5. Awal kehidupan baru

Setelah sampai di vila, Lyra langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk di ruang tamu yang super luas itu. Rasanya seperti mimpi,baru kemarin dia hidup pas‑pasan, sekarang dia sudah punya rumah seharga miliaran.

“Zen, buka data diri,” ucap Lyra sambil terkekeh kecil.

(Ding!

Nama: Lyra Kandiswara

Umur: 19 tahun

Tinggi badan: 161+ cm

Penampilan: 71+ (cantik)

IQ: 111+ (normal)

Keterampilan: mengemudi, membaca

Aset: Rp. 502.200.000, Vila di Starlight, keterampilan bahasa Inggris

Poin: 1)

“Astaga… setengah miliar lebih!” Lyra memeluk dirinya sendiri sambil tertawa puas.

“Hahaha… aku sudah resmi jadi orang kaya!”

Masih tersenyum lebar, Lyra bersandar dan melihat sekeliling ruangan yang mewah. “Zen, gunakan keterampilan bahasa Inggris.”

(Ding, keterampilan bahasa Inggris digunakan)

Tiba‑tiba rasa nyeri menusuk kepalanya. Seperti ada ribuan kata baru yang memaksa masuk ke otaknya.

“Aduh! Bilang dong ada efek sampingnya!” protes Lyra sambil memijat pelipisnya.

(Ding, Lyra tidak tanya)

“Yaelah, jawabannya polos banget,” gumam Lyra sambil mendengus geli.

Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi—pesanan belanjaan Lyra yang semalam tiba. Berbagai bahan makanan dan pakaian dibawa masuk oleh petugas pengiriman. Lyra mengatur semuanya satu per satu, tapi setelah beberapa menit dia sudah merasa kewalahan.

“Hah… capek banget. Kayaknya aku perlu pembantu deh. Masa iya aku bersihin rumah seluas ini sendirian?” keluh Lyra sambil menyandarkan tubuhnya ke meja dapur.

Tiba‑tiba Lyra teringat Rehan, manajer vila ini. Dia pun segera menelpon.

“Halo, nona Lyra,” sapa Rehan ramah dari seberang.

“Pak Rehan, tolong carikan dua pengasuh rumah ya. Kalau bisa perempuan.”

“Baik, nona. Besok pagi sudah mulai bekerja, jangan khawatir,” jawab Rehan mantap.

Malamnya Lyra hanya sempat memasak mi instan dengan telur dan sosis. Ia memandangi panci kecil di atas kompor, lalu menghela napas.

“Kenapa dulu aku nggak belajar masak, sih?” keluhnya.

(Ding, Lyra jangan khawatir. Setelah sistem mencapai level 3, Lyra bisa membuka Mall Sistem.)

“Mall Sistem?” Lyra langsung duduk tegak. “Apa itu?”

(Ding, Mall Sistem digunakan untuk membeli berbagai barang, keterampilan, dan item langka.)

“Alat transaksinya apa, Zen?”

(Ding, bisa menggunakan saldo uang tunai Lyra.)

Lyra menepuk dadanya lega. “Untung bukan pakai poin. Kalau poin, sampai kapan aku bisa beli?”

Malam itu ia menonton TV sambil membaca novel, hingga akhirnya tertidur di sofa. Sebelum ke kamar, ia mematikan televisi, naik lift ke lantai tiga, lalu merebahkan diri di ranjang empuknya.

(Ding, selamat malam, Lyra.)

...----------------...

Keesokan Harinya

Pagi hari, Lyra terbangun oleh ketukan pintu. Ia masih setengah mengantuk ketika membuka pintu, mendapati dua wanita berumur sekitar 30‑an berdiri sopan.

“Halo, nona. Kami diperkenalkan oleh Pak Rehan untuk bekerja di vila ini,” ujar salah satunya.

Lyra tersenyum ramah. “Masuklah. Duduk dulu.”

“Perkenalkan, nama saya Bibi Asih,” kata wanita pertama.

“Nama saya Bibi Reni, nona,” sambung yang lain.

“Perkenalkan, saya Lyra. Panggil saja Lyra, nggak apa‑apa,” ucap Lyra ramah.

Namun keduanya tetap menunduk sopan.

“Baik, nona,” jawab mereka hampir bersamaan.

Lyra hanya bisa tertawa kecil, pasrah. Yah, sepertinya mereka tetap ingin memanggilku nona.

“Pekerjaan kalian memasak, bersih‑bersih, dan mengurus rumah ini. Kalau butuh apa pun, hubungi saya. Kamar kalian ada di lantai tiga, sebelah kanan,” jelas Lyra.

“Baik, nona,” jawab keduanya kompak.

Beberapa menit kemudian, aroma masakan mulai memenuhi rumah. Lyra menuruni tangga dan duduk di meja makan.

“Wah, enak banget, Bi,” ucapnya setelah mencicipi sup hangat yang disajikan.

“Syukurlah kalau nona suka,” jawab Bibi Asih senang.

(Ding, selamat pagi, Lyra. Jangan lupa check‑in. Ya/tidak.)

“Untung kamu ingetin, Zen. Masuk!”

(Ding, selamat! Lyra mendapatkan Ferrari Enzo dan satu set perhiasan giok Kekaisaran Hijau. Hadiah ditempatkan di Ruang Sistem.)

Lyra melongo. “Ferrari Enzo?! Mobil super langka yang Cuma ada 400 unit di dunia?!”

Tak lama ponselnya berdering.

“Halo, nona Lyra. Ini dari dealer mobil. Kami akan mengantarkan Ferrari Enzo milik Anda. Mau dikirim ke mana?”

“Antar saja langsung ke Vila nomor 10, Starlight,” jawab Lyra dengan nada puas.

“Baik, nona. Kami pastikan mobilnya selamat sampai tujuan.”

Sambil menunggu, Lyra mengeluarkan perhiasan giok dari Ruang Sistem. Warnanya hijau pekat, halus, dan memancarkan cahaya dingin yang elegan.

“Wow… ini beneran kualitas dewa,” gumamnya sambil menaruh kotak itu di meja aksesoris.

Beberapa saat kemudian, dealer mobil tiba. Seorang pria paruh baya bernama Hans datang menyerahkan dokumen.

“Selamat pagi, nona Lyra. Ini surat‑suratnya, silakan ditandatangani.”

“Zen, cek dokumennya,” bisik Lyra dalam hati.

(Ding, dokumen valid. Silakan tanda tangan.)

Setelah menandatangani dokumen, Hans menyerahkan kunci mobil itu dengan penuh hormat.

Begitu dealer pergi, Lyra mendengar suara teriakan dari luar.

“WOOWWW! Aku nggak salah lihat kan?! Ini Ferrari Fenzo beneran?!” seru seorang gadis berpenampilan tomboy yang berdiri di pagar vila.

Lyra keluar. Gadis itu menatapnya dengan mata berbinar.

“Hai, tetangga! Mobil ini punyamu ya? Boleh nggak aku coba keliling sebentar?” tanyanya penuh antusias.

Lyra sempat bengong beberapa detik.

“Namaku Hera. Aku tinggal di Vila nomor 5. Aku kolektor mobil langka. Maaf kalau aku bikin kaget,” ucap gadis itu cepat.

Lyra tersenyum kecil. “Boleh, tapi hati‑hati ya.”

Dia pun menyerahkan kunci itu kepada Hera.

“Serius?! Makasih banyak” seru Hera sambil melompat kegirangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!