4. Melihat Villa dan berbelanja

Lyra duduk di kursi taksi online, kedua tangannya tak henti meremas ujung tasnya. “Apa benar aku punya villa? Jangan-jangan ini Cuma prank dari Zen,” pikirnya.

Begitu taksi berhenti, matanya langsung membelalak. Gerbang tinggi menjulang, dengan papan nama besar bertuliskan Starlight Luxury Villa yang terlihat sangat eksklusif. Jalan masuknya dipenuhi pohon rindang, taman bunga yang tertata rapi, dan satpam berseragam lengkap yang berjaga ketat.

“Maaf, Kak, saya Cuma bisa mengantar sampai sini. Kalau masuk ke dalam, hanya pemilik atau tamu yang sudah terdaftar yang boleh,” jelas sopir taksi.

Lyra mengangguk, mencoba terlihat tenang, padahal jantungnya berdetak keras. Seorang satpam mendekat, wajahnya penuh kewaspadaan tapi tetap sopan.

“Ada yang bisa saya bantu, Nona? Biasanya, selain pemilik, orang luar tidak bisa masuk.”

Lyra menyerahkan sertifikat villa yang baru saja ia dapat.

“Saya pemilik villa nomor 10.”

Satpam itu tampak kaget sesaat sebelum menghubungi seseorang melalui walkie talkie. Tak lama, seorang pria tinggi berbadan agak gemuk datang tergopoh-gopoh sambil tersenyum ramah.

“Selamat datang, Nona! Nama saya Rehan, manajer kawasan ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Mari saya antar ke villa Anda,” ujarnya sopan.

Lyra ikut menaiki mobil golf yang disediakan. Jalan menuju villa terasa seperti perjalanan ke dunia lain: setiap rumah berdiri megah, memiliki halaman luas dengan kolam ikan atau taman pribadi.

Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah villa dengan angka 10 yang terpasang anggun di gerbangnya. Lyra terpaku. Bangunannya besar, modern, dan indah, dengan dinding putih bersih, jendela besar, serta halaman luas yang memiliki kolam ikan dan ruang untuk taman kecil. Garasinya saja bisa menampung lebih dari tiga mobil.

“Villa ini luasnya 1.000 meter persegi, terdiri dari empat lantai,” jelas Rehan.

“Lantai bawah untuk garasi. Lantai dua ada ruang tamu, dapur, dan ruang makan. Lantai tiga memiliki sepuluh kamar, termasuk kamar utama yang sangat besar. Lantai empat ada rooftop dan kolam renang pribadi. Ini kunci dan sertifikatnya, serta kartu nama saya. Silakan hubungi saya kapan saja.”

Lyra menerima semuanya dengan tangan bergetar. Begitu Rehan pergi, ia memeluk kunci itu erat-erat, lalu berteriak kegirangan.

“GILAAA! Ini beneran punyaku?!”

Lyra tertawa seperti anak kecil, berlari keliling rumah, membuka semua pintu, memandangi interior mewah: dapur marmer putih, kamar mandi dengan bathtub besar, balkon yang menghadap kota Jakarta.

Setelah puas, Lyra sadar kulkasnya kosong. Ia segera memesan taksi online menuju supermarket besar.

Melihat saldo 10 juta, Lyra tersenyum puas. Troli demi troli ia isi dengan berbagai kebutuhan. Sayuran segar, buah, daging, mie, tepung, minyak, camilan, minuman… sampai ia sadar tiga troli penuh sudah menumpuk.

Di kasir, Lyra menggigit bibirnya.

“Totalnya delapan juta, Nona,” kata kasir ramah.

“Syukurlah…” napas Lyra lega, lalu ia meminta agar barang-barangnya dikirim ke villa Starlight.

Masih ada sisa uang, Lyra pun mampir ke butik mewah. Begitu masuk, beberapa pegawai langsung menatap sinis karena pakaian Lyra terlihat sederhana.

“Lihat siapa ini… si udik yang makan aja susah. Ngapain beli baju di mall begini?” suara nyaring itu familiar.

Lyra menoleh—dan benar saja. Ria.

Dengan gaya angkuhnya, Ria menyeringai.

“Petugas, lihat deh. Dia itu mana mampu beli baju di sini. Beli kaos kaki aja mungkin nggak bisa!”

Pegawai butik ikut bersikap meremehkan.

“Maaf, Nona. Kalau tidak berniat membeli, silakan pergi saja,” katanya ketus.

Lyra menarik napas panjang, tersenyum dingin.

“Aku mampu atau nggak, itu bukan urusan kalian,” ucapnya santai tapi menusuk.

“Kamu menilai orang cuma dari penampilan? Panggil manajermu.”

Ria tertawa mengejek.

“Ngapain ribut, Lyra? Kamu nggak akan mampu beli baju di sini.”

(Ding! Misi sampingan dirilis.

Sebagai wanita kaya, bagaimana bisa dipermalukan karena tidak mampu membeli baju?

Misi: Bungkam Ria dan pegawai sombong itu.

Hadiah: Kartu cashback 5x lipat & keterampilan berbicara bahasa Inggris)

Mendengar itu, senyum Lyra melengkung ke atas.

“Mau taruhan?” tantangnya.

“Siapa takut! Siapa yang belanja paling banyak dia menang. Yang kalah harus minta maaf sambil nunduk,” jawab Ria pongah.

Ria menunjuk beberapa rak pakaian mahal.

“Totalnya tiga puluh juta, Nona Ria,” ujar pegawai penuh semangat.

Lyra tetap kalem.

“Aku mau semua dari sisi ini… dan yang di sana,” katanya elegan.

Seorang pegawai wanita yang ramah menghampiri Lyra.

“Baik, Nona. Totalnya enam puluh juta,” ucapnya dengan binar kagum.

Lyra menyerahkan kartu ATM tanpa ragu. Struk keluar, dan pegawai ramah itu memandangnya penuh hormat.

Wajah Ria memerah.

“Darimana kamu dapat uang sebanyak itu?!” serunya panik.

Lyra hanya tersenyum dingin.

“Apa urusannya denganmu?”

Ria yang tak mau kalah langsung belanja lima puluh juta, tapi Lyra menutupnya dengan pembelian tambahan empat puluh juta.

Ria terdiam, wajahnya semakin memerah.

“So… haruskah kamu mulai, atau aku yang harus mengingatkanmu?” suara Lyra terdengar ringan, tapi menusuk.

Dengan wajah masam, Ria menunduk.

“Maaf…” gumamnya sebelum kabur karena malu.

(Ding! Misi berhasil!)

Hadiah didapat: Kartu cashback 5x lipat & keterampilan berbicara bahasa Inggris.

(Ding, selamat Lyra! Semua pembelanjaan barusan otomatis cashback, saldo rekening bertambah 500 juta rupiah.)

Mata Lyra membesar. “Hah?! Jadi semua yang aku belanja balik jadi duit?!”

(Ding, benar, Lyra.)

Lyra terkekeh puas. “Aku suka sistem ini…”

Ia menoleh ke pegawai sombong tadi.

“Panggil manajermu.”

Manajer butik datang, bersikap sangat hormat begitu tahu Lyra telah menghabiskan ratusan juta.

“Produk di sini bagus, tapi karyawanmu perlu evaluasi. Kirimkan semua belanjaanku ke villa nomor 10 di Starlight.”

Lyra berjalan anggun keluar butik, meninggalkan suasana mencekam. Manajer langsung memecat pegawai yang tadi bersikap kasar.

Sesampainya di villa, Lyra menjatuhkan diri di sofa empuk, senyumnya tak bisa hilang.

“Zen… ini baru awal dari hidup baruku.”

(Ding, Zen percaya Lyra akan jadi wanita terkaya di dunia.)

Lyra menatap langit-langit rumah mewahnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa hidupnya benar-benar berada di tangannya sendiri.

Terpopuler

Comments

Sun Seto

Sun Seto

Karakternya hidup banget!

2025-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!