"Jadi benar, Nadya selingkuh dariku."
"Sudah lama saya ingin bicara pada Tuan, tapi saya takut Anda tidak percaya. Karena saya tidak ada bukti, dan saat itu Tuan Gibran terlihat sangat mencintai Nyonya." Ucap Bik Narti.
"Berarti aku selama ini jadi suami yang bodoh ya Bik, tidak tahu perilaku istri sendiri."
"Bahkan aku dituduh pria mandul, karena dia yang belum hamil. Aku begitu rendah di mata Nadya apalagi setelah tidak bekerja. Sekarang semua akan segera selesai Bik, do'akan proses perceraian kami berjalan lancar." Ucap Gibran.
"Pasti saya do'akan yang terbaik untuk Tuan, kalau begitu saya permisi ingin beberes juga."
Siang itu, sekitar pukul 2 rumah Gibran sudah mulai dikosongkan. Barang-barang milik Nadya, dikirim oleh Gibran menggunakan jasa pengiriman. Plakat tertulis RUMAH DIJUAL pun sudah terpasang di depan pintu gerbang yang sudah dikunci gembok.
Gibran tiba di apartemen milik Aksa, setelah memblokir nomer Nadya untuk sementara.Dia butuh ketenangan.
Sementara itu, di dalam kantor Nadya terus mendesah menikmati permainan dari seorang pria yang menjadi bosnya di tempat dia bekerja.
"Ahhh... Sayang ini sangat enak..." Racau Nadya kala pria bernama Irvan Kusuma Wijaya itu terus menggali di dalam lubang Nadya.
"Ouhhh... Nadya... Kamu membuatku gila." Ucap Irvan semakin mempercepat gerakannya.
Irvan adalah CEO perusahaan di tempat Nadya bekerja sebagai sekretaris. Irvan baru menggantikan jabatan ayahnya setahun yang lalu setelah dia lulus kuliah di luar negeri. Irvan yang jatuh cinta pada sekretaris ayahnya pun berniat ingin menjadikan Nadya sebagai pendamping hidup. Tapi karena Nadya sudah menikah membuat dia terpaksa jadi selingkuhan.
"Kapan kamu bercerai dengan suamimu?" Tanya Irvan saat ini mereka saling memeluk dengan tubuh polos.
"Secepatnya, lagian siapa yang mau punya suami pengangguran seperti dia."
"Bagus, kamu akan menjadi istri seorang CEO dan aku pastikan kamu menjadi ratu di hatiku." Ucap Ivan terdengar begitu serius, padahal dia menyimpan banyak rahasia.
Aksa bekerja dengan cepat, mobil milik Gibran sudah laku terjual dengan harga yang lumayan bagus. Pembelinya adalah seorang wanita paruh baya dengan penampilan super glamor.
"Kenapa sales mobil itu mengatakan jika mobilnya ada di sini. Hah... Kenapa justru di perusahaan milik suamiku, sebenarnya siapa yang memakai mobil bukan kepunyaannya sendiri."
Dengan angkuh, wanita bernama Nyonya Silvia Wijaya masuk ke perusahaan. Kemudian berhenti di kantor keamanan untuk menanyakan di mana mobil berplat nopol B xxx S diparkirkan, dan siapa yang membawanya.
"Maaf Nyonya, mobil ini milik sekretaris Tuan Irvan." Jawab Satpam.
"Baiklah, akan aku temui langsung sekretaris Putraku." Jawab Nyonya Silvia.
Sedangkan Irvan dan Nadya yang tidak tahu jika istri pemilik perusahaan akan datang, melakukan kegiatan mesum ronde kedua di atas meja. Nadya terlentang dengan kaki yang menggantung dan mengangkang, sementara Irvan hanya membuka resleting celananya.
"Ouuhhh... sayangghhh...Ahhh..." Jerit Nadya saat dia merasakan kembali pelepasan. Bersamaan dengan pintu yang terbuka.
"APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN IRVAN?" Teriak Nyonya Silvia terkejut melihat kelakuan putra yang dibanggakannya.
"Mama, kapan datang kenapa tidak bilang dulu padaku." Ucap Irvan enteng sambil merapikan kembali celananya.
"Kenapa kalau Mama datang tiba-tiba, dan siapa perempuan sundal ini. Kenapa kamu berhubungan intim sebelum menikah?" Sinis Nyonya Silvia.
"Ah iya lupa, kenalkan dia Nadya sekretaris sekaligus kekasihku. Dan Nad, kenalkan dia calon mertuamu."
"Jadi ini wanita tidak tahu diri yang memakai mobil orang tanpa ijin. Mana kunci mobilnya, karena mobil itu sudah saya beli dari sales showroom mobil milik teman suami saya." Ucapan Nyonya Silvia membuat Nadya terkejut.
"Maksudnya apa Nyonya? Mobil ini jelas milik saya, yang dibelikan oleh suami saya." Jawab Nadya.
"Jadi kamu wanita bersuami, dasar gila, perempuan murahan, jalang, sundal, kamu sengaja menjerat Putra saya. Irvan, usir perempuan sialan ini sebelum Mama bocorkan kelakuanmu hari ini pada Papa. Kamu tahu kan konsekuensinya." Ancam Nyonya Silvia.
"Nadya, kamu keluar dulu ya sayang. Biar aku yang akan menjelaskan pada Mama. Dan tentang mobil, berikan kuncinya pada Mamaku. Nanti ketika kita sudah menikah, akan ku belikan mobil baru." Ucap Irvan merayu Nadya supaya tidak marah dan tersinggung dengan semua ucapan kasar dari Mamanya.
"Hmmm... Baiklah aku keluar dulu."
Dengan perasaan dongkol mendengar hinaan dari calon mertuanya yang baru. Nadya keluar menuju toilet kantor. Baru saja masuk, ponselnya berdering nyaring membuat Nadya semakin kesal.
"Huh... Siapa sih yang mengganggu. Hari ini aku sangat sial." Kemudian dia menekan tombol hijau.
"Halo...ada apa sih Mama telepon?" Suara jutek Nadia terdengar.
"Apa kamu punya masalah dengan suami kamu itu? Dia mengirimkan semua baju dan barangmu ke rumah Mama." Ucap Mamanya Nadya.
"Masalah kami banyak, dan Mama sudah tahu itu jadi jangan bertanya lagi. Aku malas membicarakan pria pengangguran tidak berguna itu. Dia juga sudah menjual mobil yang biasa aku pakai kerja."
"APA? KURANG AJAR! Sekarang kamu cepat pulang, kita harus pergi temui dia. Tanyakan apa maksudnya." Ucap Budhe Ruhama, Mamanya Nadya.
"Baiklah, aku juga sudah tidak mood kerja hari ini. Benar-benar hari sial." Gerutu Nadya.
Nadya bergegas kembali ke mejanya, menghiraukan perdebatan bosnya dengan Mamanya. Kemudian mengambil tas, tanpa pamit.
Sementara itu Gibran sedang menghubungi Freya, dia ingin mengatakan keseriusannya. Bukan sekedar keinginan sesaat semata.
"Freya, bisakah kita bertemu. Ada hal yang ingin aku bicarakan empat mata denganmu." Ucap Gibran.
"Apa lagi yang ingin Kakak bicarakan, jika masih tentang niat itu maaf aku tidak mau." Ucap Freya dengan suara dingin.
"Datanglah dulu ke alamat yang akan aku kirim, percayalah ini yang terbaik untuk kita berdua." Ucap Gibran mencoba meyakinkan Freya.
"Baiklah, tunggu aku jam 7 malam. Hari ini aku akan bicara pada bosku untuk ijin pulang lebih awal." Jawab Freya.
"Terima kasih, aku menunggu kedatanganmu. Tolong jangan ingkar." Pesan Gibran.
Tepat pukul 7 malam, Freya datang sendirian ke apartemen milik Aksa yang ditempati oleh Gibran.
Setelah masuk ke dalam, dengan wajah datar Freya berkata lantang. "Jadi, katakan apa tujuan Kakak memanggilku. Jangan basa basi lagi."
"Ayo kita menikah, aku sudah mengurus surat perceraianku dengan Nadya. Ternyata dia selama ini menyelingkuhiku."
"Ini bukan perkara Nadya belum hamil, tapi ini tentang harga diriku sebagai seorang lelaki yang difitnah kesuburannya di depan keluarganya. Aku ingin membuktikan jika aku tidak mandul, karena aku akan segera menghamilimu setelah kita menikah. Dan aku janji akan menolongmu merebut kembali yang menjadi milikmu. Percayalah, kita akan hidup bahagia."
"Kamu boleh tidak percaya, tapi sebenarnya aku telah lama memiliki ketertarikan terhadapmu. Maaf kamu bukan selingkuhan, aku yang salah menaruh rasa sedangkan aku suami Kakakmu." Kalimat jujur dari Gibran membuat Freya menatap tak percaya. Ada rasa getir dirinya dicintai suami orang, tapi ada bahagia yang terselip jauh di lubuk hatinya.
"Asal kamu tahu, aku sudah menjual mobil yang selama ini dipakai oleh Nadya pergi kerja. Bahkan rumah mewah itupun sudah aku minta temanku untuk menjualnya. Dan sementara aku tinggal di sini, hanya kamu yang tahu alamat ini selain pemilik apartemen. Setelah kita menikah, aku berjanji akan mencintaimu dengan setulus hatiku."
"Aku akan bekerja keras, dan membuat kita memiliki kekuasaan untuk merebut kembali yang kita miliki. Percayalah Freya, aku tidak menjadikanmu selingkuhan atau pelampiasan seperti pemikiranmu. Karena sebenarnya aku sudah lama kehilangan rasa terhadap kakakmu. Tidak ada debaran di jantungku untuk Nadya, justru aku selalu berdebar saat memandang wajahmu." Ucap Gibran.
Freya tidak tahu harus berkata apa, dia takut untuk jujur. Karena jauh sebelum Gibran menikahi Nadya, Freya lebih dulu mencintainya. Cinta sepihak dalam diam yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Mungkin Gibran lupa, jika sebenarnya mereka pernah bertemu sebelum Gibran mendekati Nadya saat mereka kuliah. Mungkin juga Nadya tahu sesuatu.
"Baiklah, aku mau menikah dengan Kak Gibran. Tapi tunggu status Kakak resmi bercerai, karena aku tidak mau dinikahi secara siri. Dan pernikahan itu harus dirahasiakan dulu sampai aku selesai wisuda. Baru setelahnya kita susun rencana, bagaimana caranya mengambil hak kita. Sebelum itu terjadi, aku harap Kak Gibran bisa menahan diri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
juwita
apa lg di cap sebagai pelakor. akn imbas smnpe ke anak cucu
2025-07-29
0
Retno Palupi
benar fre jgn mau jd simpanan
2025-07-28
0