Bab 2. Hubungan Berakhir

Aisyah tersenyum simpul mendengar ucapan Ammar. Dia berpikir jika kekasihnya itu pastilah sedang bercanda. Mereka telah lama merencanakan pertunangan. Hubungan mereka juga bukanlah sesaat, telah enam tahun mereka menjadi pasangan kekasih.

Hubungan yang mereka jalin juga sudah sangat dekat. Mereka sudah beberapa kali melakukan hubungan suami istri. Awalnya Aisyah tidak mau melakukan itu, tapi Ammar memaksa dengan rayuan, jika mereka juga akan menikah.

"Jangan bercanda, Ammar. Nanti, bisa jadi benar," ucap Aisyah. Dia tampak menarik napas. Mencoba melupakan ucapan Ammar. Kembali menyuapi makanan walau pikirannya masih saja teringat dengan ucapan kekasihnya itu.

"Aku tak bercanda, Aisyah. Aku ingin hubungan kita berakhir. Aku tak bisa lagi meneruskan hubungan ini," ucap Ammar.

Aisyah meletakan sendok makannya. Dia menatap Ammar dengan mata tajam. Tak pernah dia bayangkan jika hubungan mereka akan berakhir. Apa lagi dia sudah menyerahkan segalanya untuk sang kekasih.

"Berikan aku satu alasan yang paling masuk akal," ucap Aisyah. Suaranya terdengar parau karena menahan air mata. Tak ingin terlihat rapuh di depan pria itu.

Ammar memainkan sendok di piringnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Aisyah jadi tersenyum sinis melihat pria itu. Dia pasti sedang memikirkan alasan yang tepat.

"Aku tak punya alasan yang tepat. Yang aku tau hubungan kita harus berakhir. Terlalu banyak alasan, jadi aku tak tau harus mengatakan yang mana," jawab Ammar.

"Aku minta kamu menyebutkan salah satu saja. Jangan takut, Ammar. Aku tak akan memohon agar hubungan kita tetap berjalan. Jika kamu memiliki banyak alasan, jadi tak akan sulit bagimu mengatakan satu saja alasan yang paling utama!"

Kembali Ammar menarik napas dalam. Sepertinya berat untuk mengatakan alasan yang tepat. Dia mencoba meraih tangan gadis itu, tapi Aisyah menolak. Dia menarik tangannya.

"Aisyah, aku tau ini pasti berat bagimu. Aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku tu ak bisa meneruskan karena kita tak akan bisa juga menikah. Dalam lembaga militer, kami tidak diizinkan menikah dengan wanita yang sudah tak gadis lagi."

Ammar menjawab dengan pelan. Sepertinya takut salah dengan ucapannya itu. Entah memang menjaga perasaan Aisyah atau untuk keamanan dirinya.

Namun, ucapan Ammar yang pelan itu bagai suara petir menggelegar di telinga sang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi mantan.

"Jika kamu tau itu tak dibolehin, kenapa kamu merenggut kesucian ku?" tanya Aisyah dengan penuh penekanan.

Ammar tak bisa menjawab pertanyaan Aisyah. Sebenarnya itu bukan alasan utama. Dia telah dijodohkan dengan seorang dokter. Dan Ammar berpikir, memang dia lebih pantas memiliki seorang istri dokter. Kalau Aisyah hanya orang biasa.

(Sebenarnya saat ini tes keperawanan untuk calon istri lembaga militer sudah tidak berlaku. Lembaga telah menghapus tes keperawanan baik untuk calon prajurit wanita maupun calon istri dari anggota. Lembaga militer menganggap tes ini tidak relevan dan mendiskriminasi perempuan. 

Penghapusan tes keperawanan ini merupakan langkah penting untuk menghormati hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Tes kesehatan untuk calon istri militer sekarang difokuskan pada aspek kesehatan yang relevan, seperti kesehatan reproduksi pada umumnya, bukan pada keutuhan selaput dara. Sumber : Google)

"Maaf, Aisyah. Aku khilaf. Aku mengaku salah. Tapi, semua sudah terlanjur terjadi. Tak bisa dikembalikan lagi."

Aisyah tak bisa lagi menahan emosinya. Dia menggebrak meja. Sehingga makanan sedikit berserakan. Beberapa pasang mata memandangi mereka.

"Alasan klise. Khilaf. Apa kamu lupa dengan semua janjimu. Apa kamu lupa siapa yang membantu kamu hingga sampai begini?" tanya Aisyah.

"Aisyah, aku mohon. Jaga emosimu. Aku takut ada yang melihat. Aku tak mau nama baikku jelek hanya karena perbuatanmu ini!" seru Ammar yang mulai tersulut emosi.

"Nama baik? Apa kamu pikir, cuma kamu yang punya nama baik."

Ammar tampak menarik rambutnya frustasi. Dia tak boleh terbawa emosi. Takut ada seseorang yang mengambil video mereka dan mengirim ke sosial media. Bisa viral dan karirnya akan terancam.

"Aisyah, sekali lagi aku minta maaf. Aku akan melakukan apa saja agar kamu memaafkan aku. Kita memang tak mungkin bersama. Kedua orang tuaku juga tak merestui. Mereka menginginkan aku menikah dengan seorang dokter. Biar setara," ucap Ammar akhirnya.

Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia paham sekarang. Pantas Ammar tak pernah mengajaknya lagi ke rumah. Jadi kedua orang tuanya tak merestui hubungan mereka karena anaknya telah menjadi aparat negara.

"Sekarang aku paham alasan sebenarnya kamu membatalkan pertunangan kita. Aku terima semuanya. Mulai detik ini kita tak ada hubungan lagi. Kita putus. Jika kamu memiliki banyak alasan untuk putus, aku cuma ada satu. Itu karena kamu hanyalah seorang pecundang!" seru Aisyah.

Ammar tak bisa terima atas ucapan wanita itu. Dia mengepalkan tangannya menahan emosi. Wajahnya memerah dengan rahang mengeras. Aisyah yang melihat itu hanya tersenyum miring.

"Kenapa? Tak terima dikatakan pecundang?" tanya Aisyah. Dia sudah tak takut lagi mengatakan semuanya. Dulu dia akan mencoba menahan ucapannya agar pria itu tak sakit hati. Sekarang dia tak mau lagi. Bukankah hubungan mereka telah berakhir.

"Aku harap kamu tak membuat sesuatu yang akan merusak nama baikku, dan juga karirku," ucap Ammar.

"Menyebut namamu saja, aku tak akan mau. Jadi jangan takut, aku juga masih punya harga diri. Jika aku menjelekan kamu, itu sama saja aku memercik air di dulang. Aku juga akan basah. Kita lupakan semua. Anggap saja kita tak pernah kenal. Mengenalmu, dekat denganmu, hingga mencintaimu, adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Semoga kita tak akan pernah bertemu dalam keadaan apa pun," ucap Aisyah.

Aisyah berdiri dari duduknya. Dia merasa sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Semua telah berakhir.

Lain halnya dengan Ammar. Dia merasa sakit hati saat Aisyah mengatakan jika mencintai dirinya adalah kesalahan terbesar.

Aisyah melangkah pergi. Baru beberapa langkah dia kembali ke meja itu lagi. Ammar tersenyum. Dia pikir, Aisyah akan menangis memohon padanya.

"Aku lupa, tolong kembalikan uangku yang lima puluh juta. Uang lainnya, yang pernah kau pinjam, aku anggap sedekah saja. Nomor rekeningku masih sama. Kau bisa kirim ke sana. Aku tunggu!' seru Aisyah.

Setelah mengatakan itu, dia kembali melangkahkan kakinya. Dia tak mau menoleh kebelakang lagi. Biarlah semua tinggal kenangan. Walau pasti tak akan mudah baginya, tapi dia harus berusaha.

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

wahhhhh Yo jangan di sedekahin Ais aduh ayo ditotal semua ato paling tidak itu sita mobilnya biar balik modal sekalian dong lapor komandannya biar habis dia enak betul

2025-07-28

1

Ari Atik

Ari Atik

woowww sini kamu amar tk potong burung perkututmu dn tk mungkin bisa di kembalikn,seperti halnya kesucian aisyah yg kau renggut dn tk bisa kau kembalikn.....

enak bener bener mulut pecundangmu,ngomong khilaf dn tk bisa di kembalikn....
semoga perjantanmu tk berfungsi biar tau rasa..../Panic//Panic//Curse//Curse/

emosi aq....

2025-07-29

0

Nadine Zahra

Nadine Zahra

kok seperti kisah hidupq sih thoor😭,

2025-07-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!