Anak Mafia 02

"Selalu, selalu begitu. Ibu selalu membuat ku kesal. Aah aku sungguh tidak ingin pulang! Aku benci Ibu. Apa susahnya sih menceritakan tentang siapa ayahku. Kata Ibu, orang itu sudah mati. Tapi aku punya feeling bahwa dia masih hidup," gerutunya.

Lev berjalan-jalan menyusuri jalan. Dia mengenakan pakaian yang sedikit kebesaran. Celana panjang ditambah jaket hodie yang besar. Lev juga mengenakan rambut palsu, kaca mata, dan juga masker. Ia juga menambahkan lensa kontak agar penampilannya sama sekali tidak bisa diketahui oleh anak buah sang ibu.

Dia tengah merasa sangat kesal. Sebenarnya bukan sekali ini saja dia kesal terhadap Irina yang tetap menutup mulut setiap dirinya bertanya siapa ayahnya. Irina sama sekali tidak memberi penjelasan kepada Lev tentang ayahnya.

Padahal, Lev hanya sekedar ingin tahu. Dia tidak akan minta bertemu. Dia sungguh hanya ingin tahu siapa orang yang telah membuatnya ada di dunia ini.

Tuk

Klontang

"Aduh!" pekik seseorang.

"Oh No! Aku mengenai seseorang," ucap Lev terkejut.

Lev berjalan cepat menuju ke tempat orang yang mengaduh kesakitan karena ulahnya.

Lev yang kesal, dia menendang kaleng soda yang telah kosong karena isinya sudah diminum olehnya. Ia memperlakukan kaleng tersebut layaknya bola. Tapi, ketika tendangan terakhir dilakukannya, Lev tidak menyangka dia melakukannya dengan sedikit lebih keras dan ternyata mengenai orang.

"Maaf Nyonya, sungguh saya tidak sengaja melakukannya," sesal Lev. Dia sungguh menyesal karena perbuatannya merugikan orang lain.

Ternyata kaleng yang ditendang oleh Lev mengenai seorang wanita paruh baya. Dia sungguh merasa bersalah.

Lev mungkin kadang berbuat onar, tapi dia adalah anak yang bertanggung jawab dan berani mengakui kesalahannya.

"Aah tidak masalah, Nak. Dimana orang tua mu. Mengapa kamu berjalan sendirian malam-malam begini?" tanya wanita itu lembut.

Tring

Sebuah senyum tipis terukir di bibir Lev. Otaknya yang cerdik langsung mendapatkan ide saat nyonya itu bertanya demikian kepada dirinya.

"Hiks, saya ... saya terpisah dari ibu saya Nyonya. Dan ughhh, saya merasa begitu lapar," jawab Lev dengan berderai air mata.

Aaahh

Akting yang sangat sempurna sehingga membuat nyonya tersebut pun iba.

Wanita paruh baya tersebut mengamati Lev lebih dulu. Melihat apa yabg dikenakan oleh Lev, dia bisa berkesimpulan bahwa anak ini adalah anak orang yang berkecukupan. Akan menjadi hal yang berbahaya jika dibiarkan berkeliaran. Dan mungkin saha memang benar bahwa dia terpisah dari orang tuanya.

"Apa kamu mengingat nomor telpon ibu atau ayah mu? Ah iya siapa namamu, Nak. Aku Rika. Kamu boleh memanggilku Oma," ucap wanita yang mengenalkan dirinya dengan nama Rika

"Saya Lev, entah lah Oma Rika. Saya lupa-lupa ingat."

Drap drap drap

"Sayang, maaf agak lama. Soalnya ngantri sekali di dalam. Oh, siapa anak ini?"

Seorang pria paruh baya menghampiri Rika. Bisa Lev simpulkan bahwa orang itu mungkin saja suami dari wanita tersebut.

Rika menjelaskan situasinya. Tidak ingin dicurigai, Lev berusaha menampilkan wajah yang seolah-olah tengah terpisah dari keluarganya.

Ian Andromeda, dia menelisik Lev. Pria itu tentu tidak seperti istrinya langsung percaya begitu saja terhadap ucapan orang.

Ian melihat dari atas ke bawah. Untuk ukuran anak hilang, Lev termasuk sangat tenang. Dan usia Lev ini seharusnya sudah bisa mengingat nomor telpon keluarga. Dia juga seharusnya bisa mencari pihak keamanan untuk membawanya bertemu dengan keluarganya.

"Jadi, siapa nama panjang mu, Nak?" tanya Ian. Dia ingin melihat sesuatu dari anak tersebut.

"Na-nama saya Lev Zoran Rostova,"jawab Lev sedikit kikuk. Lev merasa bahwa orang ini memiliki aura yang kuat. Dia merasakan sebuah aura yang familiar dari orang ini. Ya, Lev seperti melihat orang-orang yang berada di lingkungan ibunya.

"Baiklah Lev, apa kamu mau ikut ke rumah kami? Tampaknya kamu lelah. Kamu bisa istirahat sejenak di sana. Apa kamu mau kami antarkan ke pihak berwajib?"

"Saya akan ikut bersama Tuan dan Nyonya saja."

Lev menjawab dengan cepat sekali atas pilihan yang Ian buatkan. Dan akhirnya Lev benar-benar ikut bersama dengan pasangan paruh baya tersebut.

Sebuah rumah yang mungkin tidak sebesar vila tempat dia menginap sebelumnya. Namun rumah tersebut terasa begitu nyaman. Itu lah yang dirasakan oleh Lev saat dirinya sampai di kediaman Ian dan Rika.

"Mari turun, Lev. Kamu bisa beristirahat sejenak sambil mengingat-ingat kontak ayah atau ibumu."

"Terimakasih banyak, Oma Rika."

Rika tersenyum cerah. Tapi tidak dengan Ian. Ian tetap saja merasa janggal dengan anak ini. Dia memiliki firasat yang kurang bagus.

Sebagai mantan anggota mafia besar di negara ini, kemunculan Lev sungguh membuatnya menaruh curiga.

Terlebih nama Rostova yang melekat di belakang nama anak itu. Ian merasa bahwa nama tersebut cukup familiar.

"Lho, siapa ini? Anak siapa yang Papa sama Mama bawa ke rumah?" ucap seorang pria yang memiliki perawakan tinggi dan juga badan yang kekar. Usianya jauh lebih muda dari Ian pastinya karena pria tersebut memanggil papa dan mama kepada Ian dan Rika. Bisa dipastikan bahwa orang itu adalah anak dari pasangan paruh baya ini.

"Anak nyasar, nanti kita cari tahu lebih lanjut. Sekarang biarkan dia makan dan istirahat dulu. Kasian,"ucap Ian menjelaskan.

"Aah gitu. Oh iya Pa, tadi Bibi Silvya menelpon. Katanya ponsel Papa tidak aktif. Kata Bibi, Papa disuruh balik ke Jakarta karena ada yang harus diurus."

Ian segera mengambil ponsel miliknya. Dia menepuk keningnya pelan ketika melihat bahwa ternyata dia mengaktifkan mode penebangan. Jelas saja itu membuat nomor nya tidak bisa dihubungi.

"Pasti ngomel nih Silvya. Ya sudah Smith, pesankan tiket pesawat buat besok. Dua berarti ya."

"Elaah, yang disuruh pulang kan cuma Papa. Kenapa Mama juga harus ikut/" protes Smith. Dia tahu bahwa ayahnya itu kecintaan sekali kepada ibunya. Kedua orang tuanya di sini pun berada di sini hanya sekedar untuk berlibur sekaligus memeriksa cabang Linford Transportation (LT) yang ada di Bali, dimana Smit Andromeda yang merupakan anak Ian sebagai penanggungjawabnya.

"Laah suka-suka Papa lah. Istri Papa juga. Mau Papa bawa kemana ya suka-suka Papa. Makanya buruan cari istri biar bisa dibawa kemana-mana, dan tidak sendirian juga. Umurmu sudah 35 tahun tapi belum juga punya istri. Boro-boro istri, pacar juga belum. Kan Papa sama Mama juga pengen punya cucu macam Silvya dan Dokter Dika. Cucu mereka aja sudah 4 lho."

Smith hanya memanyunkan bibirnya ketika sang ayah bicara demikian. Setiap memulai pembahasan tentang istri pasti ujung-ujungnya dia lagi yang kena.

"Udah jangan di bahas, ngurus pekerjaan saja sudah puyeng. Lagi pula kalau tidak ada aku, Bibi Silvya nanti pusing. Siapa yang mau mengurus LT coba. Dua anaknya tidak ada yang melakukannya. Yang satu dokter, yang satu tentara. Memang paling benar aku ini jomblo,"kilah Smith.

"Bukan paling benar jomblo, ngomong saja kalau kamu tidak laku. Dan sana buruan pesankan tiket buat Papa dan Mama."

Lagi-lagi Smith hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Ucapan Ian itu benar-benat menusuk hati terdalamnya.

Tapi sebenarnya, Smith bukanlah pria yang tidak laku. Hanya saja, dia merasa enggan dengan wanita-wanita yang mendekatinya selama ini.

"Eleeeh Papa tidak tahu saja kalau anak lelakinya ini cukup populer di kalangan para wanita,"gumam Smith lirih.

TBC

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

Ini keturunan yg mana ya, kalau dah ada Silvya dan Dika jadi mikir ini. kok jadi lupa semuanya hehe, nama2nya inget tapi silsilah nya lupa 🙈

2025-08-07

0

GiZaNyA

GiZaNyA

hhmmm... masih lanjuutt... menunggu part yang mendebarkan 😁😁

2025-08-06

1

Rita

Rita

makanya jgn protes dapat siraman rohani kan jadinya 😜😂😂😂😂😂😂

2025-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!