Episode 5: "Langkah Gelap di Jurit Malam"
[EXT. HUTAN — MALAM HARI]
Angin malam berdesir di antara pepohonan. Suasana hutan gelap, hanya diterangi obor dan senter para peserta perkemahan. Dosen pembina dan panitia berkumpul di pos utama, membacakan daftar kelompok jurit malam.
Panitia (dengan clipboard):
"Oke, kelompok pertama: Alvin, Laura, Reihan, Indhira, dan Laurence.
Kelompok kedua: Noah, Felicya, Galaska, Gibran, dan Karina."
(Semua peserta berkumpul di titik kumpul kecil. Laura menarik ranselnya, Alvin memegang senter. Laurence menepuk bahu Alvin.)
Christina Laurence
Semangat, Vin. Kayaknya kita bakal jalan kaki jauh malam ini."
Angelina Indhira
Semoga nggak ada hewan liar deh… serem banget suasana hutan gini."//(menyalakan headlamp)
Reihan Agustinus
Yang penting jangan misah ya. Gue bawa peta nih."//(membetulkan jaket)
Sementara itu, di sudut lain, kelompok dua sedang berbisik-bisik.
Gibran Mahendra
"Ini kesempatan. Kita bikin kelompok satu kapok. Gua udah bawa topeng dan suara rekaman."//(berbisik)
Natalie Felicya Alendra
Kita tunggu mereka di jalur tanjakan itu. Biasanya ada pohon besar buat ngumpet."
Karina Maritimartha
Asal jangan keterlaluan aja ya... kalau sampai ada yang pingsan, kita yang disalahin."
[EXT. JALUR JURIT — HUTAN]
Kelompok Alvin berjalan melewati pohon-pohon rimbun, senter mereka menari-nari di antara semak. Tiba-tiba Laura menghentikan langkahnya.
Chyntia Laura Andhara
Shh... kalian denger itu?"
Terdengar suara ketukan ranting dan tawa samar dari kejauhan.
Angelina Indhira
Jangan bercanda ya... ini serem banget sumpah..."//(berbisik takut)
Imanuel Alvin Bhayangkara
Santai. Mungkin suara hewan malam. Lanjut aja, jangan berhenti."//(tenang)
Tiba-tiba, dari balik semak, muncul sosok bertopeng putih melompat dan mengeluarkan suara jeritan keras. Indhira menjerit.
Angelina Indhira
Aaaahhh!!"
Kelompok satu panik dan berhamburan. Laura menutup telinganya, Reihan mundur dan jatuh. Alvin langsung menarik tangan Laura dan menenangkan yang lain.)
Imanuel Alvin Bhayangkara
Tenang! Jangan misah! Itu pasti jebakan!"//(tegas)
Sosok bertopeng mundur perlahan lalu lari ke balik pohon. Laurence langsung mengejar ke arah itu. Tak lama kemudian dia kembali membawa sebuah masker yang tertinggal.)
Christina Laurence
Lihat, masker ini... ini milik Galaska."
[EXT. POS PANITIA — BEBERAPA SAAT KEMUDIAN]
Kelompok satu kembali lebih awal, dengan wajah kecewa dan marah. Alvin menyerahkan masker ke panitia.
Imanuel Alvin Bhayangkara
Kami diserang dalam perjalanan. Ini bukti yang tertinggal."
Panitia (tegas):
"Terima kasih, Alvin. Kami akan menyelidiki ini."//(tegas)
---
[EXT. TENDA — MALAM HARI]
Laura duduk di depan tenda, melihat langit. Alvin datang membawa teh hangat.
Imanuel Alvin Bhayangkara
Minum dulu. Biar nggak terlalu syok."
Chyntia Laura Andhara
Terima kasih... Aku kira aku bisa kuat. Tapi ternyata aku penakut juga ya."//(tersenyum samar)
Imanuel Alvin Bhayangkara
Berani itu bukan berarti nggak takut. Tapi tetap melangkah meski takut."//(tersenyum kecil)
Keduanya terdiam sejenak, menikmati kehangatan teh di tengah malam yang dingin.)
Chyntia Laura Andhara
Kamu selalu begitu tenang ya, Alvin… Padahal aku tahu hidup kamu juga nggak mudah."//(pelan)
Imanuel Alvin Bhayangkara
Kamu juga. Meski banyak orang ngejauh dari kamu… Tapi kamu nggak pernah berubah jadi jahat."
Mata Laura memerah sedikit. Mereka saling menatap lama di bawah cahaya bintang.)
---
[CUT TO BLACK]
To Be Continued…
Comments