Florentina

Umurnya sama dengan Sang, sang suami, 38 tahun. Mereka telah menikah selama lebih dari 11 tahun ketika Sang mengajak keluarga untuk hijrah.

“Terserah kamu, Flo sayang. Aku memang mendapatkan tawaran tugas untuk mengetuai Divisi Senior Content Writer di kantor baru DisPLAY Media. Tapi kita harus hijrah, pindah sama anak-anak juga. Kalau dari tawaran gaji dan kesempatan di masa depan, sih, sebenarnya sangat menggiurkan. Cuma, sekali lagi, aku ikut keputusan kamu. Kalau mau stay di kota ini, sama sekali nggak masalah,” ujar Sang kepada Florentina.

Florentina, menatap dalam sepasang mata suaminya yang selalu penuh semangat dan gairah selama ia mengenalnya itu. Ia tak pernah mau melihat bara itu padam. Karena, bila itu yang terjadi, maka tamat pula hidupnya. Florentina ingin melihat suaminya panjang umur, menua bersamanya. Mereka bilang laki-laki memiliki kecenderungan mati lebih dahulu dibanding perempuan. Beban mereka besar, pikiran mereka begitu rumit dan berseliweran di dalam tempurung kepala sana. Ia dan Sang memiliki umur yang sebaya. Ia tak mau suaminya lebih dahulu meninggalkannya kelak.

“Aku percaya kamu, sayang,” ucap Florentina pendek.

Wajah dan rautnya memang cenderung datar dan kadang-kadang dingin. Namun, di hadapan suaminya, Sang tahu kapan raut wajah itu menunjukkan emosi dan makna.

Sang memicingkan matanya. Mencoba mendapatkan peyakinan sekali lagi.

Florentina tersenyum. Manis sekali. Senyumnya memang mahal dan mewah, terutama karena Florentina tidak terlalu sering dan boros melakukannya. “Dari dulu aku kan percaya sama kamu, sayang.”

Sudah cukup. Senyuman dan jawaban istrinya itu sungguh bermakna.

Mereka pun hijrah.

Setelah melalui masa bencana, masa pandemi Covid-19 merebak beberapa tahun yang lalu, Sang Rakyan yang bekerja sebagai jurnalis, news reporter sekaligus news writer itu harus mati-matian menafkahi keluarganya. Jati, dilahirkan pada awal masa pandemi, sedangkan media cetak semakin berguguran.

Untungnya memang Sang bekerja di sebuah kantor media raksasa yang kantor cabangnya berdiri di berbagai wilayah di negara ini. Kantor media di kotanya waktu itu di Semarang bukanlah pusat dan yang terbesar, namun tidak secara khusus menangani bidang cetak. Media berbasis koran dan majalah sudah runtuh bertahun-tahun yang lalu karena munculnya Internet. Sedangkan DisPLAY Media di Semarang lebih berfokus pada berita berbasis online, website, termasuk media sosial. Itu sebabnya DisPLAY dapat survive tanpa mengorbankan satupun kantor cabangnya di seluruh negeri.

Sebagai seorang penulis berita dan jurnalis yang handal, pandemi berhasil Sang lewati. Banyak jurnalis dan staf yang terpaksa mengundurkan diri dan beralih ke bisnis atau bidang-bidang lain. Jurnalisme dianggap terlalu berat di masa itu.

Kegigihan Sang Rakyan berbuat manis. Tidak hanya dia, DisPLAY Media pun berhasil survive. Roda kembali berputar. Kantor media ini mendadak menjadi semakin besar. Divisi berita, hiburan, olahraga, bisnis, politik, kesehatan, sampai musik, film dan dunia fiksi menjadi begitu populer di kalangan masyarakat. Website mereka dikunjungi jutaan orang tiap harinya. Media sosialnya menggunakan beragam platform yang sama populernya. Radio dan televisi perlahan kembali naik daun. Di mobil, orang mendengarkan siaran radio DisPLAY yang seru dan tidak membosankan, apalagi kuno. Televisi pun begitu. Orang yang terlalu bosan dengan dunia online, kini mendapatkan acara-acara televisi DisPLAY menyegarkan, pun membawa serta nostalgia. Jadi, tua dan muda menonton bersama.

Kota tempat mereka pindah, adalah kantor pusat DisPLAY Media. Sebuah pulau kecil tetapi berpenduduk padat dengan gedung-gedung tinggi di pusat-pusat kota yang bergaya cluster, tetapi memiliki pantai-pandai indah di ujung-ujung sisi-sisinya.

Surga kecil.

“Bali versi sachet,” seru Damar yang saat itu berusia 11 tahun.

“Jadi, kalian senang kita pindah ke kota ini?” tanya Florentina kepada Damar dan Gendhis yang berusia 9 tahun. Jati yang berusia 2 tahun menempel erat di gendongannya.

Damar dan Gendhis mengangguk serempak. Setelah sebulan lebih mereka tinggal di kota ini, sudah 2 kali mereka pergi ke pantai. Kebiasaan ini kelak pun tetap mereka pelihara sampai masing-masing anak beranjak dewasa, melanjutkan sekolah dan kerja mereka di luar kota.

Florentina yang pendiam itu hanya bisa dipahami oleh suaminya, atau anak-anaknya. Melihat wajah ayunya yang tanpa emosi itu, Sang tersenyum. “Kalau kamu, Flo sayang?”

Forentina tersenyum. Senyum mahal dan mewahnya.

Sang menjadi tenang.

Sungguh memang, dalam 2 tahun, karir Sang melesat. Kini ia telah memiliki kantor pribadi, mengetuai beberapa staf penulis. Ia menjadi kepala divisi Redaksi dan Konten yang tugasnya sebagai penulis konten senior. Semua artikel harus melewati persetujuannya sebelum kemudian naik ke editor. Adijaya Sulaiman, seorang laki-laki Minang yang berusia lebih muda darinya tetapi menjabat sebagai Editor in Chief, tak memerlukan waktu lama untuk menjadi sahabat kentalnya di masa depan.

Ernawati Juang, yang awalnya dikenesi oleh Gendhis, sempat membuat hati Florentina kembang kempis pula. Gadis itu, 27 tahun umurnya, masih segar, masih lajang, dan memiliki paras cantik, memiliki banyak alasan untuk dicemburui. Belum lagi kebiasaannya bergonta-ganti pacar.

Namun, Florentina sadar, Juang terlalu cantik, lebih cantik darinya, tetapi juga terlalu liar. Tidak perlu sampai membuat risih Sang – malah akan sulit bila Sang sampai risih dengan rekan-rekan kerjanya – perilaku dan sifat Juang tidak akan mampu membuat Sang merasa tertarik sedikitpun selain menjadi sosok rekan kerja yang unik belaka.

Sia Sia alias Florencia Halim, si tinggi, berwajah oriental, cantik juga, kadang berkacamata, masih terlalu aneh bagi Florentina. Sosok itu, yang sehari-hari berjibaku dengan desain, adalah pegawai sempurna bagi DisPLAY Media, meski tidak bagi kebanyakan orang. Sia Sia, atau Flo biasa ia juga dipanggil di kantor – serupa dengan panggilan Sang kepada Florentina – masuk ke dalam divisi Video dan Multimedia, dimana ia bekerja sebagai graphic designer yang mengurusi desain thumbnails sampai infografis media sosial DisPLAY Media. Unik memang, mengetahui bahwa Sia Sia adalah seorang introver yang serupa dengan Florentina, tetapi jauh lebih cerewet.

“Kenapa? Cerewet ya orangnya? Suaranya mengganggu?” ujar Sang di tahun-tahun pertama ia bekerja.

“Hush, jangan gitu lah, sayang. Aku juga introver, lho.”

“Iya, deh, sesama introver dilarang saling menghujat,” respon Sang bercanda.

Tahun-tahun berikutnya, tidak hanya Florentina, ketiga anaknya pun mengenal Adijaya Sulaiman, Ernawati Juang dan Florencia Halim sebagai beberapa dari orang-orang terdekat Sang Rakyan. Mereka adalah sosok-sosok unik, baik, menyenangkan, dan bersahaja. Tidak terkecuali Juang yang semula dianggap genit dan menggoda, atau Sia Sia yang introver tetapi cerewet.

Terpopuler

Comments

LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩

LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩

klo iya Sang ada hubungan istimewa sama Sia Sia, pdhl keluargane terlihat sempurna, pasti ada something juga di pernikahan itu yg bikin Sang selingkuhh.

Sia sia pas Sang wafat, blom married kan yaa, mungkinkah sbnrnya Sia sia juga mencintai suami dari Florentina itu?

next dong pak Niko 👉👈

2025-08-06

1

ᴇʟꜱʜᴀᴅᴀʏ-②①L

ᴇʟꜱʜᴀᴅᴀʏ-②①L

selera Sang wanita2 introver, seunik itu kah?

2025-08-06

1

🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️

🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️

jd hijrah kemana?

2025-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!