumuman kelulusan ku itu di kirim lewat pos."
"Yaaa tapi jangan bolak-balik begitu kek! Gue risih ganggu orang lagi nonton tv aj sih!" Ucap Anto mendengus kesal sambil menonton siaran pertandingan tinju di siaran tv.
"Mas To gak pernah ngerasain sekolah sih jadi gak ngerasain gimana gugupnya nunggu pengumuman kelulusan kayak begini!" Sahut Ranti.
"Eh apa lo bilang barusan?!"
Anto yang mendengar jawaban ketus Ranti langsung beranjak dari duduknya dan melempar remote tv yang dia pegang kearah Ranti.
"Aw.. Sakit, Mas." Remote tv itu mengenai kakinya, ia segera mengelus-elus bagian kaki yang kena remote tadi. Anto kembali duduk.
"Kurang ajar banget lo ngomong sama gua. Gua emang gak pernah sekolah, emang masalah buat lo? Hah? Sekolah buat apa sih nyari kerja juga susah. Sekarang gua tanya habis lo lulus sekarang lo mau ngapain lagi?" Tanya Anto kesal.
Ranti menggeleng menundukkan kepalanya sambil meremas-remas tangannya sendiri.
"Lo mau kerja? Kerja dimana? Yang kuliah aja banyak yang nganggur. Lo mau lanjut kuliah? Siapa yang mau biayain? Hah?! Lo fikir kuliah itu murah? Lo sendiri aja gak tau habis lulus ini mau ngapain. Pake ngatain gua gak sekolah! Lo sekolah juga gak pinter-pinter cuma buang duit Ayah aja!"
Hati Ranti sedikit sakit mendengar pernyataan dari Anto. Dia memang cukup sadar diri bahwa sekuat apapun dia belajar di sekolah dia memang murid yang tergolong biasa saja bukan murid yang pintar.
Tidak lama Hito yang dari luar rumah masuk kedalam membawa sepucuk surat.
"Kak ini ada surat dari mas-mas pake motor. Tadi mas-masnya itu nanya alamat rumah kita jadi aku bawa aja surat ini." Hito menyerahkan surat pada Ranti.
Cepat-cepat Ranti buka surat itu dan langsung membacanya. Seketika bibirnya tersenyum lebar karena dia dinyatakan lulus, hatinya lega dan seketika hinaan Anto yang ia terima tadi sudah lenyap.
Anto beranjak menghampiri Ranti, merampas surat yang dipegang Ranti.
"Ini dari kurir?" Tanya Anto pada Hito.
"Mas-mas yang tadi namanya kurir?" Tanya balik Hito. Ranti tersenyum melihat Adiknya yang lugu.
umur 7 tahun dia pasti belum tau pengantar surat itu dinamakan kurir. Gumam Ranti dalam hati sambil mengelus-elus kepala Hito.
Setelah Anto selesai membaca yang sebenarnya lebih mengecek isi surat itu langsung mendengus malas dan mengembalikan pada Ranti.
"Gua fikir dari Ardi. Awas aja lo ya masih berhubungan sama Ardi!" Ancam Anto merebahkan diri di sofa butut sambil menonton kembali pertandingan tinju di tv.
Ranti tidak peduli apa yang Anto katakan tadi. dalam hati dia bertanya.
"Memang kenapa kalau dia masih berhungan dengan Ardi? Ardi pacarnya, baik dan perhatian. kenapa dia selalu repot mencampuri urusannya?"
Ranti mengajak Hito untuk mengikutinya ke dapur. Karena jam sudah menunjukan jam makan siang, Ranti menyiapkan makan siang untuk Hito. Hito yang mempunya penyakit Asma akut harus selalu minum obat jadi Ranti dengan teliti mengatur jadwal makan dan minum obat Hito setiap hari.
Suara telephone rumah Ranti berbunyi. Ranti segera mengangkatnya sebelum Anto si tuan raja gadungan itu protes menyuruh Ranti segera mengangkat telephonenya.
"Halo! Anto mana?" Tanya suara serak garang laki-laki diseberang.
"Dari siapa?" Tanya Ranti.
"Sudah jangan banyak tanya kasih telponnya ke Anto!" Perintah laki-laki itu dengan galak.
Siapa ini galak banget? Temen Mas To kayak begini banget. Gumam Ranti dalam hati.
"Mas, ada telpon nih."
"Dari siapa?"
"Gak tau aku. Aku tanya dari siapa gak di jawab."
Anto langsung meraih gagang telpon dari Ranti. Sambil berjalan ke dapur ia curi-curi dengar. lagipula rumah mereka ini rumah sederhana yang cenderung kecil kalau dilihat dari banyaknya anggota keluarga, jadi suara apapun bisa terdengar walaupun sudah berusaha untuk bisik-bisik. Dan sialnya rumah kecil begini juga masih rumah kontrakan, Ibunya banting tulang bekerja untuk membantu Ayah membayar kontrakan rumah ini yang setiap tahun biayanya selalu naik.
"Halo"
"Oh iyaaa Bang. Ada apa Bos mau ketemu saya?"
"......"
"Oke deh. Saya berangkat sekarang juga."
Anto menutup gagang telponnya dan langsung bergegas pergi menggunakan sepeda motornya tanpa mematikan dulu tv yang sedari tadi dia tonton.
Ranti mematikan tv dan menengok keluar sebentar saat Anto pergi.
Kebiasaan abis nonton tv main tinggal aja bukannya dimatiin dulu tv nya huh!
Ranti kembali ke dapur duduk di sebelah Hito yang sedang makan.
"Mas To pergi, Kak?"
"Iya."
"Kemana?"
"Kak Ranti gak tau, Hit. Ngapain juga tau urusannya Mas To."
"Mas To kerja dimana si, Kak? Kok ntar kerja ntar ngga? Hito jadi bingung."
Ranti tersenyum. "Ngapain kamu jadi bingung? Kak Ranti juga gak tau Mas To kerja dimana."
"Terus Mas To kenapa gak suka banget sama Mas Ardi ya, Kak? Padahal Mas Ardi baik suka kasih Hito ice cream."
"Hito lagi pengen makan ice cream? Nanti Kak Ranti beliin." Ranti tersenyum sambil mengelus-elus sayang kepala Adiknya.
"Hito mau makan ice cream yang banyaaaakkk..." Ucap Hito merentangkan kedua tangannya. Ranti terkekeh.
"Kalau gitu nanti Kakak beliin ice cream yang banyak buat Hito. kalau perlu sama pabrik-pabriknya Kakak beliin."
Hito tertawa.
Melihat Hito tertawa Ranti sangat senang. Hiburannya dirumah ini hanya Hito. Ayah dan Mas Anto itu bagi Ranti hanya kuman dirumah ini, ada tapi untuk dihindari. Ayahnya sudah 2 hari tidak pulang kerumah, kata Ibu Ayah lagi sibuk sama Bosnya. Kalau Mas To baru tadi subuh dia pulang kerumah setelah 2 hari tidak pulang, entah dari mana. Walaupun dia bilang dari bekerja tapi perasaan Ranti bilang dia sibuk main judi. Karena memang benar Mas Anto itu sering main judi, jika kalah dia berhutang dan sering sekali orang penagih hutang datang kerumahnya mencari Anto untuk menangis utang. Hutang judi ataupun hutang-hutang di warung-warung.
Ranti selalu kasihan pada Ibunya. Bila ada orang yang datang menagih hutang, Ibu sering sekali membayar hutang-hutang Anto. Belum lagi jika orang-orang penagih hutang itu marah-marah. Yang dicari tidak ada dirumh pasti mereka tidak percaya dan semakin marah.
Pernah sekali waktu dirumah hanya ada Hito, Ranti sedang ke warung. Penagih hutang itu marah-marah pada Hito. Hito anak kecil yang tidak tau hanya menangis dan asma nya langsung kambuh, beruntung Ranti cepat kembali kerumah dan segera memberikan obat pada Hito.
Ranti sudah sangat lelah tinggal dirumah ini. Ia berharap segera pergi dari rumah ini, tapi bagaimana caranya Rantipun tidak tau. Dia hanya berharap ada pangeran tampan yang bersedia membawa dia, Ibu dan Hito pergi dari sini. Ranti meyakini bahwa pangerannya itu Ardi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nuri Scarlet Ara Macao
berasa tahun 90 an ya, mshada tukang pos keliling 🤭
2021-07-09
1