suara yang tak pernah di dengar

malam itu laila melangkah perlahan ke kamar, membawa secercah harapan. Wajahnya dirias tipis, meski mata lelahnya tak bisa disembunyikan. Ia memakai gaun tidur satin warna ungu tua, hadiah dari Arfan di ulang tahun pernikahan mereka yang kedua.

Di atas ranjang, Arfan duduk menyandar sambil memegang sebuah majalah dewasa. Seperti kebiasaan yang tak pernah putus, ia selalu "mempersiapkan diri" dengan menonton atau membaca sesuatu sebelum melampiaskan hasratnya pada Laila.Laila menahan sesak di dadanya.

Tapi malam itu, ia punya maksud. Rani, sahabat kuliahnya, baru saja menghubungi dan mengajaknya makan malam bersama teman-teman alumni. Bukan acara besar, hanya reuni kecil di kafe pinggir kota. Sesuatu yang sederhana, tapi sudah sangat langka untuk Laila—keluar rumah bukan untuk belanja atau menuruti perintah Arfan.

Ia duduk di samping Arfan, menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.

“Mas…” panggilnya lembut.

Arfan menoleh sedikit, menutup majalahnya dan tersenyum miring. "Kamu sudah siap, sayang?"

"Siap?" tanya Laila, bingung.

"Iya. Siap untuk aku cumbu," jawab Arfan dengan nada menggoda sambil mulai membuka kancing bajunya satu per satu.

Laila tercekat. Ia menahan napas. Di saat ia ingin menyampaikan sesuatu yang penting, Arfan justru kembali mengartikan kelembutannya sebagai undangan. Rasa takut itu kembali merayap. Tapi ia tetap mencoba kuat.

“Ma… Mas, aku mau bilang sesuatu dulu,” katanya pelan.

“Bilang aja,” jawab Arfan sambil masih sibuk melepas kausnya.

Laila menarik napas panjang. "Tadi siang, Rani telepon. Dia ngajak aku ketemuan sama teman-teman kuliah. Cuma makan malam biasa, di kafe deket kampus dulu. Aku pengen ikut, Mas… sekalian cari udara segar..."

Arfan menghentikan gerakannya. Wajahnya berubah. Ekspresinya tak lagi menggoda, tapi penuh kecurigaan.

“Kamu yakin cuma makan malam biasa?” tanyanya datar.

Laila mengangguk cepat. “Iya, Mas. Beneran. Ada lima orang, semuanya teman lama. Aku udah lama banget nggak ketemu mereka. Aku cuma pengen…”

Arfan menyela. “Kenapa harus sekarang? Kenapa harus malam? Kenapa harus keluar rumah, pas aku lagi pengen ditemani istri?”

Laila menunduk.

Arfan kembali bersuara, kali ini lebih keras. “Kamu tahu, aku capek kerja seharian. Aku butuh istri, bukan bayangan. Aku butuh kamu di rumah. Di ranjang.”

“Mas, aku juga capek,” bisik Laila lirih. “Aku juga butuh waktu buat diriku sendiri.”

“Waktu buat dirimu? Maksud kamu, aku egois?” tanya Arfan menahan nada tinggi.

Laila terdiam. Ia tahu, jika ia menjawab ‘iya’, maka malam ini akan berakhir dengan pertengkaran. Tapi jika ia diam, maka semua ini akan terus berulang.

Dan diamlah yang ia pilih.

Arfan menghembuskan napas kasar. “Udah lah. Gak usah macam-macam. Kamu temani aku malam ini. Nanti juga lupa tuh sama reuni nggak penting itu.”

Laila hanya duduk membatu. Pipinya memanas menahan tangis. Malam yang awalnya ingin ia isi dengan harapan dan kebebasan, berubah menjadi malam yang lagi-lagi hanya milik Arfan. Hanya untuk hasratnya. Hanya untuk egonya.

Pagi harinya, Laila mengantar Arfan sampai ke mobil seperti biasa. Ia tersenyum, meski hati tak benar-benar ikut. Di balik kaca jendela, ia melambaikan tangan. Tapi begitu mobil suaminya melaju, senyum itu runtuh.

Ia masuk ke kamar, duduk di pinggir ranjang, dan menunduk. Rasa lelah tak lagi hanya fisik. Tapi jauh lebih dalam. Mental dan hati yang terus tergerus.

Ia membuka ponselnya, membuka pesan dari Rani yang masuk semalam:

“Gimana, bisa ikut nggak, Lay? Aku tahu kamu butuh keluar dari rumah. Kita cuma mau kumpul kok, nggak akan lama. Please datang ya…”

Laila menangis pelan. Jari-jarinya mengetik balasan dengan gemetar:

“Maaf Ran. Aku nggak bisa. Suamiku nggak izinkan…”

Pesan terkirim. Dan hampa pun menyelimuti.

Hari-hari berikutnya, Laila menjalani rutinitasnya seperti biasa. Tapi ada sesuatu yang berubah. Matanya tak lagi bersinar. Langkahnya lamban. Hatinya kosong.

Ia mulai menulis di buku harian kecilnya. Sebuah kebiasaan lama yang dulu membuatnya merasa punya ruang untuk bicara, walau hanya pada kertas.

“Aku mencintainya. Dulu. Tapi kini aku mulai mempertanyakan. Apakah cinta bisa hidup jika satu pihak selalu menuntut, dan yang lain selalu mengalah?”

“Aku ingin bicara. Tapi dia tak pernah benar-benar mendengarkan. Bahkan jika aku menangis, ia hanya melihat sebagai kelemahan. Bukan sebagai jeritan.”

“Apa aku istri yang buruk? Atau dia suami yang tak pernah merasa cukup?”

Malam kembali datang. Seperti biasa, Arfan membawa pulang marah dari kantor, dan memindahkannya ke meja makan.

“Apa ini doang lauknya?” keluhnya saat melihat nasi, telur dadar, dan sayur bening.

Laila mengangguk. “Tadi aku kehabisan ayam di pasar, Mas…”

“Selalu aja ada alasan!”

Malam itu, tak ada percakapan. Hanya bunyi sendok dan piring. Dan suara Laila menahan air mata yang tak tertahan.

Di kamar, Laila menatap langit-langit. Ia berpikir panjang. Mungkin sudah waktunya ia bicara pada seseorang yang bisa mendengarkan. Bukan hanya mencatat di buku harian, bukan hanya menangis diam-diam.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Laila memberanikan diri menghubungi nomor yang ia temukan di salah satu artikel psikologi pernikahan:

“Konseling Pernikahan dan Kekerasan Emosional – Hotline Gratis.”

Jarinya gemetar saat memencet tombol panggil.

Tapi ini awal dari sebuah keberanian.

Episodes
1 bab 1 :aku ingin tidur,mas
2 aku bukan alat pemuas
3 suara yang tak pernah di dengar
4 telepon pertama itu
5 tamu yang membawa luka lama
6 malam tanpa pilihan
7 campur tangan yang terbungkus kasih
8 saat aku di dengar
9 tuntutan yang terus bertambah
10 aroma cemburu di dapur sempit
11 aroma ketegangan di dapur
12 empati yang salah arti
13 satu kali saja tidak puas
14 ungkapan isi hati laila kepada rani
15 nyalon bersama rani
16 arfan mengajak laila ke kamar
17 tercium bahaya dalam rumah
18 khayalan ranjang bi ratmi
19 peluang di stengah malam
20 kabar dari kampung
21 malam sepi arfan
22 Godaan di meja makan
23 siang itu,di ruang arfan
24 Godaan di siang hari
25 malam yang penuh godaan
26 malam kemenangan bi ratmi
27 bayang bayang kesalahan
28 malam yang penuh rencana bi ratmi
29 malam yang membelenggu
30 kepulangan laila
31 godaan di tengah malam
32 dosa yang membayangi
33 laila dan rasa gelisah
34 rahasia di balik senyum bi ratmi
35 Godaan yang di tolak
36 malam penuh luka
37 strategi kotor
38 terbongkarnya rahasia
39 malam yang menghancurkan
40 malam penuh luka
41 perjalanan pulang arfan dari hotel
42 malam yang penuh dosa
43 Rahasia yang terbongkar
44 malam yang penuh rahasia
45 malam yang membakar rasa bersalah
46 api amarah dan kesombongan
47 rencana ratmi
48 malam yang membuka luka
49 rayuan beracun di balik gelas wine
50 pagi yang membawa malapetaka
51 luka hati yang membawa luka
52 jebakan yang semakin mengikat
53 siasat ratmi dan kegelisahan arfan
54 cinta dalam ancaman
55 gempa di malam dosa
56 nomor baru hidup baru
57 kabar yang mengguncang
58 kabar yang menghantam
59 tuntunan tes DNA
60 ratmi menggempur bu yani
61 tes DNA yang mengguncang
62 hari penentuan
63 tanggung jawab dan hati yang terkorban
64 jalan keluar yang membelenggu
65 tujuh bulanan dalam bayangan gelap
66 acara tujuh bulanan
67 rahasia yang di sembunyikan
68 awal baru untuk laila
69 dua dunia arfan
70 sakit setelah aerobik
71 orang tua arfan bertamu ke rumah arfan
72 kabar yang membuat laila senang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
bab 1 :aku ingin tidur,mas
2
aku bukan alat pemuas
3
suara yang tak pernah di dengar
4
telepon pertama itu
5
tamu yang membawa luka lama
6
malam tanpa pilihan
7
campur tangan yang terbungkus kasih
8
saat aku di dengar
9
tuntutan yang terus bertambah
10
aroma cemburu di dapur sempit
11
aroma ketegangan di dapur
12
empati yang salah arti
13
satu kali saja tidak puas
14
ungkapan isi hati laila kepada rani
15
nyalon bersama rani
16
arfan mengajak laila ke kamar
17
tercium bahaya dalam rumah
18
khayalan ranjang bi ratmi
19
peluang di stengah malam
20
kabar dari kampung
21
malam sepi arfan
22
Godaan di meja makan
23
siang itu,di ruang arfan
24
Godaan di siang hari
25
malam yang penuh godaan
26
malam kemenangan bi ratmi
27
bayang bayang kesalahan
28
malam yang penuh rencana bi ratmi
29
malam yang membelenggu
30
kepulangan laila
31
godaan di tengah malam
32
dosa yang membayangi
33
laila dan rasa gelisah
34
rahasia di balik senyum bi ratmi
35
Godaan yang di tolak
36
malam penuh luka
37
strategi kotor
38
terbongkarnya rahasia
39
malam yang menghancurkan
40
malam penuh luka
41
perjalanan pulang arfan dari hotel
42
malam yang penuh dosa
43
Rahasia yang terbongkar
44
malam yang penuh rahasia
45
malam yang membakar rasa bersalah
46
api amarah dan kesombongan
47
rencana ratmi
48
malam yang membuka luka
49
rayuan beracun di balik gelas wine
50
pagi yang membawa malapetaka
51
luka hati yang membawa luka
52
jebakan yang semakin mengikat
53
siasat ratmi dan kegelisahan arfan
54
cinta dalam ancaman
55
gempa di malam dosa
56
nomor baru hidup baru
57
kabar yang mengguncang
58
kabar yang menghantam
59
tuntunan tes DNA
60
ratmi menggempur bu yani
61
tes DNA yang mengguncang
62
hari penentuan
63
tanggung jawab dan hati yang terkorban
64
jalan keluar yang membelenggu
65
tujuh bulanan dalam bayangan gelap
66
acara tujuh bulanan
67
rahasia yang di sembunyikan
68
awal baru untuk laila
69
dua dunia arfan
70
sakit setelah aerobik
71
orang tua arfan bertamu ke rumah arfan
72
kabar yang membuat laila senang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!