Dear Arshila

Dear Arshila

Bab 1

Bu Linda
Bu Linda
Arshilaaaaa!
Suara lantang itu membuatnya tersentak.
Buku catatannya hampir terjatuh dari meja.
Semua siswa menoleh.
Beberapa langsung terkekeh, yang lain hanya ikut-ikutan menatap seperti menunggu drama.
Arshila menunduk.
Suara itu terlalu familiar.
Terlalu mirip...
Terlalu mirip suara yang menghancurkan masa kecilnya.
Bu Linda
Bu Linda
Ibu sudah tanya dua kali. Kamu ngelamun lagi ya?
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Maaf, Bu
Bu Linda
Bu Linda
Waktu tadi presentasi aja kamu diam
Bu Linda
Bu Linda
Ditanya malah bengong
Bu Linda
Bu Linda
Kamu itu udah kelas tiga SMA!
Bu Linda
Bu Linda
Bukan anak Paud lagi Arshilaaaa
Kali ini suara Bu Linda meninggi
Tawaan kecil dari barisan belakang mengisi ruangan
Arshila hanya bisa mengigit bibirnya
Tanggannya sudah gemetar
Ia cengkram ujung seragamnya
Berusaha menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam dirinya
Bu Linda
Bu Linda
Kalau kamu gak siap jadi siswa aktif, kamu tahu kan harus gimana?
Bu Linda membalik halaman buku nilai
Tiara
Teman sebangkunya melirik pelan
Tiara
Tiara
Shill
Bel pulang akhirnya menyelamatkan suasana
Arshila langsung bangkit
Membereskan tas dengan cepat
Bahkan tak sempat menunggu Tiara
Tiara
Tiara
Shilaaa!
Tiara berlari mengejar Arshila di lorong sekolah
Tapi Arshila malah terus berjalan
Kepalanya menunduk
Tiara
Tiara
Shil, tunggu bentar dong!
Tiara menarik pelan lengan bajunya
Tapi sentuhan itu malah membuat Arshila tersentak mundur.
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Sorry
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Gue pengen sendiri dulu, Ra
Tiara mengangguk pelan
Ia sudah terbiasa melihat Arshila seperti ini
Bukan sedingin itu—tapi setakut itu.
Setibanya Arshila di rumah
Langit mendung
Gerimis rintik-rintik mulai turun membasahi halaman kecil rumah sederhana tempat Arshila tinggal.
Nenek Sumi
Nenek Sumi
Kamu sudah pulang, Nak?
Suara lembut neneknya terdengar dari dapur
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Iya, Nek
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Aku langsung masuk kamar iya
Nenek Sumi
Nenek Sumi
Enggak mau makan dulu?
Nenek Sumi
Nenek Sumi
Nenek barusan masak sup jagung kesukaanmu loh...
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Enggak dulu, Nek
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Shila pengen istirahat
Arshila Ayara Putri
Arshila Ayara Putri
Capek banget rasanya hari ini
Tapi tentu saja itu bohong
Yang ingin dia lakukan bukan tidur
Tapi menahan
Menahan agar tidak terlihat lemah di depan neneknya
Kamar Arshila gelap
Tirai jendela masih tertutup rapat
Lampu pun dibiarkan mati
Ia duduk bersandar di pojok ranjang
lutut di peluk erat
dan napasnya mulai berat
Suara tadi di kelas...
Nada tinggi itu...
Itu cukup untuk memutar ulang semua trauma masa kecil yang sudah lama berusaha ia kubur.
Suara bentakan Papahnya
Teriakan Mamahnya
Piring yang pecah
Tangisan
Luka
Semua kembali begitu cepat
Air matanya jatuh satu-satu tanpa suara
Ia membuka laci kecil di meja belajarnya
Menarik sebuah notes lusuh dengan banyak stiker hitam di sampulnya.
Ia menulis
Tangan masih gemetaran
"Hari ini, aku dibentak lagi. Sama guru. Tapi yang terdengar cuma suara ayah." "Tanganku gemetar. Tapi aku tetap diam. Karena kalau aku bicara, mereka bilang aku drama."
Ia berhenti
Menatap pergelangan tangannya
Ada garis samar
Luka lama
Yang hampir sembuh tapi rasanya ingin dibuka kembali
Sementara itu
Disisi kota yang berbeda
Bu Vania
Bu Vania
Revan, kamu baru pulang?
Suara Bundanya menyambut dari ruang makan yang terang dan hangat
Revan menjatuhkan tasnya ke sofa
Kemeja putihnya masih rapi
Tapi dasi sudah melorot
Revan Mahardika Azzura
Revan Mahardika Azzura
Iya
Revan Mahardika Azzura
Revan Mahardika Azzura
Rapatnya udah selesai
Bu Vania
Bu Vania
Bunda masakin sup buntut kesukaanmu
Revan tersenyum kecil
Lelah itu mengendap di matanya, tapi hanya bundanya yang bisa membuatnya terlihat manusiawi.
Revan Mahardika Azzura
Revan Mahardika Azzura
Kalau Bunda yang suapin aku makan
Bu Vania
Bu Vania
Anak dua puluh tahun masa masih manja begini...
Bunda Revan hanya tersenyum
Karena hanya saat manja itulah, Revan berhenti jadi robot yang dipaksa sempurna.
Di dalam kamar
Revan berdiri di balkon
Tangannya memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan.
Tatapannya kosong, mengarah ke rumah-rumah kecil di bawah sana.
Revan Mahardika Azzura
Revan Mahardika Azzura
Semua orang nyuruh gue jadi dewasa
Revan Mahardika Azzura
Revan Mahardika Azzura
Padahal bahkan nggak ada yang nanya gue pernah terluka apa enggak
Dan malam pun turun
Arshila masih duduk dalam gelap
Revan masih berdiri menatap kota yang tak pernah benar-benar tidur.
Mereka belum saling kenal
Belum tau nama
Belum tau luka masing-masing
Tapi takdir sudah mulai berjalan pelan-pelan, mendekatkan dua jiwa yang sama-sama pecah. Mereka hanya belum sadar…
Akan ada hari saat mata mereka bertemu—dan semuanya berubah.
Bersambung 🖤
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!