Bab 4. Memutuskan Pergi

Sampai di rumahnya, Aisyah langsung masuk ke kamar. Tubuhnya luruh ke lantai. Tangisnya kembali pecah. Dia menangis bukan saja karena putusnya hubungan dengan kekasihnya. Tapi, dia menangisi kebodohannya karena selama ini telah mencintai lelaki yang salah.

"Tuhan, terima kasih karena sudah pernah menitipkan rasa yang begitu luar biasa pada saya untuk seseorang. Setidaknya saya pernah menemukan sosok yang membuat saya mencintainya dengan rasa yang begitu dalam. Dia, laki-laki yang mengajarkan saya titik tertinggi mencintai yaitu dengan mengikhlaskan. Dia membuat saya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Dia laki-laki yang saya cintai dengan tiba-tiba dan mengikhlaskan secara terpaksa," ucap Aisyah. Dia menghapus air matanya yang jatuh membasahi pipi.

Aisyah lalu mengambil gawainya. Menghubungi seseorang. Dia meminta orang itu untuk mencarikan pembeli rumahnya. Dia tak mau lagi kembali ke kota ini. Ingin memulai kehidupan yang baru di kota lain.

Setelah itu Aisyah mengambil tas koper. Memasukan semua barang berharga dan juga pakaian secukupnya saja. Dia tak mau banyak membawa barang.

"Ayah, Ibu, maafkan aku. Terpaksa aku menjual rumah peninggalan kalian. Aku tak mau kembali ke kota ini lagi. Tapi, percayalah, aku akan tetap datang ke kuburan, tempat istirahat terakhir ayah dan ibu," gumam Aisyah dalam hatinya.

Setelah merasa semua barang yang diperlukan masuk ke dalam koper, Aisyah lalu membasuh wajahnya. Barulah dia tidur.

**

Di tempat lain, Ammar dan ibunya baru sampai di rumah. Begitu duduk di sofa ruang keluarga, wanita itu langsung meluapkan amarahnya.

"Dasar wanita sialan! Jika saja kamu tak mengenalnya, pasti Mama tak akan rugi begini. Itu uang simpanan Mama. Kamu harus menggantinya nanti. Untung kamu tak jadi menikah dengan Aisyah. Apa yang diharapkan dari gadis seperti dirinya. Kamu itu aparat, pantasnya bersanding dengan dokter. Untung dokter Mia mau menerima lamaranmu," ucap Bu Rida.

Ammar menarik napas dalam. Walau dia telah memutuskan hubungan dengan Aisyah dan menerima Mia, tapi dia juga tak bisa terima jika sang mama mengatakan hal yang buruk tentang gadis tersebut.

"Ma, semua surat-surat ketika aku mau masuk militer yang urus Aisyah. Dia juga yang membantu aku saat membutuhkan uang," jawab Ammar.

Jawaban Ammar membuat emosi Bu Rida makin tersulut. Dia lalu menggebrak meja. Membuat pria itu terdiam. Mamanya memang temperamen. Dengan sang papanya saja dia mau berdebat sampai suaminya mengalah.

"Masih saja kau membelanya setelah dia menguras Mama. Untung saat mama mengatakan uang telah diterima sempat merekamnya sebagai barang bukti. Akan Mama katakan jika dia telah memeras kamu!"

"Ma, sudah cukup. Bukankah semua telah berakhir. Aku akan ganti uang Mama. Tapi aku minta waktu. Aku mohon, jangan lagi ada cerita tentang Aisyah. Aku telah memenuhi keinginan Mama untuk menikah dengan Mia, jadi aku mohon, Mama juga jangan ada lagi menyebut nama Aisyah," ujar Ammar.

Setelah mengatakan itu, dia masuk ke kamar. Mengambil gawainya dan menekan nomor Aisyah. Namun, nomornya sudah tak dapat dihubungi. Sepertinya gadis itu telah memblokirnya.

"Aisyah, maafkan aku. Aku memang pecundang seperti yang kau katakan. Semoga suatu hari nanti kita bertemu kembali dalam versi terbaik," gumam Ammar sebelum memejamkan matanya.

**

Pagi harinya, Ammar tak menyantap sarapan yang telah dimasak sang mama. Dia langsung berjalan keluar rumah. Saat akan masuk ke mobil, dia mendengar suara ibunya.

"Ammar, nanti sepulang kerja, jemput Mia di klinik. Kau sudah harus sering pergi jalan agar lebih dekat. Besok malam ada pertemuan keluarga menentukan hari pernikahanmu. Mama harap kamu tak melakukan hal yang membuat malu keluarga!" ucap Bu Rida dengan penuh penekanan.

"Baik, Ma. Aku pergi," jawab Ammar singkat.

Ammar melajukan mobilnya menuju rumah kediaman Aisyah. Dia mau minta maaf atas apa yang Mamanya lakukan tadi malam.

Begitu mobil memasuki halaman rumah Aisyah, pria itu merasakan sesuatu yang berbeda. Padahal dia hampir setiap hari menginjaknya. Hari ini dia merasa asing.

Ammar keluar dari mobil. Berjalan menuju pintu utama rumah itu. Dia terkejut melihat dua tas koper besar di depan pintu. Tanpa mengetuk, pria itu masuk. Dia melihat Aisyah yang sedang memasukan barang-barang miliknya ke kardus. Semua barang itu akan dia berikan pada panti asuhan dan orang yang membutuhkan.

"Kamu mau kemana?" tanya Ammar.

Aisyah yang sedang bekerja menjadi terkejut. Dia menoleh dan melihat Ammar berdiri dengan gagahnya. Dia memang tampan, apa lagi dengan seragam yang dipakainya saat ini.

"Kemana pun aku pergi, itu bukan urusanmu. Keluar lah! Untuk apa kau masih datang lagi?" tanya Aisyah.

Aisyah kembali melanjutkan pekerjaannya. Sedikit lagi semua barang-barang miliknya telah tersusun rapi di dalam kardus.

"Aisyah, maafkan mama. Dia kemarin terbawa emosi."

"Aku sudah memaafkannya. Sekarang kamu bisa pulang. Aku tak mau mamamu melihat. Nanti dikira aku yang meminta kamu datang," ujar Aisyah.

"Aku juga minta maaf. Aku sebenarnya tak ingin membuat kamu sakit hati. Keadaan yang memaksaku begini. Aku tetap menyayangimu," kata Ammar.

Aisyah tertawa mendengar ucapan Ammar. Dia telah menutup hatinya untuk pria itu. Walau pun mungkin akan sulit, tapi dia harus melakukan itu.

"Sayang ...? Jika sayang, kau tak akan melakukan ini. Aku sudah tak percaya lagi dengan omonganmu. Sekarang pergilah. Antara kita sudah tak ada hubungan. Anggap kita tak pernah kenal. Baik di masa dulu, sekarang dan jika ada kehidupan selanjutnya, aku akan tetap mengubur namamu. Aku tak akan mau lagi bertemu kamu dalam keadaan apapun!" seru Aisyah dengan penuh penekanan.

"Aisyah, aku mau hubungan kita tetap baik walau akhirnya tak berjodoh. Bukan begini yang aku mau. Aku ingin kita tetap berteman. Aku harap jangan pergi," ucap Ammar dengan memohon.

Aisyah sudah tak bisa lagi menahan emosinya lagi. Dia lalu mendekati Ammar, dan tanpa di duga, tangannya terangkat dan langsung mendarat di pipi kirinya.

"Ini untuk kesalahanku karena pernah mencintaimu!" seru Aisyah saat menam'par pipi kirinya Ammar.

Ammar terkejut dan memegang pipinya yang terasa panas karena tam'paran wanita itu. Belum hilang rasa terkejutnya, pipi kanannya kembali mendapatkan tam'paran.

"Ini untuk diriku yang bodoh karena telah menyerahkan kesucianku!"

Dada Aisyah tampak turun naik menahan emosi. Dia lalu menunjuk pintu rumahnya.

"Aku minta keluarlah! Sebelum aku melakukan hal yang tak pernah kau duga!"

"Aisyah, kamu boleh menamparku seberapa banyak. Tapi aku mohon jangan pergi. Kamu tak memiliki siapa-siapa. Aku akan merasa semakin bersalah jika terjadi sesuatu denganmu," ucap Ammar.

"Pergi atau aku teriak!" ucap Aisyah dengan suara yang cukup tinggi.

Ammar tak punya pilihan lain, dia akhirnya melangkah pergi. Dengan berat hati dia masuk ke mobil dan meninggalkan halaman rumah itu.

Setelah Ammar menghilang, kembali Aisyah menangis. "Aku pastikan ini air mata terakhir, dimana semua kenangan tentangmu, akan aku hapus perlahan. Pergilah! Semoga kita menjadi lebih baik di kehidupan masing-masing."

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

kasihan Aisyah dia sebagai wanita udah kehilangan kehormatannya sementara si laki" meskipun sering melakukan hubungan badan berkali-kali g akan ketahuan lw dia perjaka apa enggak lw seorang perempuan noda itu akan membekas untuknya.cinta sih boleh tapi menyerahkan hal berharga sebagai wanita itu g boleh karna yg bakalan rugi adalah wanitanya apalagi lw sampai hamil dan g punya suami pasti akan dicap buruk oleh orang

2025-07-29

4

Rahma Inayah

Rahma Inayah

enak bnr ngomg amar klu ktm suatu saat akan bertgur sapa .stlh apa yg km perbuat wajah tnp dosa mau melupakn dgn mudah ..semoga nnt di pernikahm mu.dgn mia akn tdk bqhagia sllu di hantui.rasa bersalh

2025-07-29

1

ken darsihk

ken darsihk

Yang kuat Aisyah benar kata mu jangan lagi ada air mata untuk lelaki mokondo dan tak gentle seperti Ammar
Kamu harus bisa bangkit dari kesakitan yng dia berikan 💪🏼💪🏼

2025-07-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Memutuskan Hubungan
2 Bab 2. Hubungan Berakhir
3 Bab 3. Bertemu dengan Orang Tua Ammar
4 Bab 4. Memutuskan Pergi
5 Bab 5. Meninggalkan Kota Kelahiran
6 Bab 6. Bertemu Kembali
7 Bab 7. Tempat Tinggal Baru
8 Bab 8. Cincin Pertunangan
9 Bab 9. Maaf Pak Alby
10 Bab 10. Minum Kopi Segelas Berdua
11 Bab 11. Akad Nikah
12 Bab 12. Salah Sebut Nama
13 Bab 13. Tuhan, Bantu Aku Untuk Melupakannya
14 Bab 14. Makan Siang
15 Bab 15. Ada apa denganku?
16 Bab 16. Positif Hamil
17 Bab 17. Nama Yang Kau Sebut
18 Bab 18. Di Apartemen Alby
19 Bab 19. Salah Sebut Lagi
20 Bab 20. Sarapan Buatan Alby
21 Bab 21. Apakah Masa Lalu selalu jadi pemenang?
22 Bab 22. Makan Siang Di Rumah Alby
23 Bab 23. Bulan Madu Yang Gagal
24 Bab 24. Mia dan Aisyah
25 Bab 25. Ke Dokter Kandungan
26 Bab 26. Cinta Karena Kasihan
27 Bab 27. Penampilan Baru
28 Bab 28. Menikah Siri
29 Bab 29. Lamaran Diterima
30 Bab 30. Sah
31 Bab 31. Bukan Donatur
32 Bab 32. Sarapan Pagi yang Istimewa
33 Bab 33. Pegangan Hidup
34 Bab 34. Berbohong
35 Bab 35. Menantu Yang Mama Inginkan
36 Bab 36. Aisyah vs Luna
37 Bab 37. Menuju Kota B
38 Bab 38. Bertemu Masa Lalu
39 Bab 39. Ke Makam Ayah dan Ibu
40 Bab 40. Persalinan
41 Bab 41. Zavier Putra Adiwangsa
42 Bab 42. Mirip Ammar
43 Bab 43. Menyiapkan Sarapan Pagi
44 Bab 44. Siapa Aisyah?
45 Bab 45. Tasyakuran Aqiqah Zavier
46 Bab 46. Di Taman
47 Bab 47. Mengetahui Kebenarannya
48 Bab 48. Mengganti Dokter
49 Bab 49. Dokter Reni
50 Bab 50. Apa Maksudmu, Mia?
51 Bab 51. Apa Benar Aisyah Hamil Anakku?
52 Bab 52. Jalan-Jalan Pertama Zavier
53 Bab 53. Bertemu Dokter Mia
54 Bab 54. Mengatakan Siapa Mia
55 Bab 55. Akhirnya Buka Puasa
56 Bab 56. Menjemput Ibu
57 Bab 57. Rencana Ibu
58 Bab 58. Apa Benar Suami Aisyah Seorang CEO?
59 Bab 59. Jejak yang Mulai Terungkap
60 Bab 60. Kejutan Ulang Tahun Aisyah
61 Bab 61. Dia Milikku
62 Bab 62. Luka Hati Mia
63 Bab 63. Pertemuan Alby dan Ammar
64 Bab 64. Alby vs Ammar
65 Bab 65. Masa Lalu Alby
66 Bab 66. Bayangan Masa Lalu
67 Bab 67. Mengatakan Kebenaran
68 Bab 68. Telepon Dari Ammar
69 Bab 69. Janji Bertemu Ammar
70 Bab 70. Bertemu Ammar
71 Bab 71. Ancaman Ammar
72 Bab 72. Pertengkaran Ammar dan Mia
73 Bab 73. Membujuk Mia
74 Bab 74. Menghadap Komandan
75 Bab 75. Hari Yang Berbeda
76 Bab 76. Positif Hamil
77 Bab 77. Pertengkaran Ammar dan Mia
78 Bab 78. Bertemu Aisyah
79 Bab 79. Telepon Dari Dokter Mia
80 Bab 80. Maaf
81 Bab 81. Bab Baru Kehidupan
82 Bab 82. Periksa Kandungan
83 Promo Novel Baru
84 Bab 83. Kedatangan Ammar
85 Bab 84. Kisah Akhir
86 Bab 85. Bonus Chapter
87 Promo Novel Susanti31
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Memutuskan Hubungan
2
Bab 2. Hubungan Berakhir
3
Bab 3. Bertemu dengan Orang Tua Ammar
4
Bab 4. Memutuskan Pergi
5
Bab 5. Meninggalkan Kota Kelahiran
6
Bab 6. Bertemu Kembali
7
Bab 7. Tempat Tinggal Baru
8
Bab 8. Cincin Pertunangan
9
Bab 9. Maaf Pak Alby
10
Bab 10. Minum Kopi Segelas Berdua
11
Bab 11. Akad Nikah
12
Bab 12. Salah Sebut Nama
13
Bab 13. Tuhan, Bantu Aku Untuk Melupakannya
14
Bab 14. Makan Siang
15
Bab 15. Ada apa denganku?
16
Bab 16. Positif Hamil
17
Bab 17. Nama Yang Kau Sebut
18
Bab 18. Di Apartemen Alby
19
Bab 19. Salah Sebut Lagi
20
Bab 20. Sarapan Buatan Alby
21
Bab 21. Apakah Masa Lalu selalu jadi pemenang?
22
Bab 22. Makan Siang Di Rumah Alby
23
Bab 23. Bulan Madu Yang Gagal
24
Bab 24. Mia dan Aisyah
25
Bab 25. Ke Dokter Kandungan
26
Bab 26. Cinta Karena Kasihan
27
Bab 27. Penampilan Baru
28
Bab 28. Menikah Siri
29
Bab 29. Lamaran Diterima
30
Bab 30. Sah
31
Bab 31. Bukan Donatur
32
Bab 32. Sarapan Pagi yang Istimewa
33
Bab 33. Pegangan Hidup
34
Bab 34. Berbohong
35
Bab 35. Menantu Yang Mama Inginkan
36
Bab 36. Aisyah vs Luna
37
Bab 37. Menuju Kota B
38
Bab 38. Bertemu Masa Lalu
39
Bab 39. Ke Makam Ayah dan Ibu
40
Bab 40. Persalinan
41
Bab 41. Zavier Putra Adiwangsa
42
Bab 42. Mirip Ammar
43
Bab 43. Menyiapkan Sarapan Pagi
44
Bab 44. Siapa Aisyah?
45
Bab 45. Tasyakuran Aqiqah Zavier
46
Bab 46. Di Taman
47
Bab 47. Mengetahui Kebenarannya
48
Bab 48. Mengganti Dokter
49
Bab 49. Dokter Reni
50
Bab 50. Apa Maksudmu, Mia?
51
Bab 51. Apa Benar Aisyah Hamil Anakku?
52
Bab 52. Jalan-Jalan Pertama Zavier
53
Bab 53. Bertemu Dokter Mia
54
Bab 54. Mengatakan Siapa Mia
55
Bab 55. Akhirnya Buka Puasa
56
Bab 56. Menjemput Ibu
57
Bab 57. Rencana Ibu
58
Bab 58. Apa Benar Suami Aisyah Seorang CEO?
59
Bab 59. Jejak yang Mulai Terungkap
60
Bab 60. Kejutan Ulang Tahun Aisyah
61
Bab 61. Dia Milikku
62
Bab 62. Luka Hati Mia
63
Bab 63. Pertemuan Alby dan Ammar
64
Bab 64. Alby vs Ammar
65
Bab 65. Masa Lalu Alby
66
Bab 66. Bayangan Masa Lalu
67
Bab 67. Mengatakan Kebenaran
68
Bab 68. Telepon Dari Ammar
69
Bab 69. Janji Bertemu Ammar
70
Bab 70. Bertemu Ammar
71
Bab 71. Ancaman Ammar
72
Bab 72. Pertengkaran Ammar dan Mia
73
Bab 73. Membujuk Mia
74
Bab 74. Menghadap Komandan
75
Bab 75. Hari Yang Berbeda
76
Bab 76. Positif Hamil
77
Bab 77. Pertengkaran Ammar dan Mia
78
Bab 78. Bertemu Aisyah
79
Bab 79. Telepon Dari Dokter Mia
80
Bab 80. Maaf
81
Bab 81. Bab Baru Kehidupan
82
Bab 82. Periksa Kandungan
83
Promo Novel Baru
84
Bab 83. Kedatangan Ammar
85
Bab 84. Kisah Akhir
86
Bab 85. Bonus Chapter
87
Promo Novel Susanti31

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!