Undangan Ke Pesta Rakyat

Langkah Ling Xi diiringi oleh bisikan-bisikan kalimat menyakitkan Jian Li yang terus bergema di benaknya. Pengakuan bahwa Jian Li tidak mungkin mencintainya, bahwa menjadikannya kekasih hanyalah siasat agar bisa menyusup ke dalam keluarga Ling tanpa dicurigai, semua demi mendekati sang kakak.

Bersama dengan itu, berbagai ucapan lain yang menusuk hati Ling Xi ikut terngiang. Namun Ling Xi tidak pernah memasukkan ke dalam hati saat Jian Li menyebutnya bodoh. Ia tahu itu benar adanya. Meski telah belajar dengan tekun, ia tetap tidak mampu memahami pelajaran akademik, apalagi seluk-beluk tata kerajaan, ilmu cendekiawan, atau alkimia.

Kemampuannya hanya sebatas melukis, memainkan alat musik tradisional, dan berinteraksi dengan hewan. Hobinya adalah berkelana di lingkungan sekitar, sebuah hal yang kurang diminati oleh sang ayah. Padahal setiap manusia pasti dianugerahi kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hanya saja kelebihan Ling Xi kurang sreg dengan kemauan sang ayah.

Sesampainya di kediaman Jian Li, Ling Xi segera mengetuk pintu. Dari dalam,Jian Li mengerutkan dahi, bertanya-tanya siapa gerangan yang bertamu. Para pengawalnya sudah pergi sejak tadi, bukan?

Jian Li bangkit dan membuka pintu. Ia cukup terkejut melihat Ling Xi berdiri di hadapannya.

"Ling Xi? Ada urusan apa kau datang kemari? Aku bahkan sedang bersiap-siap untuk pergi," ujar Jian Li, seolah kehadiran Ling Xi adalah penghambat urusannya karena harus menjamu wanita itu.

"Jian Li, tidak perlu cemas. Aku hanya ingin menitipkan buah tangan untuk kedua orang tuamu. Aku tidak akan berlama-lama di sini, karena sepertinya kau sedang terburu-buru."

Ling Xi memberi isyarat kepada para pelayan dan pengawalnya untuk menyerahkan buah tangan yang telah ia persiapkan.

Pandangan Jian Li tertuju pada barang-barang bawaan itu. Ketegangan di wajahnya perlahan memudar. Ia menerima buah tangan itu dengan tangan terbuka, mengucapkan terima kasih, lalu tersenyum. Ling Xi membalas dengan senyum yang sangat tipis, cenderung enggan untuk tersenyum.

Bukan Ling Xi bodoh sudah tahu Jian Li hanya memanfaatkannya, dan melukai hatinya masih tetap saja bersikap santai, biasa saja sekaan tidak terjadi apa-apa. Ia hanya ingin tahu sejauh mana drama ini akan berlanjut. Ling Xi bertekad menjadikan semua ini sebuah kenangan yang tidak terlupakan, sebagai pengingat bila kelak Jian Li menyesal. Karena, Ling Xi takkan pernah menerimanya kembali.

Dengan bersikap santai seperti ini, tanpa amarah, tangisan, atau kekecewaan yang meluap-luap, ia membuat Jian Li seolah tidak memiliki arti baginya. Meskipun sejujurnya hati Ling Xi hancur, ia memilih untuk tetap mengikuti alur drama yang dimainkan oleh Jian Li.

Setelah semua barang diletakkan di kereta kuda yang akan digunakan Jian Li, Ling Xi bersiap untuk pamit. Namun sebelumnya ia mengutarakan sesuatu.

"Jian Li, pekan depan ada pesta rakyat di alun-alun dekat istana Nanshu. Aku akan pergi ke sana, apakah kau mau ikut?"

"Perkiraanku, pekan depan aku masih belum bisa kembali dari urusanku. Jadi sepertinya aku tidak bisa ikut," jawab Jian Li.

"Sayang sekali. Keluargaku akan ikut. Kak Xiu Ying juga akan pergi kesana karena ada beberapa barang yang ia cari," ujar Ling Xi.

Mendengar nama Xiu Ying, Jian Li tiba-tiba mengubah keputusannya. "Terkadang perkiraan bisa meleset. Aku akan usahakan agar urusanku cepat selesai dan bisa ikut bersamamu."

Tangan Ling Xi mengepal, namun ia tetap mempertahankan raut wajah datarnya.

"Baiklah."

Aku pasti datang kesana untuk memastikan Xiu Ying mendapatkan apa yang dia mau. Jika ia telah berani menyelamatkan ku sewaktu kecil dari seekor ular, maka ijinkan aku untuk jadi pelindungmu, Xiu Ying ku. Batin Jian Li.

Jian Li pergi dengan kereta kudanya, Ling Xi pun kembali ke kediamannya. Di sepanjang perjalanan, ia terlibat percakapan dengan pelayannya, A Mei.

"Mohon maaf, Nona. Bolehkah bawahan ini menanyakan sesuatu?"

"Tanyakan saja."

"Apakah bawahan ini tidak salah dengar, Nona? Tuan Muda Jian Li apakah benar beliau seorang putra mahkota?"

Ling Xi menghela napas panjang. "Iya, kau tidak salah dengar. Tapi mereka tidak menyebut dari kerajaan mana. Entahlah, aku tidak tahu bagaimana kalau ia menjadi Kaisar nanti, sedangkan sebagai putra mahkota saja sudah sanggup melukai hatiku. Pasti dia banyak melukai hati rakyat. Lupakan saja soal ini, A Mei. Anggap saja kau tidak pernah tahu. Ini bukan urusan kita."

"Baik, Nona."

...*****...

Kerajaan Donghai

Putra mahkota Jian Li disambut oleh kasim begitu ia menginjakkan kaki di istana. Sebuah pesan singkat nan penting disampaikan, "Tuan Muda Mahkota, Yang Mulia Kaisar menanti kedatangan Anda."

Jian Li mengangguk. Ia segera menuju tempat dimana ayah dan ibunya telah menunggu.

Ia memberi hormat kepada kedua orang tuanya, dan di balik punggungnya para pelayan dan pengawal maju.

 "Ayah, Ibu," ucapnya. "Ada buah tangan dari seseorang untuk kalian."

Mereka memeriksa hadiah itu dengan saksama. setelah aman barulah diberikan kepada Kaisar dan Permaisuri. Buah persik dewa dari Kebun Utara, teh bunga seribu tahun dari Gunung Langit, acar plum, dan sebuah lukisan anggrek yang entah kenapa dimata Kaisar terlihat unik.

Hadiah itu aman dan indah. Kaisar terkesima, "Lukisan anggrek ini sangat unik. Pemberinya pasti bukan orang sembarangan. Apakah mereka dari kalangan bangsawan?"

"Mereka memang berasal dari kalangan bangsawan, Ayah."

"Semoga saja kamu berjodoh dengan pemberi hadiah ini," celetuk Kaisar, memancing senyum di wajah Jian Li. "Bagaimana kalau Ayah membicarakan ini dengan orang tuanya agar kamu menikah dengannya?"

Mendengar itu, Jian Li langsung meralat. "Aku memang ingin membicarakan ini kepada ayah. Namun yang ingin aku lamar putri tertua keluarga Ling, namanya Xiu Ying. Sedangkan yang memberikan hadiah ini adalah Ling Xi, adiknya."

Mata Kaisar memancarkan kekecewaan, tapi ia tetap mendengarkan putranya.

"Aku sengaja menyembunyikan identitasku, dan mereka tidak tahu bahwa aku adalah putra mahkota Kerajaan Donghai."

Kaisar mengerutkan kening. Dalam hatinya, ia membayangkan sosok yang mengirimkan hadiah-hadiah istimewa itu, berharap putranya memilih wanita itu, bukan Xiu Ying.

"Padahal aku tertarik sama yang memberikan lukisan ini." Bisik Kaisar kepada permaisurinya, yang dijawab dengan senyuman.

"Jadi menantu, bukan ku jadikan selir." Lanjut Kaisar karena senyuman permaisurinya menakutkan.

"Nah, ini kan lebih jelas. Aku pun setuju denganmu."

Seharusnya tidak aku sampaikan buah tangan ini kepada ayah dan ibu. Lebih baik buang saja jika pada akhirnya menimbulkan perbandingan. Ah ya, ini pasti sengaja dilakukan Ling Xi agar dia mendapatkan simpatik. Benar-benar manipulatif. Ayah belum tahu saja bagaimana manipulatifnya Ling Xi. Batin Jian Li yang kesal karena ayahnya jadi lebih condong ke wanita itu.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Bener, kata Ling Xi, gal cocok Jian Le jadi putra mahkota.....

2025-08-06

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Bagus juga si Ling Xi gak sama Jian Le, dodol olangnya, haish

2025-08-06

1

Muliana

Muliana

Eh, salah sasaran /Cry/

2025-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Pengamatan Ling Xi
3 Kenyataan Pahit Yang Diketahui Ling Xi
4 Undangan Ke Pesta Rakyat
5 Pesta
6 Terperosok
7 Ruang Ajaib
8 Percobaan Pertama
9 Makan Malam
10 Sup Yang Membuat Nyonya Luo Tidak Tenang
11 Diskusi Yang Gagal
12 Proyek Selanjutnya
13 Sidang Dimulai
14 Sidang Akhir
15 Penyerangan
16 Mengapa Ling Xi Sedingin Ini?
17 Kita Perlu Bicara
18 Jian Li Minta Maaf
19 Pagi Itu
20 Lang Xi menghentikan Jian Li
21 Terdamparnya Ling Xi Di Wilayah Utara
22 Ling Xi Ke Istana Dong
23 Pertemuan Ling Xi Dengan Kaisar
24 Uhuumm... Tampan
25 Amarah Sang Kaisar
26 Informasi Pernikahan Yang Menggegerkan
27 Persiapan Upacara Pernikahan
28 Insiden Di Pernikahan
29 Ada Untungnya Juga
30 Membuka Yang Seharusnya Dibuka
31 Sisi Rapuh Sang Kaisar
32 Ling Xi Dikerjain
33 Paket Yang Dikirimkan
34 Proyek Pemulihan
35 Penyerangan Terhadap Ling Yuan
36 Sudah Di Mulai
37 Bubuk Pengacau Pikiran
38 Sepulang Dari Proyek Pemulihan
39 Dibawah Cahaya Rembulan
40 Mau Kirim Surat
41 Xiu Ying Masuk Perangkap
42 Pertemuan Jian Li dan Xiu Ying
43 Pernikahan Jian Li Dan Xiu Ying
44 Bunga Seribu Tahun
45 Darimana Kau?
46 Dua Kehidupan Berbeda
47 Kebahagiaan Melepaskan
48 Sarapan Buatan Ling Xi
49 Lakukanlah, Aku pun Penasaran
50 Berhasil Terbebas
51 Saling Tahu Informasi
52 Usaha-usaha Kaisar Donghai
53 Kabar Ling Yuan Sampai Ke Telinga Ling Xi
54 Ling Yuan Temukan Solusi
55 Tentang Luo yang Pergi
56 Cerita Dibalik Ruang Fengyun
57 Misi Berhasil
58 Malam Yang Manis
59 Langkah Tuan Ling Yuan
60 Ling Xi Datang Ke Kediaman Ling
61 Pertemuan Antara Kaisar
62 Kenyataan Pahit Untuk Luo
63 Luo Melihat Keadaan Jian Li
64 Sebelum Kepergian Luo
65 Menjaga Senyuman
66 Sebuah Penghiburan Untuk Ling Xi
67 Kaisar Donghai Mau Curhat
68 Apa Yang dibicarakan Lin Feng dengan Ibu Suri?
69 Kabar Xiu Ying
70 Aura yang Berbeda
71 Menyerah Tanpa Perlawanan
72 Pertemuan Perang
73 Jurus Memancing Cinta
74 Sibuk Sakit Sendiri
75 Tujuh Tahun Kemudian
76 Jian Li Dikepung
77 Jian Li Mau Dijemput
78 Hampir Terungkap
79 Tawa Menjadi Tangis
80 Jian Li Sembuh
81 Menuju Akhir
82 Akhir Cerita
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Awal Mula
2
Pengamatan Ling Xi
3
Kenyataan Pahit Yang Diketahui Ling Xi
4
Undangan Ke Pesta Rakyat
5
Pesta
6
Terperosok
7
Ruang Ajaib
8
Percobaan Pertama
9
Makan Malam
10
Sup Yang Membuat Nyonya Luo Tidak Tenang
11
Diskusi Yang Gagal
12
Proyek Selanjutnya
13
Sidang Dimulai
14
Sidang Akhir
15
Penyerangan
16
Mengapa Ling Xi Sedingin Ini?
17
Kita Perlu Bicara
18
Jian Li Minta Maaf
19
Pagi Itu
20
Lang Xi menghentikan Jian Li
21
Terdamparnya Ling Xi Di Wilayah Utara
22
Ling Xi Ke Istana Dong
23
Pertemuan Ling Xi Dengan Kaisar
24
Uhuumm... Tampan
25
Amarah Sang Kaisar
26
Informasi Pernikahan Yang Menggegerkan
27
Persiapan Upacara Pernikahan
28
Insiden Di Pernikahan
29
Ada Untungnya Juga
30
Membuka Yang Seharusnya Dibuka
31
Sisi Rapuh Sang Kaisar
32
Ling Xi Dikerjain
33
Paket Yang Dikirimkan
34
Proyek Pemulihan
35
Penyerangan Terhadap Ling Yuan
36
Sudah Di Mulai
37
Bubuk Pengacau Pikiran
38
Sepulang Dari Proyek Pemulihan
39
Dibawah Cahaya Rembulan
40
Mau Kirim Surat
41
Xiu Ying Masuk Perangkap
42
Pertemuan Jian Li dan Xiu Ying
43
Pernikahan Jian Li Dan Xiu Ying
44
Bunga Seribu Tahun
45
Darimana Kau?
46
Dua Kehidupan Berbeda
47
Kebahagiaan Melepaskan
48
Sarapan Buatan Ling Xi
49
Lakukanlah, Aku pun Penasaran
50
Berhasil Terbebas
51
Saling Tahu Informasi
52
Usaha-usaha Kaisar Donghai
53
Kabar Ling Yuan Sampai Ke Telinga Ling Xi
54
Ling Yuan Temukan Solusi
55
Tentang Luo yang Pergi
56
Cerita Dibalik Ruang Fengyun
57
Misi Berhasil
58
Malam Yang Manis
59
Langkah Tuan Ling Yuan
60
Ling Xi Datang Ke Kediaman Ling
61
Pertemuan Antara Kaisar
62
Kenyataan Pahit Untuk Luo
63
Luo Melihat Keadaan Jian Li
64
Sebelum Kepergian Luo
65
Menjaga Senyuman
66
Sebuah Penghiburan Untuk Ling Xi
67
Kaisar Donghai Mau Curhat
68
Apa Yang dibicarakan Lin Feng dengan Ibu Suri?
69
Kabar Xiu Ying
70
Aura yang Berbeda
71
Menyerah Tanpa Perlawanan
72
Pertemuan Perang
73
Jurus Memancing Cinta
74
Sibuk Sakit Sendiri
75
Tujuh Tahun Kemudian
76
Jian Li Dikepung
77
Jian Li Mau Dijemput
78
Hampir Terungkap
79
Tawa Menjadi Tangis
80
Jian Li Sembuh
81
Menuju Akhir
82
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!