...***...
Kediaman Jendral Xiao.
Plak! Plak! Plak!.
"Uhuk!."
"Bajingan tengik! Kau masih saja belum mau mengakui perbuatan mu?!."
"Saya tidak-."
Brakh!.
Mereka semua melihat ke arah pintu kamar yang dibuka paksa oleh seseorang.
"Putraku!."
Selir Kangjian segera berlari mendekati anak tirinya, ia dorong kuat tubuh Jendral Xiao Chen Tao agar menjauhi anaknya yang hampir saja tewas?.
"Putraku!." Ia panik melihat keadaan anaknya yang lemah tak berdaya.
"Kangjian! Lihatlah anakmu itu!." Ucap nyonya Fengying dengan suara keras. "Dia telah berani memberikan aib untuk keluarga jendral!." Amarah di hatinya begitu kuat. "Inikah hasil didikan mu selama ini?! Sangat memalukan!."
"An hong." Selir Kangjian melihat ke arah An Hong.
"Saya nyonya selir." Ia segera berlutut, memberi hormat. An Hong berusaha menahan tangisnya, ia sudah tidak tahan melihat tuan muda yang ia hormati dipukuli hingga tak berdaya.
"Tolong bantu saya membaringkan lingyun kai ke tempat tidurnya."
"Baik nyonya selir."
An Hong segera membantu Selir Kangjian membaringkan tubuh Lingyun Kai ke tempat tidur.
"Kangjian! Aku sedang berbicara denganmu!." Nyonya Fengying semakin marah.
"Maaf nyonya besar." Selir Kangjian memberi hormat. "Izinkan saya merawat lingyun kai terlebih dahulu."
"Kau!." Jianhong menunjuk kasar. "Berani kau membantah!."
"Saya mohon tuan jendral."
"Huf!." Jendral Xiao Chen Tao menarik nafas cukup dalam.
Tanpa banyak bicara Jendral Xiao Chen Tao segera meninggalkan kamar Lingyun Kai.
"Suamiku!." Nyonya Fengying segera mengejar suaminya.
"Ibu!."
Jianhong dan Junfeng segera menyusul orang tua mereka.
"Putraku." Selir Kangjian menangis sedih, tidak tega melihat keadaan Lingyun Kai terluka parah.
"Tuan jendral menghajar tuan muda lingyun kai dengan penuh amarah." An Hong bercerita, ia menangis sesenggukan. "Maafkan saya nyonya selir, saya tidak bisa menjaga tuan muda."
"Ibu akan merawat mu nak." Selir Kangjian menyeka darah di sudut bibir Lingyun Kai. "An hong."
"Saya nyonya selir."
"Ambilkan air hangat, saya akan merawat lukanya."
"Baik nyonya selir."
An Hong segera meninggalkan kamar Lingyun Kai.
"Kenapa kau malah berakhir seperti ini?." Hatinya terasa sakit. "Kali ini masalah apalagi?."
"Saya dijebak ibu." Bibirnya bergetar. "Jianhong yang menggotong saya ke rumah bordil." Hatinya juga terasa sakit. "Saya dijebak."
"Ibu mengerti." Ia genggam kuat tangan anaknya. "Maaf, ibu tidak bisa melindungi dirimu nak."
"Ibu tidak bersalah." Ia genggam kuat tangan ibu tirinya. "Mereka yang terlalu licik."
"Oh? Putraku." Hatinya semakin hancur mendengar kalimat itu.
"Ibu."
"Ada apa nak? Apakah terasa sakit?."
"Tolong obati kaki saya yang lumpuh."
Selir Kangjian tampak heran.
"Hanya ibu yang mampu mengobati kaki saya."
"Apa maksudmu?."
"Saya tahu, ibu adalah seorang tabib yang sangat mempuni." Jawabnya. "Tapi kemampuan itu, tidak pernah ibu tunjukkan pada siapapun."
Deg!.
"Kau?."
"Saya sudah mengetahuinya ibu."
"Baiklah." Selir Kangjian menguatkan hatinya. "Tapi, bagaimana kita menjelaskan pada mereka nantinya?." Ada keraguan saat itu. "Pasti mereka akan bertanya-tanya, bagaimana kau bisa sembuh?."
"Apakah ibu kenal dengan tabib lim?."
"Tentu saja."
"Katakan saja, jika ibu meminta obat padanya." Lingyun Kai tersenyum kecil. "Ibu telah membayar beberapa tael emas padanya."
"Baiklah." Responnya. "Akan ibu lakukan."
"Terima kasih ibu." Hatinya terasa lega.
"Tapi? Bagaimana kau bisa mengetahui?." Matanya menatap lekat anak tirinya. "Jika ibu adalah ahli obat?."
"Kelak, akan saya ceritakan pada ibu."
"Kenapa tidak sekarang saja?."
"Saya membutuhkan bantuan ibu." Jawabnya dengan senyuman kecil. "Untuk balas dendam."
"Balas dendam?."
"Percayalah ibu, bahwa saya akan menjaga ibu dari orang jahat."
Deg!.
Selir Kangjian dapat melihat tatapan serius dari Lingyun Kai.
"Saya bersumpah! Bahwa saya akan membalasnya."
"Balas dendam pada siapa?." Hatinya terasa aneh, dan gugup.
"Akan saya ceritakan semuanya pada ibu." Jawabnya sambil mencium tangan ibu tirinya. "Tapi untuk saat ini, saya mohon." Air matanya jatuh begitu saja. "Dengan kemampuan pengobatan yang ibu miliki, tolong sembuhkan kaki saya."
"Ya, tentu saja." Selir Kangjian tidak kuasa menahan air matanya. "Ibu pasti akan menyembuhkan kakimu." Ia peluk Lingyun Kai dengan perasaan yang berkecamuk. "Tidak akan ibu biarkan kau berbaring lemah di sini."
"Terima kasih ibu." Lingyun Kai mencoba kuat. "Di kehidupan ini, saya pasti akan menyelamatkan dirimu ibu." Dalam hatinya telah membulatkan tekadnya.
...***...
Ruangan utama kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
"Suamiku!." Nyonya Fengying sedikit meninggikan suaranya. "Apa maksudmu meninggalkan kamar lingyun kai?! Katakan!."
"Benar itu ayah." Jianhong heran. "Kenapa tidak dihajar sampai mati?."
"Kenapa ayah bersikap lunak padanya?." Junfeng juga bingung. "Apakah ayah sungkan pada wanita selir itu?."
"Diam kau anak bebal!." Jendral Xiao Chen Tao kesal. "Belum saatnya kita membunuh anak terkutuk itu."
"Kenapa?."
"Dia itu, keturunan orang hebat." Jawabnya. "Dan matinya jangan sepeti itu."
"Maksud ayah?."
"Kita bunuh dia tepat di hadapan kedua orang tuanya." Jendral Xiao Chen Tao menyeringai lebar. "Aku yakin, itu adalah hadiah istimewa bagi mereka nantinya."
"Ya, saya setuju dengan ucapan ayah."
"Jika memang seperti itu." Nyonya Fengying tampak senang. "Maka aku tidak akan protes lagi suamiku."
"Bersabarlah dulu istriku." Jendral Xiao Chen Tao menatap nakal istrinya. "Jangan terlalu terburu-buru."
"Lantas? Apa yang akan kita lakukan setelah ini istriku?."
"Kita singkirkan dulu selir mu yang tidak berguna itu." Jawabnya. "Setalah itu, kita siksa terlebih dahulu bocah itu."
"Caranya?."
"Dua pekan lagi, keluarga kita biasanya mengadakan sebuah tradisi tiap bulanan." Nyonya Fengying tersenyum lebar. "Minum teh hijau, menyabut perayaan rasa syukur jendral terlebih dahulu." Lanjutnya dengan penuh percaya diri. "Dalam perayaan itu, permaisuri pasti akan datang."
Jendral Xiao Chen Tao, Jianhong dan Junfeng mendengarkan dengan serius penjelasan nyonya Fengying.
"Saat itu juga, kita buat sebuah rencana." Hatinya terasa bergemuruh. "Permaisuri jatuh ke kolam, karena di dorong oleh selir kangjian."
"Saat itu juga, pasti akan mendapatkan hukuman." Tebak Jianhong. "Tentunya dengan cara itu, ia akan mendapatkan masalah yang sangat besar."
"Ya." Responnya.
"Itu rencana yang sangat luar biasa sekali ibu." Junfeng merasa kagum. "Bagaimana pendapatmu ayah?."
"Tapi lakukan dengan benar." Jawabnya. "Jangan sampai ceroboh."
"Kau tenang saja suamiku." Balasnya. "Saya ini sangat ahli mengurus masalah seperti itu."
"Ayah tenang saja." Ucap Jianhong. "Ibu adalah wanita yang sangat cerdas." Pujinya. "Hal spele seperti itu sangat mudah dilakukan oleh ibu."
"Hahaha!."
Terdengar tawa dari mereka.
"Kalau begitu, kita lakukan persiapan." Ucapnya penuh semangat. "Jangan sampai salah sasaran nantinya."
"Setidaknya dengan banyaknya tamu, itu cukup membuatnya malu seumur hidup." Jendral Xiao Chen Tao tertawa aneh. "Diberikan hukuman oleh permaisuri."
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana caranya mengatasi masalah?. Temukan jawabannya. Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sarah Q. M
Tengah membiasakan membaca novel Cina dan mengingat nama-nama Cina yang rumit 😵. Sebenarnya ini novel cina pertama yang kubaca, tadinya belum mau baca tapi mikir mungkin suatu hari bisa jadi aku tertarik bikin novel latar cina jadi aku baca aja dari sekarang, kebetulan novelnya juga novel kakak jadi tentu aku yakin pasti bagus rupanya aku belum terbiasa, tapi aku akan terus mencoba membiasakan meski selain nama MC nya dan pelayan belum ada yang aku ingat 🙂
2025-08-07
1