Rahim Untuk Mantan Kakak Iparku

Rahim Untuk Mantan Kakak Iparku

Ajakan Selingkuh

"Ini gara-gara kamu mas aku jadi malu di hadapan teman-teman kantorku." Ucap seorang wanita berpakaian kerja super ketat dan make up menor ala penyanyi hajatan bernama Nadya Anindya.

"Kenapa harus malu Nadya, aku diPHK bukan karena melakukan kesalahan. Tapi perusahaan tempatku bekerja sudah bangkrut." Teriak seorang pria dewasa.

"Mas, aku dulu mau kamu ajak menikah karena profesimu sebagai manager perusahaan besar. Sebanding denganku yang seorang sekretaris." Sahut Nadya.

"Jadi kamu tidak tulus mencintaiku? Apa 7 tahun kebersamaan kita tidak membuatmu mengingat betapa aku sudah banyak berkorban untukmu." Ucapan penuh kekecewaan pria tampan bernama Gibran Kavi Mahendra suami Nadya.

"Pengorbanan apa yang sedang ingin kamu ungkit mas? Membelikan aku rumah mewah ini? Mobil? Bukankah itu memang sudah menjadi kewajibanmu sebagai seorang suami. Lagi pula selama 5 tahun, aku terus dicecar sana sini kenapa belum juga punya anak. Jadi anggap saja pengorbananmu itu setara dengan rasa malu yang aku alami."

"Masalah anak, bukankah aku tidak pernah menuntutmu untuk hamil Nadya. Dan kita juga sudah memeriksakan diri ke Dokter. Kita sehat, hanya belum waktunya saja. Mungkin karena kita tidak memiliki quality time karena sama-sama sibuk." Ucap Gibran menyanggah omongan istrinya.

"MASALAHNYA AKU TIDAK PERNAH PUAS, KAMU TERLALU LEMAH." Teriak Nadya.

"Apa maksud kamu, aku terlalu lemah? Jangan mencari kambing hitam Nad. Aku selalu berusaha menuruti gairah sexmu yang kelewat liar. Kamu yang hyper, jadi jangan salahkan aku karena aku normal." Jawab Gibran mulai tersulut emosi.

"Bukan karena aku hyper, tapi kamu yang letoy tidak bisa bertahan lama. Dasar suami impoten."

"Bagaimana aku bisa hamil, jika kamu saja tidak bisa memberiku kepuasan. Sudahlah, intinya jangan pernah datang menjemputku lagi. Jangan mengaku kalau mas adalah suamiku, sampai mas mendapat pekerjaan layak yang setara denganku." Ucap Nadya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Pertengkaran yang akhir-akhir ini kerap terjadi setelah Gibran diPHK.

Gibran seorang pria pekerja keras yang terlahir sebagai yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan maut saat dia kecil. Gibran sekolah dari SD hingga kuliah dari beasiswa dan membantu tetangga menjajakan dagangannya keliling kampung.

Saat kuliah Gibran jatuh cinta pandangan pertama dengan Nadya sang mahasiswi populer. Tapi cintanya ditolak.

Hingga suatu saat Nadya yang butuh kecerdasan Gibran lantas memanfaatkan ketulusan cinta pria itu. Menerimanya sebagai seorang kekasih dengan syarat. Gibran harus membantunya menyelesaikan seluruh tugas kuliah bahkan skripsi Nadya. Tanpa Gibran sadari dirinya hanya dijadikan bahan taruhan seorang Nadya. Sampai ketika Gibran diterima kerja sebagai seorang manager perusahan besar.

"Baiklah aku mau menikah denganmu asal kamu bisa membelikan rumah dan juga mobil mewah untukku. Karena aku tidak suka hidup melarat, kamu harus memenuhi kebutuhan hidupku yang tinggi. Dan tidak melarangku terus bekerja sebagai sekretaris." Ucap Nadya saat Gibran melamarnya. Tanpa berfikir panjang, Gibran menyanggupi seluruh syarat yang diajukan Nadya.

Gibran sangat mencintai Nadya dengan tulus, tapi Nadya hanya mencintai uang dan jabatan yang dimiliki Gibran saat itu. Dan yah, Nadya memiliki kelainan orientasi seksual. Tanpa Gibran tahu jika istrinya itu sering berhubungan dengan pimpinan di perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan alasan Nadya belum juga hamil, karena dia memasang kontra sepsi.

Nadya tidak ingin hamil anak dari pria yang tidak dicintainya. Ada alasan lain mengapa Nadya menerima Gibran sebagai seorang suami. Bukan sekedar taruhan atau karena gengsi, tapi lebih dari itu.

Gibran menatap sendu pintu kamar mandi yang dibanting oleh istrinya. Sehina itukah dirinya di mata wanita yang teramat dicintainya itu.

"Nad, bisakah kamu kalau kerja pulang lebih awal?" Tanya Gibran melihat istrinya telah selesai mandi.

"Kenapa kamu mengaturku mas, aku itu kerja bukan keluyuran seperti yang sedang kamu pikir tentangku. Kalau bukan aku yang memenuhi kebutuhan hidup kita, lalu siapa? Apa kamu mampu?" Ucap Nadya menatap suaminya dengan tatapan meremehkan.

"Sudahlah aku capek, mau tidur. Jangan ganggu aku." Ucap Nadya.

"Tapi, aku belum makan malam Nad. Tidak kah kamu berniat melakukan tugasmu sebagai seorang istri?" Tanya Gibran dengan suara lirih.

"Minta saja sama Bik Narti, jangan manja jadi laki-laki." Jawab Nadya ketus kemudian membungkus tubuhnya dengan selimut hingga leher.

Dengan langkah gontai, Gibran keluar dari kamar menuju ruang makan. Pembantu di rumahnya tentu saja sudah tidur sejak tadi, karena sekarang sudah jam 11 malam.

"Semua makanan ini sudah dingin, tidak enak lagi untuk dimakan. Sebaiknya aku buat mie instan saja buat pengganjal perutku malam ini." Ucap Gibran tanpa semangat.

Di sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari kediaman Gibran, suasana dapur pagi buta ini sudah tercium aroma wangi masakan. Siapa yang tengah memasak, kalau bukan Freya Zalika Adifa pelakunya. Kebiasaan mahasiswi semester akhir yang sudah bangun dan melakukan banyak pekerjaan rumah sebelum dia berangkat kuliah. Sebagai bentuk balas budinya.

Freya tinggal bersama dengan Paman kandungnya, kakak dari almarhum Mamanya. Tapi di rumah yang sebenarnya adalah miliknya itu, Freya tidak diperlakukan layaknya seorang keluarga, melainkan lebih seperti pembantu. Freya harus memasak, membersihkan rumah, mencuci baju dan wajib mencukupi kebutuhan rumah. Jadi setiap jam 4 pagi, Freya sudah mulai mengerjakan semuanya.

Tepat pukul 6, Budhenya atau istri Pamannya baru bangun tidur. Lalu langsung mengecek semua pekerjaan rumah yang menjadi tugas Freya.

"Bagus, kamu harus rajin seperti ini setiap harinya untuk selamanya jika tetap ingin tinggal di rumah ini. Nanti sebelum berangkat kuliah mampir ke rumah Kakakmu, dan berikan sebagian masakan ini."

"Maksudnya bagaimana Budhe?" Tanya Freya.

"Ambil rantang, dan berikan makanan ini pada Nadya dan suaminya. Kasihan Kakakmu jarang sarapan pagi karena selama ini sering kecapekan. Contoh Kakakmu itu, lulus kuliah langsung kerja sebagai seorang sekretaris. Setelah kamu lulus kuliah, kamu harus bekerja dan gajimu untuk memenuhi semua kebutuhan rumah ini."

"Maaf Budhe jika aku menyela, tapi Kak Nadya tidak pernah memberikan gajinya untuk Budhe. Tidak pernah membelikan kebutuhan dapur ini. Kenapa harus aku semua yang mengeluarkan uang? Sedangkan Paman sudah bekerja di Perusahaan peninggalan Papaku?" Tanya Freya dengan nada sedih.

"Kenapa kamu ungkit semua itu Freya, perusahaan itu bukan milikmu!"

"Kenapa bukan milikku, sedangkan aku adalah ahli waris orang tuaku. Setidaknya kalau Paman sudah mengelolanya, maka untuk memberikan uang dapur. Aku capek Budhe, tiap pulang kuliah harus kerja part time demi bisa membelikan semua yang Budhe minta." Ucap Freya mengeluh.

"Tidak tahu diri, kalau bukan karena Pamanmu, perusahaanmu sudah bangkrut."

"Dan kalau bukan kami yang menampungmu, kamu sudah menjadi gelandangan setelah kedua orang tuamu meninggal. Sudah, jangan banyak bicara lagi. Cepat siapkan sarapan untuk kami dan pergilah ke rumah Kakakmu. Jangan makan ini, nanti habis. Kamu beli saja sarapan di jalanan, ingat pakai uangmu sendiri." Ucap Budhe Ruhama dengan teganya.

Hanya bisa menghela nafas, Freya berjanji dalam hati dia harus menjadi orang sukses dan berkuasa. Sehingga dia bisa mengambil alih semua yang semestinya adalah miliknya. Setelah berpakaian rapi, Freya pun berangkat ke rumah Kakak sepupunya sebelum pergi bertemu dosen pembimbing. Ya, Freya sedang mengerjakan skripsi. Tahun ini dia lulus Sarjana.

Tidak butuh waktu lama, karena rumah Kakaknya ada di komplek sebelah hanya perlu memutar jalan.

Tok

Tok

Tok

"Kak Nadya, Kak Gibran, kalian masih di rumah? Aku bawakan makanan untuk sarapan." Ucap Freya dari luar.

Kriet

"Nadya sudah berangkat kerja, bawa masuk saja makanannya dan tolong siapkan dua buah piring."

Freya menatap dalam penuh arti pada pria tampan di hadapannya.

"Kita makan bersama, aku tahu kamu pasti belum makan dari rumah. Dan aku belum makan sejak kemarin." Ucap Gibran menggiring Freya masuk ke dalam rumah.

"Maaf, Kak tapi sebaiknya aku pergi saja sekarang. Takut ada yang melihat, lalu menjadi fitnah."

"Freya, aku tahu bagaimana kehidupanmu saat ini. Ayo buat kesepakatan! Lahirkan anak untukku, maka aku akan mengajakmu keluar dari neraka ini." Ucap Gibran pada Freya.

"Apa Kakak sedang mengajakku menjadi selingkuhan? Apa aku serendah itu di mata Kak Gibran?" Air mata mengalir menyiratkan kesedihan atas harga diri yang diinjak-injak.

Terpopuler

Comments

partini

partini

wah hyper dia ,, langsung to the point aja pak Gibran bikin shock

2025-07-28

0

hidagede1

hidagede1

mampir thor☺️

2025-07-31

0

juwita

juwita

mampir.

2025-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!