Lyra mengenakan celana panjang hitam dan kemeja polos yang baru saja disetrika. Ia berdiri di depan cermin, memutar tubuh ke kanan-kiri, lalu tersenyum lebar.
“Wahhh… cantiknya aku! Mana ada orang secantik ini di dunia?!” serunya sambil berkedip ke pantulan dirinya sendiri.
(Ding! Host terlalu narsis.)
“Biarin aja, Zen. Kamu iri ya, makanya komentar?” Lyra mendecak, lalu merapikan rambutnya yang kini jatuh indah di pundak.
“Eh, Zen, buka data diri dong!”
(Ding! Membuka data diri.)
Nama: Lyra Kandiswara
Umur: 19 tahun
Tinggi: 160+ cm
Penampilan: 70+ (cantik)
IQ: 110+ (normal)
Keterampilan: Mengemudi, Membaca
Aset: Rp 250.000
Poin: 3
Lyra membaca datanya dengan mata berbinar. “Hmm… yang ada tanda plus-plus itu maksudnya apa, Zen?”
(Ding! Plus berarti bisa ditingkatkan pakai poin. Poin didapat dari check-in atau misi sampingan.)
“OOOH, gitu ya!” Lyra mengetuk dagunya bak ilmuwan jenius. “Kalau begitu… tambahkan satu ke penampilan, satu ke tinggi badan, dan satu lagi ke IQ!”
(Ding! Poin berhasil ditambahkan.)
Data diperbarui:
Nama: Lyra Kandiswara
Tinggi: 161+ cm
Penampilan: 71+ (cantik)
IQ: 111+ (normal)
Aset: Rp.250.000
Poin: 0
Lyra bertepuk tangan girang. “Perfect! Eh tapi… kok asetku Cuma 250 ribu doang?” Ia menatap layar dengan tatapan pilu.
“Kapan aku bisa jadi sultan kaya raya, Zen?”
(Ding! Jangan khawatir. Dengan Zen, Lyra akan jadi orang terkaya sedunia.)
“Ya ampun, aku suka banget optimisme kamu, Zen!” Lyra ngakak sambil mengepalkan tangan. “Oke, ayo kita mulai perjalanan jadi cewek sultan!”
Lyra berjalan menyusuri pinggir kota. Hiruk pikuk kendaraan, suara klakson, dan teriakan pedagang kaki lima bercampur jadi satu.
Tiba-tiba—SREEEEET! Aroma gurih pedas menusuk hidungnya. Ia menoleh ke kanan, menemukan sebuah kedai seblak dengan banner warna-warni yang menggoda iman.
“Oh my gosh… kayaknya aku udah jodoh sama kedai ini.”
Perutnya ikut berbunyi setuju. Krucuuuk~
Lyra masuk dengan langkah ringan. “Kak, aku pesan seblak spesial sama es teh jumbo, ya!”
“Baik, atas nama siapa, Kak?” tanya kasir yang ramah.
“Lyra!”
Kasir itu menulis namanya di kertas kecil, lalu menancapkannya ke besi panjang dekat dapur.
Sambil menunggu, Lyra memilih duduk di bilik kecil yang cozy. “Wih, konsepnya kayak Jepang-Jepangan gitu, aku suka! Privasi terjamin, nggak kayak meja terbuka di warkop.”
Tak lama, pelayan datang sambil membawa mangkok besar mengepul.
“Malam, Kak Lyra. Ini seblak spesial sama es teh jumbonya, ya. Selamat makan!”
“Makasihhhh~” Lyra langsung mengatupkan tangan gaya dramatis. “Oke, ayo masuk ke perutku yang kosong!”
Sendok pertama—
“WOAAAAH INI ENAK BANGET!!!” seru Lyra sampai hampir berdiri dari kursinya.
Pedasnya menusuk, gurihnya pas, dan tekstur kerupuknya… surga.
“Pedesss—hah—tapi nagih banget!” Ia buru-buru menyeruput es tehnya. “Aaaaaah segerrr! Ini definisi kebahagiaan sederhana, Zen!”
(Ding! Sistem ikut senang melihat Host bahagia.)
Lyra ngakak. “Gila, Zen, kamu wholesome banget!”
______________________________________________
Setelah makan, Lyra berjalan-jalan ke taman kota. Malam itu ramai anak-anak bermain gelembung sabun, pasangan muda-mudi duduk di bangku taman, dan para pedagang sibuk memanggil pembeli.
“Wah, suasananya enak banget. Jakarta bagian sini ternyata nggak terlalu sumpek ya…” Lyra menghirup udara malam.
Tapi ketenangan itu buyar ketika sebuah suara melengking memanggilnya.
“Heh, Lyra!”
Lyra menoleh—dan matanya langsung menyipit.
“Oh, ya ampun… Ria…” gumamnya datar.
Ria, senior kantor yang dulu hobi membully tubuh asli Lyra, berjalan mendekat dengan cowok berambut berminyak yang tampak… tidak menarik sama sekali.
“Ada apa?” tanya Lyra singkat.
Ria memandangnya dengan tatapan menilai. “Ohhh, udah berani kamu sekarang, ya?”
“Aku Cuma lagi nggak mood buat drama, Ria. Mau apa?”
Tanpa basa-basi, Ria menarik tangan Lyra kasar. “Beliin aku minuman di sana. Aku males antri. Ku tunggu, ya!”
Lyra tersenyum—senyum manis yang bikin bulu kuduk merinding.
“Kamu nggak punya tangan sama kaki, ya? Atau… otakmu lagi liburan di rumah?” tanyanya ramah, tapi nadanya menusuk.
“APA?!” Ria melotot.
“Pertama, ini bukan kantor. Kedua, aku benci disuruh-suruh. Ketiga, aku bukan pembantu atau orang tuamu. Jadi… bye-bye~”
Lyra melambai anggun, lalu melengos pergi begitu saja.
“Kurang ajar!!!” Ria hendak mengejarnya, tapi cowok berminyak di sebelahnya menahan.
“Udah, kita beli yang lain aja. Ribet banget sama cewek kayak gitu.”
“Awas aja besok, Lyra! Liatin aja nanti!” geram Ria sambil mengepalkan tangan.
Lyra akhirnya sampai di kontrakan mungilnya. Begitu pintu tertutup, ia langsung menjatuhkan tubuh ke ranjang.
“Fiuh… hari ini lumayan seru juga. Makan enak, jalan-jalan, bikin Ria sakit hati. Not bad.”
(Ding! Host terlihat puas dengan hidupnya.)
“Zen, besok aku mau cari cara biar makin kaya, ya. Kita harus naik level nih!”
(Ding! Siap, Lyra. Besok jangan lupa untuk masuk.)
“Yoshhh! Sekarang… waktunya tidur cantik. Selamat malam, Zen.”
(Ding! Selamat malam, Lyra.)
Tak butuh waktu lama, Lyra pun terlelap senyuman puas masih tersungging di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments