4.Masuk ke hutan

Setelah mereka selesai makan siang,Nanda mengajukan diri untuk membereskan piring kotor.Sementara Amara dan Lue di suruh tidur siang.

Kanina duduk dengan tenang di kursi sembari memikirkan masalah baru yang harus mereka hadapi.

Yaitu kekurangan makanan.

Keluarga Kanina sangat miskin sehingga mereka tidak memiliki sedikitpun stok bahan makanan.Bahkan padi yang sudah pasti dimiliki setiap keluarga di Desa Makmur.

Tetapi Kanina dan Rehan tidak memilikinya.Hal itu bukan karna mereka tidak memiliki sepetak ladang untuk diolah,tetapi karna Kanina dan Rehan terlalu sibuk mengelola ladang miliki orang tua Rehan.

Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengolah ladang milik mereka.

"Nanda."

Setelah lama diam,akhirnya Kanina memutuskan mengambil resiko yang besar.

"Iya Buk."

Nanda yang tengah membereskan piring kotor,segera mendekat kearah Kanina.

Putra satu-satu nya ini tampak tampan meskipun sangat kurus dan hitam.

Seperti nya selain berbakti kepada orang tua,Rehan juga memiliki kelebihan yang lain,yaitu tampan.

Dan ketampanan nya itu menurun ke Nanda semua nya.Sementara Amara sebagai anak sulung memiliki kombinasi sempurna antara Ibu dan Ayah nya.

Sementara Lue adalah duplikat Kanina seorang.

"Ibu ingin masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan,apakah kau bisa menjaga Kakak dan Adik mu dirumah?"

Kanina tidak ingin kedua anak perempuan nya tinggal di rumah tanpa pengawasan siapa pun.

Nanda yang mendengar keinginan Sang Ibu tentu saja menolak.

"Tidak boleh Buk.Hutan itu sekarang sedang rawan Buk.Ada warga Desa tetangga yang pernah melihat Ular besar disana.Lagi pula, saat aku memasang perangkap dan mendapat Ayam hutan itu.Aku tidak masuk terlalu jauh ke dalam hutan."

"Aku hanya beruntung hari itu.Jadi sebaiknya Ibu tidak usah masuk kedalam hutan.Kita masih punya pohon ubi kayu yang belum di panen.Kita bisa mengandalkan itu saja Buk."

Mata Kanina terasa panas ketika melihat betapa bijaksana nya anak laki-laki di depan nya.

Tanpa sadar,tangan Kanina terulur ke kepala Nanda dan mengelus rambut kusam nya dengan lembut.

"Putra kebanggan Ibu sudah besar.Sudah mengerti cara mengkhawatirkan keselamatan Ibu nya sendiri.Tapi Nak, jika Ibu tidak pergi maka kita akan kelaparan.Ini sudah mulai akhir dari bulan Agustus."

"Sebentar lagi musim hujan akan tiba,bukan saja kita butuh tempat yang lebih layak.Namun kita juga butuh stok pangan yang banyak.Kita tidak memiliki banyak pohon Ubi."

"Lagi pula ,Kakak dan Adik mu masih butuh makan nasi supaya mereka sehat dan Lue bertumbuh dengan baik."

Kanina memberi pengertian yang nyata bagi Nanda.

Nanda menunduk begitu mendengar penjelasan Sang Ibu.

Ibu nya benar.

Amara masih sakit,dan Lue terlalu kecil untuk memkan Ubi kayu setiap hari.Lagi pula seperti yang dikatakan oleh Ibu,mereka tidak memiliki cukup Ubi untuk bertahan melewati musim hujan ini.

Karna alasan Geografis, Desa Makmur akan melewati musim hujan dari awal September hingga akhir Januari lebih ekstrim dari musim hujan yang dialami oleh Desa-desa lain.

Oleh karna itu,masyarakat yang ada di Desa dan sekitarnya selalu memiliki kebiasaan menimbun bahan makanan mereka,karna hujan yang mereka hadapi selalu lebat,dan terkadang sangat jarang melihat sinar matahari.

"Kalau begitu,bolehkah aku menemani Ibu? Aku tidak akan tenang jika Ibu pergi sendirian."

Nanda mengutarakan keinginan nya.

"Jika kita pergi bersama,lalu siapa yang akan menjaga Kakak dan Adik mu?"

Pertanyaan Kanina membungkam Nanda.

Kepala nya tertunduk dalam.Jika mereka meninggalkan Amara dan Lue berdua saja.Mereka khawatir kedua nya akan diganggu sampai mati oleh keluarga Paman kedua nya.

Tiba-tiba seseorang melintas di kepala kecil Nanda.

Dia mengangkat wajah nya dan mata nya yang berbinar tampak cerah seketika.

"Bagaimana kalau kita menitipkan Kakak dan Lue pada Nenek Darsim,Buk? Disana juga akan ada Paman Ben,jadi tidak ada yang akan berani mengganggu Kakak dan Lue."

Kening Kanina sedikit berkerut ketika dia mencoba mengingat siapa Nenek Darsim dan Paman Ben yang di sebut Putra nya.

Seketika penampilan wanita tua kurus dan heroik muncul di benak Kanina.Nenek Darsim adalah seorang janda dari seorang mantan Tentara yang gugur di medan perang.

Dia memiliki seorang Putra bernama Ben.

Nenek Darsim memilih tidak menikah lagi,setelah suami nya meninggal.Dia memilih membesarkan Putra semata wayang nya sendirian.

Dia merupakan satu dari sedikit orang yang selalu membantu Kanina, jika Rehan sudah keterlaluan dalam hal memukuli nya.

Belum lagi Ibu mertua dan Ipar nya yang suka menganiaya Kanina.

Nenek Darsim akan melindungi Kanina,sehingga Kanina dapat terus hidup hingga hari ini.

Tetapi Putra Nenek Darsim selalu menatap Kanina dan anak-anak nya dengan tidak ramah.Apalagi Putra Nenek Darsim terkenal sangat pendiam,jadi Kanina tidak terlalu memiliki kesan terhadap nya.

"Tetapi jika Nenek Darsim tidak mau,bagaimana??"

Kanina tidak terlalu yakin dengan ide ini.

"Tidak akan.Percaya pada ku Buk.Nenek Darsim itu orang yang baik,Paman Ben juga.Pokok nya aku akan bertanya kepada Nenek Darsim."

Nanda sudah akan berlari kerumah Nenek Darsim,ketika Kanina menghentikan nya.

"Tunggu nanda.Kau dirumah saja,siapkan perbekalan kita,.Biar Ibu yang berbicara kepada Nenek Darsim."

Kanina tidak ingin dianggap tidak sopan dan tidak tau aturan jika Nanda yang pergi meminta tolong kepada Nenek Darsim.

Terlebih lagi Ben tidak pernah menyukai nya dan anak -anak nya.

"Baik Buk."

Nanda mengangguk dengan penuh semangat.

Kanina juga segera pergi menuju rumah Nenek Darsim yang ada di ujung desa.

Sesampainya Kanina disana,dia melihat Putra semata wayang Nenek Darsim di halaman sedang membelah kayu.

Ehem

Kanina berdehem dengan canggung demi menarik perhatian Ben dari kayu yang dibelah nya.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Bibi Darsim."

Kanina nyaris tersedak saat melihat raut wajah tidak bersahabat dari pria lajang itu.

"Saya..."

"Kau habis dipukuli oleh suami mu lagi?? Hebat juga,tidak mati."

"Ibu ku ada di dalam."

Usai berkata begitu,Ben kembali melanjutkan pekerjaan nya yang sempat terhenti, membelah kayu.

Kanina benar-benar memahaminya sekarang,kenapa di ingatan lama milik 'Kanina', Kanina tidak terlalu menyukai Ben.Ternyata memang mulut nya sangat pedas.

Meskipun sangat canggung,tetapi pada akhirnya Kanina memutuskan masuk ke dalam rumah Nenek Darsim.

"Percuma saja tampan.Pantas saja hingga saat ini dia masih melajang,mulut lemas seperti itu.Siapa yang tahan?"

Mulut Kanina berkomat kamit lirih.

Segera dia melihat Nenek Darsim yang tengah sibuk mengeringkan buah Nangka di halaman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!