UP • 2

Rayan masih berlutut di lantai. Tiba-tiba terdengar suara.
?
?
Rayan.
Suaranya berasal dari ruangan jauh. Tapi bisa terdengar langsung ditelinganya.
Itu karena kekuatan salah satu tuannya. Sang pengendali angin.
Rayan buru-buru berdiri.
Ia berlari keluar kamar, melewati lorong panjang dan sunyi yang seolah memerhatikannya.
Karena sepinya lorong itu, tiap langkahnya jadi terdengar berisik.
Dia berjalan cepat. Karena ada aturan tak boleh berlari di lorong.
Aturan yang dibuat untuk menjaga ketenangan di rumah ini.
Tapi itu sangat tak cocok dengan Rayan yang selalu harus datang cepat saat dipanggil.
Seperti saat ini.
Nafasnya terengah tapi tetap menjaga kecepatan menuju ruang utama.
Tempat di mana para tuannya sedang menunggunya.
Rayan
Rayan
Tolong...
Rayan
Rayan
Kumohon...
Rayan
Rayan
Aku harus lebih cepat...
Rayan
Rayan
Mereka akan marah jika aku terlambat...
.
.
Saat pintu berat itu terbuka, Rayan langsung merinding.
Di depannya, delapan pasang mata menatap ke arahnya.
Mata yang selalu menilainya, memilikinya, dan siap menghukumnya.
Rayan menahan napas dan langsung berlutut di lantai.
Kepalanya menunduk rendah sampai hampir mencium lantai.
Dalam ruangan itu, kesunyian terasa lebih menyiksa dari teriakan mana pun.
Rayan tahu, salah sedikit saja itu bisa menjadi alasan bagi mereka untuk menghukumnya.
Dan mereka tak pernah butuh alasan besar untuk menyakitinya.
Nox
Nox
Heh…
Nox
Nox
Beraninya kau mengabaikan panggilan?
Rayan
Rayan
T-tidak…
Rayan
Rayan
Aku… aku tidak berani.
Rayan
Rayan
T-tolong… maafkan aku tuan…
Rayan semakin ketakutan ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
Nox
Nox
Sepertinya… kau harus kuhukum.
Rayan
Rayan
T-tidak… kumohon Nox…
Nox
Nox
Nox?
Tidak, dia sudah salah bicara.
Rayan
Rayan
A-ah… aku… guh—
Dalam sekejap, jarinya melingkar di leher Rayan, menekan keras.
Napas Rayan terputus. Tenggorokannya tercekik.
Rayan menahan isak.
Tangannya refleks memegang tangan Nox, meski ia tahu tak mungkin melawan.
Nox
Nox
Kau sungguh… berani.
Rayan
Rayan
A-aku tidak… mphh—!
Kata-kata itu langsung terputus.
Bibir Nox menekan bibirnya begitu kuat dan kasar.
Sebelum sempat menghindar, bibir bawahnya digigit.
Rayan
Rayan
Ah—
Karena mulutnya terbuka, lidah Nox menyusup masuk.
Menari liar tanpa memberi kesempatan untuk bernapas.
Tiap gerakannya penuh tuntutan dan kepemilikan.
Rayan
Rayan
Nnh... mm... ngh...!
Dia tak beri jeda hingga suara basah memalukan terdengar di seluruh ruangan.
Rayan
Rayan
Mngh…! Mmh…!
Tangan Nox yang lain menahan tengkuk Rayan.
Tak ada jalan untuk melawan, tak ada celah untuk menolak.
Rayan
Rayan
Nnh... ngh... mnh... mm—
Tubuh Rayan gemetar. Air matanya jatuh. Dia hampir kehabisan napas.
Dan di sekeliling mereka, tujuh pria lainnya hanya diam.
Memperhatikan di tempat mereka
Tak ada yang menegur
Tak ada yang terkejut
Karena ini bukan hal yang baru
Justru hal normal yang biasa mereka lihat setiap harinya
Thorne
Thorne
Sudah cukup.
Thorne
Thorne
Kita memanggilnya bukan untuk itu.
Nox menarik diri perlahan. Dan akhirnya melepaskan tangannya dari Rayan.
Rayan
Rayan
Ah... haah... ngh...
Rayan mencoba bertahan menarik udara sebanyak-banyaknya.
Air liur menetes di sudut bibirnya
Lehernya memerah begitu mencolok seperti kalung siksaan
Rayan
Rayan
(aku... tidak boleh...)
Rayan tak boleh menangis, kalau tidak hukuman lain akan datang.
Karena dia tahu ini baru awalnya.
Dia harus bersiap, entah apa perintah berikutnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!