Chapter 3

Di taman belakang sekolah. Saat ini waktunya istirahat, seperti biasa Elang baru saja datang. Lagi-lagi ia melewatkan beberapa pelajaran, entah darimana. Memang membolos sudah menjadi hobinya, tiada hari tanpa bolos.

Dengan santainya Elang berjalan sambil menenteng tas ranselnya. Namun, langkahnya sejenak terhenti saat melewati Kathi dan antek-anteknya yang sedang membully seseorang.

Terlihat Kia yang sedang memberontak karena kedua tangannya di cekal erat oleh Bunga dan Dea. Dengan dagunya yang di cengkram kuat oleh Kathi.

Elang menoleh sekilas, melihat tatapan gadis itu yang seperti memintanya bantuan. Ia mengangkat alisnya sambil mengedikkan bahu acuh.

Tak peduli karena bukan urusannya, Elang kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan mereka. Entah apa yang akan Kathi dan teman-temannya lakukan. Sudah pasti tidak akan sampai membunuhnya. Memang Kathi sangat suka membully adik kelas maupun teman seangkatannya yang berani kurang ajar padanya. Ia harus lebih unggul dari siapapun, tidak ada yang boleh mengalahkannya.

Melihat kepergiannya begitu saja tanpa memperdulikannya. Kia mengepalkan tangannya erat-erat. Setelah di rasa pria itu benar-benar pergi. Ia memberontak dan menghempaskan tangan mereka yang mencekal lengannya. Lalu mencengkram kuat lengan Kathi yang masih berada di dagunya dan menghempasnya dengan kasar.

"Lo?!"

"Jangan pikir gue anak baru dan gak berani sama lo!" ucap Kia sambil berlalu pergi dan tak lupa menubruk bahunya.

Dirinya benar-benar malas berurusan dengan sampah itu, buang-buang waktu saja. Sebenarnya greget ingin menghabisinya, tapi ia tidak ingin merusak semua rencananya.

Ketiganya masih terdiam tak percaya gadis culun itu akan melawan. Kathi mengepalkan tangannya erat sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Berani banget lo ngelawan! Lihat pembalasan gue nanti!" teriaknya yang di balas acungan jempol oleh Kia yang sudah cukup jauh.

Karena sudah tidak nafsu untuk makan. Kia pun memilih kembali ke dalam kelas. Suasana hening, kelas sangat sepi karena sedang beristirahat. Semua teman-temannya tak ada di dalam kelas.

Kia menghela nafas lega, lalu mulai berjalan menuju tempatnya. Terdapat Elang yang sedang tertidur dengan bertumpu pada tangan kanannya. Tangan kirinya di biarkan di atas meja, tidak menutupi wajahnya.

Kia terus memperhatikan wajahnya yang kebetulan menoleh ke arahnya. Ia ikutan merebahkan kepalanya di meja, menatapnya yang masih memejamkan mata. Sangat damai dan menenangkan. Wajah tampannya terlihat begitu adem saat sedang tertidur seperti ini.

Blam!

Tiba-tiba Elang membuka matanya, tatapan keduanya saling bertemu beberapa saat.

"Heh culun! Puas lo natap wajah tampan gue?"

Kia yang tersadar langsung merubah posisi menjadi duduk. Ia meraih tasnya dan mengambil bukunya. Mencoba mengalihkan pandangannya karena Elang terus menatapnya.

"Suka lo sama gue?"

Kia yang sedang menulis sontak langsung menoleh. Terlihat Elang sedang duduk menyender dengan kedua kaki di angkat ke meja. Sambil asik memainkan ponsel yang di genggamnya. Merasa bukan berbicara pada dirinya, Kia berniat ingin kembali mengalihkan pandangan.

"Gue cuman mau ngingetin. Cowo tampan dan seksi kayak gue, gak bakal pernah suka sama cewe culun kayak lo!" ucap Elang sambil menoleh, menatap Kia yang kebetulan masih menatapnya.

Kia memilih acuh dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Tangan kirinya diam-diam terkepal.

"Ayang Elang, babang Juan yang tampan tiada tara kambekkkk!"

Plak!

"Berisik bodoh!"

Kali ini bukan sama Nathan, melainkan sama Bima yang langsung menggeplak kepalanya. Membuat Juan meringis kesakitan. Nathan yang berada di belakangnya langsung tos ria dengan Bima.

Elang memutar bola matanya malas menatap teman-temannya yang baru saja datang. Mereka sempet bertanya keberadaannya dan langsung meluncur ke kelas.

"Lang!" Elang melirik dengan datar saat Juan dengan sok akrab menaruh tangannya di pundaknya.

"Tobat Lang, tobat! Udah kelas dua belas, bentar lagi lulus. Tobat, jangan bolos terus!" ceramahnya membuat Elang kembali memutar bola matanya.

"Tapi btw, katanya jamkos. Kuy warjul!"

"Goblok!"

Juan hanya cengengesan, baru saja ia menasehati Elang untuk tidak bolos. Dan dia sendiri malah mengajak mereka ke warjul (Warung Juleha) yang berada di belakang sekolah. Sama saja mengajaknya bolos.

"Ayolah, mumpung jamkos. Bosen banget di kelas, mending lihat yang bening-bening! Kangen yayang Jule nih!"

"Itu punya gue anjir!" sahut Aldo tak terima.

Memang Juleha adalah seorang jamu (Janda Muda) di umurnya baru 22 tahun sudah menjadi janda tanpa anak. Banyak para anak nakal seperti mereka selalu memperebutkannya karena tubuhnya yang aduhai.

"Gas lah!"

Elang sudah berjalan duluan mendahului mereka. Kebetulan dirinya sangat lapar. Kia yang sedari tadi menyimak, hanya menatap kepergian mereka. Dengan pikiran berkecamuk terus memikirkan cara agar rencananya berjalan lancar.

Jam istirahat memang sudah selesai beberapa menit yang lalu. Karena jamkos kelas masih sangat sepi. Sedangkan di taman belakang sekolah. Elang dan teman-temannya sedang melakukan aksi pembolosan.

"Buruan dong anjir, lama Lo pada!" teriak Juan kesal.

Gimana gak kesal, mereka semua sedang memanjat pohon yang dekat dengan tembok. Sedangkan dirinya malah di suruh berjaga untuk melihat situasi aman atau tidak. Dan setelah mereka berhasil, sekarang gilirannya yang sedang memanjat. Namun, tiba-tiba kakinya terasa di tarik.

"Lepas anjing!" teriaknya yang mengira itu temannya, padahal dirinya yang terakhir.

"Apa?! Saya tidak dengar?!" sahut seseorang dengan suara baritonnya.

Juan yang merasa tak asing dengan suaranya, sontak menoleh melihat ke bawah. Matanya membulat sempurna saat melihat Pak Memet, guru bk yang sedang menatapnya dengan sengit.

BUG!

Juan terjatuh karena kakinya terus di tarik. Untung saja banyak rumput, jadi tidak terlalu sakit.

"HUWAA AMPUN PAK!!" teriaknya karena telinganya di jewer dengan kencang.

Sedangkan di seberang sana, temannya yang sudah sampai di sana. Awalnya mereka merasa bingung karena Juan tak kunjung sampai. Namun, tiba-tiba mendengar teriakannya yang sudah pasti tertangkap.

"Mampus!" Nathan terkekeh puas.

Tak!

"Itu temen lo bego! Kalau dia ketangkep kita juga bakal kena!" ucap Bima sambil menjitak kepalanya.

"Ah bodo amat, yang penting sekarang kita hepii!"

"Bahagia di atas penderitaan orang! Parah lo jadi temen!"

Mereka memilih berjalan menuju warjul. Dan saat ingin memesan makanan, tiba-tiba ponsel Nathan berdering. Ia mengerutkan keningnya melihat nama yang tertera di sana.

"Siapa?" tanya Aldo penasaran.

"Juan!"

"Mampus!" jika Juan yang menelpon sudah pasti guru bk yang menyuruhnya.

Dengan perlahan Nathan mulai menggeser tombol hijau di ponselnya, lalu menyalakan speaker. Dan benar saja dugaan mereka.

"Lo pada ke bk sekarang!!"

"SEKARANG! ATAU SAYA BAKAR RUMAH KALIAN!"

Tut!

"Juanda sialan!!" umpat mereka kesal karena sudah pasti Juan yang melaporkan mereka.

Terpopuler

Comments

nikaloffv

nikaloffv

hey elang, udah gue catat nii

2025-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!